1. Rencana Mama

6.6K 532 24
                                    

"Anak kamu, Ta. Kamu jahat banget bisa nanya begitu, aku cuma tidur sama kamu." Ucapku sambil terisak.

"Bohong! Lo kan cewek murah! Udah, pergi dari sini! Gak sudi gue ketemu lagi sama lo!" Tata mendorong tubuhku keluar dari kamar kostnya. Belum sempat aku mengucap kata, ia membanting pintu tepat di hadapanku.

Aku diam sesaat, menahan air mataku walaupun aku masih terisak pelan.

Menarik nafas panjang, kubalikan tubuh, berjalan pelan menjauh dari tempat sialan itu. Saksi bisu di mana semua dosa-dosaku tercipta.

Aku bersumpah, aku tidak akan pernah kembali padanya. Malam ini, ketika ia menolak aku dan janin yang ada di dalam perutku, ia resmi mati bagiku.

Enggan memesan ojek online, ataupun menelefon pak Tomi, supir pribadiku, aku memutuskan berjalan kaki.

Ketika aku berjalan, aku merasa diikuti oleh beberapa pasang mata. Ya, penghuni lain kost sini pasti mendengar bentakan-bentakan Tata tadi kepadaku.

Sambil menunduk, aku membuka pagar dan melangkahkan kaki pergi dari tempat ini.

Jarak rumahku dengan tempat kost ini tidak terlalu jauh. Aku tinggal di kompleks perumahan khusus pengajar dari kampus sedangkan kost laknat tadi berjarak sekitar 100 meter dari kampus tempatku menimba ilmu.

Kini, aku harus menghadapi orangtuaku. Apa yang akan kukatakan kepada mereka, kalau anak perempuan satu-satunya dalam keluarga berhasil mencoreng nama baik yang selama ini sangat dijaga?

Ya Tuhan. Doaku hanya satu.
Semoga Mami tidak menangis mendengar pengakuanku nanti. Semoga.

*******

"Bang? Aku boleh jujur?"

"Jujur apaan dek?" Tanya Bang Juna.

"Emmmmm." Aku diam, bingung membuka cerita ini seperti apa.

"Kenapa?"

"Kak Silvi mana?" Aku malah menanyakan istri kakakku.

"Ke Medan, ada rapat. Kenapa gitu?"

Aku diam. Sepertinya akan lebih mudah cerita pada Kak Silvi dibanding Bang Juna yang merupakan kakak kandungku. Kak Silvi itu orangnya sabar. Bang Juna?? Hadeeeh! Tapi Bang Aril lebih parah dari bang Juna.

Ya Tuhan, aku bingung.

"Kenapa sih? Ditanya kok malah bengong??! Katanya mau jujur? Jujur apa sih?? Kalo gak jelas Abang usir ya dari kamar, ganggu aja!"

"Aku hamil, bang." Ucapku pelan namun jelas.

Bola mata Bang Juna melebar, raut wajahnya langsung berubah, seperti urat-urat yang ada di mukanya itu tertarik ke belakang semua.

"Udah gila kamu ya??!" Bentak Bang Juna.

Aku diam.

Bang Juna kini mondar-mandir di kamarnya, sambil sesekali melirik ke arahku.

"Bilang apa dek sama Mami-Papi, bilang apa??!"

Aku tetap diam.

"Siapa cowoknya? Pacar kamu yang brandal itu?? Harus berapa kali Abang sama Bang Aril bilang ke kamu kalo dia gak baik? Kalo udah kejadian gini gimana?!!" Seru Bang Juna, namun ia tetap menjaga suaranya tetap pelan, tidak sekencang bentakan pertama tadi.

"Kalo digugurin aja gimana Bang?" Tanyaku.

"Istigfar dek! Kamu tau Abang sama kak Silvi mau punya anak aja susah! Kamu segampang itu usulin rencana aborsi depan Abang?? Sinting kamu dek!"

"Aku gak tau lagi, Bang."

Bang Juna menarik nafas panjang, lalu mendekat, ia menarikku keluar dari kamarnya. Saat aku ingin berontak, semua keluargaku yang ada di ruang keluarga sudah terlanjur melihat kami.

"Bikin ulah apa si Bontot?" Tuduh Bang Aril.

"Juna jangan gitu sama adeknya!" Seru Papi.

"Ginny mau bilang sesuatu ke kita semua, Pi-Mi." Ucap Bang Juna.

Jantungku anjlok saat itu juga. Aku tidak siap jujur kepada seluruh keluargaku sekarang, apalagi masih ada Bi Odah di ruang makan yang terlihat kepo dengan keributan ini.

"Apa?" Tanya Mami.

"Ngomong dek!" Sahut Bang Juna.

Aku diam, menarik nafas panjang, mempersiapkan diri melempar kotoran ke wajah orangtua yang amat kusayangi ini.

"Ginny hamil!" Belum terkumpul kekuatanku untuk bicara, Bang Juna yang tak sabar langsung saja membeberkan aibku.

"Apa?!" Terdengar koor dari Mami, Papi dan Bang Aril.

Aku menunduk memandangi jari kakiku, malu. Dan tentu saja menyesal karena pastinya, aku sudah mengecewakan mereka.

Tuhan, bolehkah aku mati saja??

******

TBC

Thanks for reading
Dont forget to leave a comment and vote this chapter xoxo

Ps: new story just short story, maybe.

*****

Semesta yang lainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang