"Chalista Philomena," balasnya sambil menjabat tangan gue yang sedari tadi terulur.
Ah pantas. Pantas dia menarik. Bahkan namanya memiliki unsur musik. Philomena itu judul lagu di era Yunani kuno yang setau gue menceritakan tentang kisah romansa dua insan yang berakhir bahagia.
"Kalo kembaran lo? Namanya Philomena juga?"
"Hahaha. Enggak. Dia Clarissa Prianka."
Loh beda?
"Jadi itu asal-usul Tata dan Caca?"
"Kok lo tau?"
"Dobby."
"Lo nanya-nanya ke dia?"
"Boro-boro Ta. Dia sering banget bangga-banggain kalian berdua kalo lagi main sama temen-temen. Eh iya gak apa-apa kan kalo gue panggil nama langsung?"
"Lo--"
"Gue kelahiran 2001."
"Oooh oke. Gak apa-apa panggil Tata aja."
Kan bener, seumuran.
"Lo jurusan Musik dimana Sa?"
"Ah enggak. Gue Ilmu Kelautan IPB kok."
"Hah?"
Hahaha dia kaget juga.
"Different case. Gue gak keterima di Musik jadi ya ambil aja pilihan kedua."
"Seriusan? Kamu kenapa gak coba lagi?"
Loh kok tiba-tiba kamu?
"Eh maaf kelepasan. Sebenernya aku gak biasa sih make lo-gue."
"Gak apa-apa. Gue lolos di snmptn. Gue gak mau adek kelas gue menderita gara-gara gue gak ngambil snm ya walaupun pilihan kedua sih."
"Ya tapikan kalo gak sesuai passion?"
"Siapa bilang? Gue suka laut. Gue sering belajar tentang laut sama om gue yang nahkoda. Jadi selain suka musik, gue juga suka laut."
Suka kamu juga. Istighfar Asahi.
Dari bawah sana terdengar suara motor matic yang tadi menghilang beberapa saat dan mulai terdengar ucapan juga, "lah motornya ada, sepatunya ada, tasnya ada. Bang Asaaaa!"
Gue menghampiri pagar pembatas lantai atas dan melihatnya dari sini.
"Berisik."
"Woi ngapain lo diatas?"
"Main sama kakak lo."
"STRESS! TURUN GAK?"
"Main piano! Kotor banget sih pikiran lo. Liat tuh Kir. Cowok lo."
Gue memutuskan untuk turun ke bawah tak berapa lama Tata turun juga mengikuti.
"Bby, mana?" tanya Tata ke Dobby setelah sampai di bawah.
"Ini Teh," Dobby memberinya plastik yang gue yakini isinya beberapa macam obat dan langsung diambil sama Tata.
Tata menuju ke belakang dan menuangkan air ke gelas. Mungkin mau langsung di minum. Semuanya bikin gue makin penasaran. Penasaran sebenernya separah apa sakitnya sampe dia aja memikirkan nasib keluarganya kalau dia gak ada.
"Assalamu'alaikum. Loh rame banget rumah?"
"MAMAAAAAAA. Mama pulang? Udah selesai kan tesis nya Maaa?" Dobby berlari ke arah lengan seorang wanita yang belum terlihat berusia. Daripada Mama, beliau lebih cocok dipanggil Kakak sama si Dobby kayaknya.
"Maaa," Kiran mengambil tangan kanan Mamanya Dobby, salim.
"Hei Kirana. Lagi main ya?"
Seusai ngobrol kecil mereka, tatapan gue dan beliau bertemu. Melihat lama membuat gue sedikit canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Treasure.
Fiksi Penggemar13 laki-laki, 13 cerita, dan 13 kehidupannya. ✧ [ eenjeolmee - 30 Desember 2019 ]