14

55 30 0
                                    

Lily POV!

Saat setelah aku berpamitan pada Ibel dan Rafa. Akhirnya aku naik menuju kamarku, entah kenapa aku terus merasakan pusing itu dan saat aku tiba dikamar aku memutuskan untuk segera mandi.

Setelah selesai mandi dan pakai baju, ku pikir pusing yang kurasakan akan menghilang. Namun ternyata malah semakin sakit bahkan aku merasa darah terus keluar dari hidungku.

"Ah tidak, kumohon tidak sekarang!" Batin ku.

Tiba-tiba saja tubuhku merasa kaku dan darah dari dalam hidungku terus mengalir deras tanpa henti. Dan akhirnya aku terjatuh dilantai dekat kasur karena sudah tak mampu menahan rasa lemas ini.

"Ku mohon jangan sekarang Tuhan, aku takut! Aku takut meninggalkan Ibel, aku takut jika Ibel akan sendirian disini. Jika aku harus pergi meninggalkan Ibel, kumohon agar mama dan papa selalu mempunyai banyak waktu untuk gadis itu! Agar aku ikhlas dan tenang jika meninggalkan dirinya saat ini juga." Batinku lagi.

Penglihatan ku mulai kabur dan akhirnya aku benar-benar tidak bisa melihat apapun, suara terakhir yang kudengar saat Rafa dan Ibel membuka pintu kamarku dan meneriaki nama ku dengan sangat kencang.

Lily POV end!

❇️❇️❇️

"Bagaimana ini? Kemana semua orang?" Tanya Rafa pada Ibel yang menangis didekat tubuh kakaknya yang pingsan itu.

"Entahlah Raf, tolong kakak! Aku takut kalau kakak pergi, aku takut kalau dia akan meninggalkanku. Aku takut Raf! Tolong lakukan sesuatu!" Ucap Ibel sambil nangis sesegukan.

"Baiklah kau tunggu disini, aku akan keluar mencari bantuan!" Perintah Rafa dan akhirnya keluar dari kamar Lily menuju kemanapun tempat yang terdapat orang agar dia segera bisa membantu Lily dan Ibel.

"Kak, kumohon bangun kak! Jangan tinggalin Ibel sendiri, Ibel sangat takut kak." Ucap Ibel sambil terus memeluk tubuh kakaknya.

Disisi lain.

"Kemana aku harus mencari bantuan? Dan kemana pak Dirman dan bi Narsih?" Gumam Rafa pada dirinya sendiri.

"Dek, kamu kenapa?" Ucap seorang pria dari belakang.

Saat ini Rafa sedang ada diluar rumah Lily, karena dia akan mencari siapapun yang lewat agar membantu dan dapat segera membawa Lily kerumah sakit.

"Abang!" Teriak Rafa dan akhirnya menghampiri Gerald dan memeluk laki-laki itu.

"Kamu kenapa? Kok diluar? Dimana Isabelle?" Gerald memberondong Rafa dengan banyak pertanyaan, karena adiknya ini nampak sangat khawatir dengan sesuatu.

"Nanti aja tanya nya, sekarang kakak tolong bantu Ibel dan kakaknya didalam!" Ucap Rafa dan menarik tangan Gerald masuk menuju rumah Lily.

"Ini ada apaansi dek?"

"Udah, sekarang kita ke kamar kakaknya Ibel karena Ibel juga sudah disana."

Akhirnya Gerald hanya menurut dengan adiknya sambil terus mengikuti bocah laki-laki itu dari belakang karena Rafa menarik tangannya.

"Ibel." Panggil Rafa.

"Raf, ayok cepat bantu kakak!" Ucap Ibel.

"Bang, ayok bang bawa kakaknya Ibel menuju rumah sakit!" Titah Rafa.

"Kakak kamu kenapa? Kenapa bisa kaya gini?" Tanya Gerald sembari mendekat kearah Lily, dia tidak menyadari bahwa yang pingsan itu adalah gadisnya. Karena muka Lily ketutupan rambut saat ini.

"Enggak tahu, udah ayok bang cepetan keburu kakak kenapa-kenapa." Ucap Ibel.

Dan akhirnya Gerald pun mengangkat Lily ala bridal style dan mengakibatkan rambut yang tadi menghalangi wajah Lily pun terjatuh kebawah dan tak lagi menutupi wajahnya.

"Lily!" Batin Gerald.

Kenapa Gerald tahu bahwa itu adalah gadisnya? Dan princess kecilnya yang hilang? Padahal dia berpisah sudah cukup lama. Dan bahkan tidak pernah berjumpa sekalipun saat mereka sudah dewasa.

Jawabannya adalah kalung yang dipakai Lily, kalung itu bergambar kuda laut. Itu adalah kalung pemberian Gerald dulu saat ulang tahun Lily yang ke ke 10.

Akhirnya Gerald lari menuju mobilnya dengan menggendong Lily, tak lupa juga Rafa yang menggandeng Ibel.  Dan akhirnya Gerald tancap Gas menuju rumah sakit dimana tantenya bekerja.

"Bertahanlah Ly, kamu akan segera kembali dan melihat ku." Batin Gerald.

❇️❇️❇️

Saat ini Gerald, Rafa serta Ibel sudah berada dirumah sakit dan sudah hampir satu jam Indira memeriksa keadaan Lily diruang IGD. Namun belum ada satupun dokter atau suster yang keluar dari ruang tersebut.

"Jangan nangis, kak Lily akan baik-baik saja didalam." Kata Rafa menenangkan Ibel.

"Aku takut kalau kakak akan meninggalkanku seperti mama dan papa yang selalu saja meninggalkan diriku dirumah sendirian." Ucap Ibel sambil sesegukan karena tangisnya.

"Tidak! Kak Lily tidak akan membiarkan dirimu sendirian dan merasa kesepian. Lagipun ada aku dan Bang Gerald disini yang akan menjaga dirimu untuk sementara." Rafa selalu menenangkan gadis disampingnya ini yang terus menangis.

"Aku ikhlas kalau aku yang harus pergi, asal jangan kakak. Aku mohon aku tidak ingin sendirian." Ucap Ibel lagi.

"Hey, apa yang kamu bilang? Tidak akan ada yang pergi disini." Tangkis Rafa.

"Kenapa kalian sangat mirip dengan Gerald dan Lily kecil?" Ucap Gerald dalam hati.

Dan akhirnya Indira pun keluar dari dalam ruang tersebut.

"Bagaimana keadaan Lily Tan? Sakit apa yang diderita Lily?" Tanya Gerald.

"Lily sangat kritis dan harus segera dioperasi, dia kehilangan banyak darah saat mimisan tadi. Dia mengidap Leukimia, Gerald." Jelas Indira.

"Bagaimana bisa? Lakukan apapun yang terbaik untuk Lily Tan, Gerald mohon."

"Tante akan usahakan, kamu yang sabar ya. Dan serahkan semua pada Allah SWT." Ucap Indira.

"Operasi akan Tante lakukan besok saat sudah menemukan pendonor yang cocok darahnya dengan Lily. Namun jika ada hari ini akan lebih bagus." Lanjut Indira.

"Apa tidak ada stok darah dirumah sakit sebesar ini?" Tanya Gerald dengan nada yang cukup tinggi, jujur dia sangat cemas akan keselamatan gadisnya itu.

"Lily memiliki golongan darah AB, dan itu adalah golongan darah yang sangat jarang bagi pendonor."

"Aku? Apa aku memiliki darah yang sama dengan Lily?" Tanya Gerald.

"Mari kita periksa di Lab."

Akhirnya Gerald mengikuti Indira menuju Laboratorium untuk memeriksa golongan darah miliknya. Setelah menunggu akhirnya hasilnya pun keluar.

"Maaf Gerald, tapi golongan darah kamu itu B. Dan darah yang kita perlukan adalah AB." Ucap Indira.

"Kita harus menunggu sampai ada pendonor yang memiliki darah AB, yang sama seperti Lily." Lanjut Indira.

Gerald hanya pasrah dan berharap mendapatkan segera pendonor untuk Lily.

"Bertahanlah! Bagaimanapun caranya aku akan segera mencari pendonor untuk mu." Batin Gerald.

Hai para readers
Maaf banget ya telat up :(
Jangan lupa untuk selalu vote yaa😉❣️
Kira-kira Lily akan selamat gak yaa?
Nantikan cerita selanjutnya 😁

Lily 'another life' (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang