7

203 36 3
                                    

Khafi menggeleng. "Lupakan. Kamu kalau sudah selesai makan, langsung beres-beres. Mulai sekarang, kamu tinggal bareng saya" ucap Khafi tegas, membuat Norah membelalak tidak percaya.

Gadis itu masih terpaku di tempatnya. Matanya memandang Khafi bingung. "Buat apa pak? saya kan punya rumah" ucapnya pelan.

Jelas Norah bingung, karna begini loh, Norah pernah bilang kan, kalau hubungan mereka itu seperti jalan di tempat. Norah meyakinkan bahwa Khafi menerima ajakan pacarannya karna faktor kasihan. Coba tolong di garis bawahi kasihannya. Jadi, dengan Khafi berniat mengajak Norah untuk tinggal bersama, bukankah Norah patut bingung. Norah, si pacar yang enggak dikenal Khafi bagaiamana hidupnya.

"Iya, saya tau. Saya ajak kamu tinggal bareng saya, biar ada yang ngurus kamu. Saya yakin, jika kamu tidak makan malam ini, kemungkinan besok pagi kamu pasti sudah di infus. Saya tidak mau itu" jelas Khafi datar.

Norah mendadak gugup. Bolehkan ia senang sekarang?

"Tapi saya baik-baik saja pak. Bapak sibuk, percuma juga saya ikut bapak" jelasnya pelan. Gadis itu tidak mampu menatap ke dalam mata Khafi. "Dan lagi, saya juga bisa jaga diri pak. Saya enggak mau ngerepotin" lanjutnya.

Khafi menggeram. Sifat keras kepala gadis ini hampir sama dengan keras kepala adiknya. Padahal, Khafi jenis laki-laki yang dominant dalam sebuah hubungan. Khafilah yang biasanya penegak, pengatur atau pengulur dalam hubungan yang ia jalanin. Namun, gadis yang berada di depannya seperti masih belum mengerti tentang Khafi sedikitpun.

"Saya tidak bertanya pendapat kamu. Saya memerintahkan kamu" tegas Khafi dingin.

^^^

"Kamu tidur disini." Khafi memperlihatkan sebuah ruangan yang merupakan kamar khusus untuk adiknya, jika ingin menginap. Kamar itu tepat di samping kamar Khafi.

"Itu kamar saya, dan di sebelahnya kantor saya. Jika butuh sesuatu, kamu bisa cari saya di kedua tempat itu" jelas Khafi kembali.

Norah mengangguk pelan, menandakan ia mengerti. Tubuhnya masih lemas, dan sepertinya ia akan pergi ke toilet. Yang ia butuhkan hanya segera masuk kedalam kamar yang akan di tempatinya, agar gugup karna berdekatan dengan Khafi segera hilang.

"Kamu istirahat dulu. Sebentar lagi dokter saya akan datang" perintah Khafi datar, lalu meninggalkan gadis itu sendiri.

Norah bingung dengan keadaannya. Ia bingung dengan keputusannya. Dan ia sadar, dirinya terlalu lemah untuk menolak. Bukankah keadaanya saat ini seperti keluar dari kandang buaya, lalu masuk ke kandang macam?

Ia mungkin berhasil lepas dari pengawasan Cesper saat ini, tapi tetap saja, ia tidak sebebas yang ia pikitkan, karna kini harus berada di pengawasan Khafi.

Menghela nafas lelah, Norah hanya berharap, tidak kembali menyesal dengan keputusan yang ia ambil sekarang.

.

"Kamu baik-baik saja?" Suara pelan yang sarat akan kawatir terdengar di telinganya.

Gadis itu mengerjab. Tangannya terulur untuk mengucek matanya, namun batal lantaran ia merasakan ada sesuatu yang menahan pergelangan tangannya.

"Kamu pingsan tadi. Jadi biarkan infusnya disini sampai habis. Kamu benar-benar kekurangan cairan" Norah mendengar laki-laki itu menghela nafas lelah.

Gadis itu terlalu gugup untuk mengeluarkan sepatah kata. Apapun, yang bisa menyingkirkan suasana senyap dari sekeliling mereka.

Matanya melirik ke arah Khafi, memperhatikan penampilan laki-laki itu. Tampaknya, ia telah pingsan lama. Pakaian jas yang di kenakkan Khafi tadi telah berganti dengan pakaian rumah yang tampak kasual, namun tetap bisa menunjukkan karisma dan ketampanan bosnya ini. Norah merasa ia telah jatuh cinta dengan laki-laki di depannya ini, hingga hanya ada pujian yang terlontar dari mulutnya.

"Bapak ngapain?" Kegugupan Norah semakin menjadi, saat melihat Khafi ikut membaringkan tubuhnya di samping gadis itu.

"Ngawasin kamu" Khafi menjawan santai, lalu memakai kaca matanya.

"Jangan lupakan, kalau saat ini kita sudah resmi berpacaran. Seharusnya kamu tahu, bahwa ini hal yang biasa dalam hubungan. Atau kamu belum pernah pacaran sama sekali?" Suara Khafi tampak menyelidik. Entah karna menyadari bahwa gadis yang baru ia kencani adalah gadis polos yang sama sekali tidak memiliki pengalaman.

"Ya enggak dong pak. Percuma saya cantik, kalau enggak di manfaatin sebaik mungkin" jawab Norah menyombongkan diri sendiri. Namun kenyataanya,

"Saya enggak perlu di awasin pak" ujar Norah berusaha tidak gugup.

Namun Khafi hanya bergumam dengan mata sudah tertutup rapat.

"Anggap aja ini sebagai pelatihan saya untuk jadi pacar kamu" ujarnya dan tanpa meminta izin, ia memeluk gadis itu. Benar-benar memeluk, hingga Ara hanya bisa menatap ke arah dada Khafi.

Astaga..

Senam jantung dirinya.

About HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang