13. Mulai

3.3K 447 44
                                    

GINNY POV

"Pasang KB aja langsung, nanti kalo kebobolan hamil pusing loh, kamu kan operasi." Ucap Kak Keira.

"Iyaa, aku juga dua bulan setelah lahir langsung KB, pake yang 5 tahun, biar jarak anaknya jauh deeh." Sahut Mbak Aila.

Aku diam, mengangguk saat dinasehati begini. Tapi di satu sisi, aku pake KB buat apa?? Aku sama Mas Putra aja belum gituan, ya ampun, sedih banget.

"Iyaa, nanti aku pasang Kak." Hanya itu yang bisa kusampaikan.

Aku jadi dekat dengan beberapa teman Mas Putra, tapi yang paling deket sih Kak Aila, Kak Renata dan Kak Keira, gak tau kenapa gampang akrabnya sama mereka. Soalnya temen cewek yang lain seperti Kak Kalya, Malika ataupun Kak Jihan lebih seneng ngumpul dan ngobrol sama cowok-cowok, bahas bahasan cowok. Jadi ya begini, kami berempat kadang melipir buat bahas hal lain.

"Kamu mau punya anak berapa Kak?" Tanya Kak Keira pada Kak Aila.

"Dua aja kali ya? Pokoknya umur 4 tahun deh baru program lagi. Aku takut gak keurus, ini aja keseringan anak ditinggal sama Damar, aku sering rapat di luar, turun ke lapang." Nah, Kak Aila ini seorang peneliti Burung, fokusnya sih lebih ke song-bird, terus aktif juga dalam konservasi ataupun trade burung secara legal, makanya, Kak Aila sibuk banget.

"Aku sih ya sekarang ngerasa cewek gak cuma harus ngurus anak sama rumah doang, sama Mas Putra sih kita mengedepankan toleransi. Ya sepengertiannya kita aja. Kadang kalo Raka maunya digendong Mas Putra padahal Mas Putranya mau cuci mobil, ya jadi aku yang cuci mobil hehehehe."

"Nah betulss, yaudah lah yaa? Udah 2020, cowok boleh kerjain kerjaan cewek, gitu juga sebaliknya. Aku sama Rifan juga gitu." Sahut Kak Renata.

"Tapi gimana yaa? Aku kadang gak enak sama Damar, bukan gak enak sama Damarnya sih, tapi sama Bundanya, tiap ketemu pasti nasehatin buat lebih sering di rumah. Ya aku juga penginnya di rumah, main sama anak sama Damar, tapi kan di satu sisi aku punya tanggung jawab lain, Negara gaji aku tiap bulan biar Indonesia tetep bisa ekspor hewan dan tumbuhan ke luar, aku harus ke lapangan buat tau individu di lapangannya gimana, aku harus audit ke penangkaran-penangkaran di daerah buat liat sistemnya, kalo CITES dunia tahu misalnya itu semua gak sesuai prosedur, Negara kita di-banned gak bisa ekspor, siapa yang rugi? Susah jelasin itu ke Bunda."

Aku diam. Emang sih yaa, di dalam rumah tangga pasti selalu ada saja masalahnya. Aku beruntung 'mertua' bukanlah bahan masalah kami karena Mamanya mas Putra itu sangat baik padaku, seperti menganggapku anaknya juga, malah kadang baikan ke aku daripada ke Mas Putra.

"Kaya gitu sih Kak asal kita sama pasangan gak jadi berantem atau nganggep masalah, insya allah sih lancar-lancar aja. Bang Damar gimana emang?" Tanya Kak Keira.

"Damar sih santai, cuma ya aku baper kalo bundanya bilang gitu, apalagi kalo udah bandingin sama adek ipar, udah deeh hehehehehe." Suara kak Aila terdengar santai.

"Yang penting Bang Damarnya, kak!" seru Kak Renata.

Kak Aila mengangguk, topik bahasan kami berubah, kali ini soal baju dan tas, aku yang emang hobi belanja langsung mengutarakan semua yang kutahu.

"Jadi kamu suka beliin belanjaan branded buat orang, Gin?"

"Waktu masih aktif kuliah, Kak. Sekarang aku banyak di rumah, keluar ya cuma ngurus usaha, ngecek gitu."

Kak Aila bertanya soal pasar mode, kujelaskan yang ku tahu, begitu juga dengan barang-barang branded yang preloved tapi masih kece-kece.

"Kalo artis sih kebanyakan pada beli sendiri, Kak. Ya kan sekalian mereka jalan-jalan juga. Yang sering minta beliin ya pengusaha, tinggal kirim gambar nanti aku cari. Paling enak kalo barangnya limited, harus terbang ke Eropa buat dapetinnya, persenannya juga gede." Jelasku.

Semesta yang lainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang