18

43 25 0
                                    

Disisi lain Julia dan Wily sangat cemas dengan keadaan putri sulungnya yang akan dioperasi hari ini, sejak tiba di bandara dan sekarang perjalanan menuju rumah sakit hanya ada kegelisahan serta kecemasan dalam diri dan pikiran mereka masing-masing.

"Mama tenang dulu ya, papa yakin kalau Lily pasti bisa melalui ini dan dia pasti bisa sembuh." Ucap Wily yang tengah menenangkan istrinya itu.

Julia sangat diselimuti rasa bersalah karena selalu tidak mempunyai waktu bagi kedua putrinya itu, bahkan dia tidak ada disaat Lily tengah terbaring dirumah sakit dan berusaha melawan penyakitnya itu.

"Gak akan ada seorang ibu yang bisa tenang kalau ngeliat anaknya terbaring lemah dirumah sakit, bahkan saat dia ingin dioperasi tidak ada orang tua yang mendampinginya. Ibu macam apa aku? Aku terlalu bodoh dan terobsesi dengan semua pekerjaan hingga aku melalaikan kewajibanku untuk kedua putriku." Ucap Julia dengan meratapi semua kesalahannya selama ini.

"Sekarang kita akan melihat Lily, jadi mama tenang dulu ya!"

Julia merasa dunianya seakan hancur, tanggung jawab yang seharusnya ia pegang menjadi sirna. Apa masih pantas gelar 'Ibu' disandang oleh Julia? Bahkan disaat putrinya sakit dia tidak tahu, dan saat putrinya dioperasi dia tidak ada. Sungguh tidak pantas bagi Julia menyandang status sebagai seorang Ibu bagi kedua putrinya yang seharusnya lebih membutuhkan kasih sayangnya daripada harta yang dia punya.

Saat tiba dirumah sakit Julia dan Wily berlari mencari ruang operasi Lily, dia melihat ada Joan dan Eva serta satu orang lelaki yang sepantaran dengan mereka.

"Bagaimana dengan Lily saat ini Eva?" Tanya Julia yang baru saja tiba.

"Tante, Lily baru saja masuk beberapa saat yang lalu dan sekarang dia sedang menjalani operasi nya." Jelas Eva.

" Tante Julia?" Tanya lelaki tersebut.

"Iya, dan kamu siapa?"

"Saya Gerald Tan. Gerald Diryanatta!"

"Ah, kamu Gerald anaknya Adrian kan? Yang dulu sering bersama Lily."

"Betul Tan." Jawab Gerald seraya tersenyum.

Wily hanya mendengarkan percakapan dari mereka, karena dia tidak tau apa yang dapat dia perbuat saat putrinya sendiri sedang memperjuangkan antara hidup dan matinya.

"Om, Tante bisa kita bicara sebentar?" Tanya Gerald.

"Tentu." Sahut Julia dan disertai dengan anggukan oleh Wily.

Lalu mereka beralih menuju taman yang berada dirumah sakit tersebut.

"Kenapa kamu bisa ada disini? Dan apa yang terjadi sama Lily?" Tanya Julia saat mereka baru saja duduk.

"Jadi waktu itu aku mau jemput Rafa dirumah Ibel, awalnya Gerald enggak tahu kalau Ibel yang dimaksud Rafa adalah Ibel adiknya Lily. Dan pas aku tiba aku liat Rafa yang lagi panik dan berusaha mencari pertolongan diluar, dan pas aku masuk aku diseret kekamar Lily dan ngeliat Lily yang pingsan serta banyak darah yang keluar dari hidungnya." Jelas Gerald

"Pingsan? Darah? Apa maksudnya?"

"Jadi Lily mengidap Leukimia Tan, dan kemarin saat ingin dioperasi Lily banyak kekurangan darah dan darah yang ada dirumah sakit ini tidak ada yang sama dengan Lily. Hingga akhirnya Joan yang mendonorkan darahnya karena darah mereka kebetulan sama."

Mendengar penuturan Gerald membuat Julia semakin merasa bersalah dan merasa dirinya sangat bodoh karena tidak pernah tahu apa yang dialami dan dirasakan oleh kedua putrinya itu.

❇️❇️❇️

"Kak Lala, apa kakak bisa bangun dan bermain kembali bersama Ibel?" Tanya Ibel.

Saat ini Lala, Ibel dan Rafa sedang berada dirumah Lily. Ibel dan Rafa tida diperbolehkan berada dirumah sakit karena usianya yang masih kecil dan takut tertular oleh penyakit lain karena diusia mereka rentan sekali tertular terhadap virus. Itu sudah menjadi ketetapan rumah sakit manapun untuk tidak memperkenankan anak kecil dibawah umur menjenguk atau menunggu pasien.

"Tentu sayang, kakakmu itu sangat kuat sekali. Dia pasti bisa melawan sakitnya dan kembali bersama kita disini bermain dan bercanda bersama."

"Kenapa kakak yang harus sakit kak? Kenapa bukan Ibel?" Tanya Ibel dengan suara bergetar dan hampir saja menangis.

"Penyakit, jodoh, rezeki bahkan maut itu sudah diatur sama Allah. Jadi kita enggak bisa menghindar bahkan mengaturnya untuk diri kita sendiri. Jika saja semua bisa diatur, tidak akan ada orang yang kekurangan didunia ini bahkan tidak akan ada orang sakit dan meninggal hingga dunia ini akan dipenuhi lautan manusia." Jelas Lala pada Ibel. Ia tahu bahwa Ibel adalah gadis yang mudah mengerti.

"Kenapa bukan Ibel? Karena Allah melihat Ibel adalah semangat untuk kak Lily, Mama dan Papa Ibel. Dan kenapa bukan Mama atau Papa Ibel? Itu karena jika mereka yang sakit, Ibel dan kak Lily akan jauh lebih terpukul dan kehilangan dari pada melihat mama dan papa kalian bekerja bukan? Mungkin Allah memberikan penyakit itu untuk Kak Lily karena kak Lily adalah orang yang sangat kuat jadi Allah yakin kak Lily bisa melawan penyakitnya itu." Jelasnya lagi.

"Bagaimana jika kakak akan pergi dan tidak kembali?"

"Ibel tau gak? Kalau ada kehidupan lain setelah kematian, disana akan jauh lebih abadi dari pada kehidupan kita yang sekarang."

"Kehidupan abadi?"

"Iya betul, ketika manusia mengalami kematian maka dia akan meninggalkan dunia yang fana ini dan beralih kedalam kehidupan dia yang jauh lebih abadi bahkan terkadang orang yang koma dapat merasakan kehidupan lain itu."

"Sudahlah kau jangan terus menangis, bagaimana kakakmu bisa semangat melawan rasa sakitnya jika disini orang yang paling dia sayang hanya menangisinya." Ucap Rafa yang menyambar pembicaraan antara Lala dan Ibel.

"Apa maksudmu? Jelas aku menangis karena kakakku sedang sakit, bagaimana jika abangmu yang sakit? Apakah kamu tidak punya hati?"

"Jika kau membuang waktu mu untuk menangis makan kakakmu akan jauh lebih sedih melihat dirimu seperti ini, dan kau hanya membuang waktumu dengan menangis yang seharusnya bisa kamu pakai untuk mendoakan dia." Jeda Rafa untuk menatap Ibel lebih tajam.

"Dan yang terakhir, aku masih mempunyai hati bahkan jika kakakku yang sakit aku juga akan menangis tapi tidak seperti dirimu yang selalu menangis. Aku akan lebih memilih untuk mendoakan dia." Lanjutnya.

Ibel tau kalau kakaknya adalah orang yang sangat kuat, bahkan dia bisa menghajar siapa saja yang ingin menyakiti dirinya. Jadi dia yakin kalau kakaknya itu mampu melawan penyakitnya dan kembali ke kehidupannya yang sekarang bersama dirinya, mama dan papa.




Jangan lupa vote ❣️

Lily 'another life' (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang