08

65 36 1
                                    

"Kenapa kamu senyum-senyum seperti itu? Kurasa ada yang tidak beres, hahaha." Ucap Rafa pada Ibel saat melihat gadis itu tersenyum dan nampak sedang bahagia hari ini.

"Bisakah kau untuk tidak menggangu hari bahagiaku? Satu hari saja jangan buat diriku kesal!" Kata Ibel dan menatap tajam kearah Rafa.

"Hari bahagia? Apakah kamu ulang tahun hari ini?"

"Tidak, aku hanya sangat bahagia karena pagi ini mama mau mengantarku ke sekolah."

"Hanya itu?" Tanya Rafa dan menatap lekat mata gadis kecil yang berada dihadapannya itu.

"Hanya itu kau bilang? Apakah kau tidak pernah menghargai waktu bersama orang tuamu? Untuk bisa mengantarkan aku kesekolah saja, aku sudah sangat bahagia! Bahkan orang tuaku selalu sibuk dengan pekerjaannya." Jawab Ibel dengan nada yang kesal karena ucapan Rafa tadi.

"Sesibuk itukah orang tua dia? Bahkan untuk mengantarkan saja tidak sempat? Dan, aku merasa telah merusak hari bahagia dia." Batin Rafa

"Maaf, aku hanya penasaran karen kamu nampak sangat bahagia hari ini. Tidak seperti biasanya yang selalu cemberut, melamun, dan kurasa kamu memikirkan banyak hal." Ucap Rafa dan menurunkan sedikit nada bicaranya.

"Aku hanya ingin waktu bersama keluarga ku, bahkan aku sangat berharap bisa seperti Sania yang selalu bisa diantar oleh orang tuanya. Aku iri terhadap mereka yang bisa berlibur, bercanda dan menghabiskan banyak waktu bersama orang tuanya."

Ibel memiliki sifat sama persis seperti Lily, dibalik semangat dan senyumannya mengandung berjuta kesedihan dan tanda tanya.

"Maafkan aku, bisakah kita berbaikan? Menjadi seorang teman yang saling melengkapi? Dan kita akan menjaga satu sama lain." Ucap Rafa.

"Baiklah, kita akan menjadi teman. Aku jadi ingat cerita kakak ku tadi malam. Tentang seorang gadis kecil yang sangat ingin menjadi putri yang memakai gaun indah dan berada diistana yang megah bersama pangerannya." Ucap Ibel dengan mata yang berbinar.

"Apa? Mengapa sangat mirip dengan yang abang ceritakan semalam? Mungkin hanya kebetulan." Batin Rafa.

Ini seperti deja vu bukan? Apa yang pernah dialami Lily dan Gerald dulu, kembali dialami oleh Ibel dan Rafa. Semoga tidak dengan saat Gerald meninggalkan Lily, semoga itu tidak terjadi pada Ibel dan Rafa yang mulai saling melengkapi satu sama lain.

"Kamu tahu? Ada gadis kecil yang sangat keras kepala dan selalu ingin menang sendiri, bahkan dia berani berdebat demi apa yang dia mau." Ucap Rafa.

"Siapa dia? Justru aku setuju dengan gadis itu, jika itu adalah keinginan maka harus kita jaga dan kita pertahankan." Jawab Ibel.

"Dia adalah, Isabelle! Gadis kecil yang benar-benar menjengkelkan." Rafa dengan kekehanya dan dibalas dengan Ibel.

Ahh, Ibel sangat senang mendapatkan teman seorang lelaki. Karena dia menganggap bahwa laki-laki dapat melindungi dan menjadi benteng pertahanan, sangat nyaman berada disisi Rafa yang dewasa dengan pemikirannya. Rafa adalah gambaran Gerald saat masih kecil dulu, dan begitupun dengan Ibel yang merupakan gambaran dari Lily kecil. Namun berbeda dengan Lily yang sangat rapuh saat itu, Lily adalah seseorang yang peka terhadap apapun dan sangat sensitif hatinya. Bahkan untuk hal kecil seperti ditinggal Dirman atau Narsih kepasar maka dia akan menangis dan menganggap semua yang ia miliki akan pergi. Ya, itu karena dia sudah merasa sangat kesepian tanpa adanya Julia dan Wily yang mempunyai waktu untuknya. 

❇️❇️❇️

"Apa aku harus mengambil tindakan sekarang? Bagaimana jika operasi nya gagal? Bagaimana jika aku harus pergi? Bagaimana jika Ibel sendiri? Ahhhh tidak, aku sangat takut." Batin Lily.

Lily sedang berada dibalkon kamarnya untuk menyegarkan segala pemikiran tentang penyakitnya itu, bahkan ia melewati makan malam dan meminta siapapun untuk tidak menggangunya malam ini.

"Tuhan, aku mohon untuk tidak mengambil diriku saat Ibel masih sekecil ini! Aku mohon untuk membiarkanku menemani Ibel agar ia tidak merasa takut sampai dia sedewasa aku! Aku mohon tuhan! Andai bintang itu dapat berubah menjadi diriku, maka akan kuambil salah satu dari mereka untuk menggantikan posisiku saat ini." Isikan Lily mulai menjadi saat ia mengingat bagaimana Ibel dan dirinya saat masih kecil.

"Cukup aku saja yang harus merasakan kesepian saat aku masih sekecil Ibel, Jangan Biarkan gadis kecil itu merasa sendirian dan berada dalam ketakutan." Lanjut Lily dengan isakan yang masih menjadi.

Lily adalah orang yang tidak ingin memperlihatkan kerapuhan pada orang lain, bahkan Ibel. Dia sangat menutup rapat-rapat luka dan kesedihan yang sedang dia alami. Namun dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri jika luka itu dan ketakutan itu sangat mengerikan.

Dalam isakan itu, sakit kepala yang selalu menghantui Lily kembali datang. Sangat sakit rasanya dan ada darah yang mulai mengalir dari hidungnya.

"Darah? Tidak, tidak boleh ada yang tahu tentang penyakit ku. Bahkan Ibel, Mama dan Papa sekalipun." Batin Lily sembari menghapus darah yang mengalir dari hidungnya itu.

Karena Lily merasakan sangat pusing, maka dia memutuskan untuk masuk kedalam kamar dan tidur. Lily pun selalu berdoa dan berharap jika ia ingin tertidur.

"Tuhan, aku adalah diriku yang sangat lemah. Dan aku adalah diriku yang sangat cengeng.

Aku hanya takut jika Ibel mengalami apa yang pernah aku alami, bahkan ketakutan yang sangat mengerikan itu.

Kumohon, beri aku kesempatan sampai Ibel tumbuh menjadi remaja yang tangguh dan siap menerima kenyataan apapun atas dirinya dan hidupnya. Aamiin!" Doa Lily.

Dan diapun segara menarik selimut seraya berbaring untuk menelusuri alam mimpi yang bahkan jauh lebih indah dari kenyataan yang dia alami saat ini.

Hai, author up lagi nih.
Ada yang penasaran gak? Gimana jadinya Lily dan Ibel?
Dan bagaimana dengan Gerald? Apakah dia akan bertemu dengan Lily?
Dan bagaimana dengan pernikahan, gaun serta istana yang Lily sangat impikan?
Nantikan kisah selanjutnya 😁
Jangan lupa untuk vote ❣️

Lily 'another life' (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang