Jakarta, 12 juli 2019.
Seorang laki laki berkulit putih, dengan wajah tampan dan lesung pipi yang membuatnya terlihat semakin manis dan tak akan pernah membosankan untuk ditatap itu baru saja menghampiri pintu rumah keluarga Winata.
Kaos hitam polos dan celana jeans berwarna senada dengan aksen robek dibagian lututnya juga ikut menyempurnakan penampilannya.
Jemarinya mengetuk permukaan pintu kayu besar didepannya, berniat untuk menjemput salah satu penghuni istana nyata milik bayu winata.
Arkan baru saja membuka pintu nya pada ketukan ketiga, karena acara tidur siangnya diruang utama terganggu, ia tersenyum ramah, bukan Arkan yang ia cari.
"Adek gue lagi siap siap kali" Jelas Arkan tanpa sambutan pada tamunya.
"Dek, Rayan udah jemput!" Teriak Arkan dari ambang pintu kearah lantai kedua dimana kamar sang adik berada.
Arkan kembali menghadapkan tubuhnya kearah Rayan, laki laki yang sejak dua tahun lalu berstatus menjadi kekasih shani, sekaligus teman setianya bermain game.
"Martabak yan jangan lupa" titip arkan. Hal itu sudah biasa terjadi, sebelum Arkan meminta pun Rayan sudah dengan senang hati membelikannya, agar hubungannya semakin lancar, kata Rayan waktu itu.
"Sip kayak biasa kan bang?" Arkan memamerkan ibu jarinya dan memulai obrolan dengan Rayan.
Selang beberapa menit, orang yang Rayan cari tiba dihadapannya dengan hoodie oversize berwarna soft pink dan celana boyfriend, serta rambut bagian atas yang sengaja ia ikat, membuatnya terlihat semakin menggemaskan
"Hai" sapa shani malu malu, Rayan tersenyum sembari mengangguk.
Arkan mengangkat bahunya kemudian berlalu meninggalkan dua sejoli yang sama sama sedang jatuh cinta itu, jika masih berada disana mungkin hanya menjadi dinding saja, tambah lagi arkan adalah seorang single yang mudah tersinggung dengan hubungan hubungan semacam ini.
"Aku kangen kamu sha" Rayan tertawa kecil dengan pengakuannya, senyuman shani mengembang kemudian memeluk hangat tubuh laki laki didepannya.
Rayan mengangkat wajah shani, mengarahkan untuk menatap wajahnya yang lebih tinggi dari gadis yang kini tengah berada dipelukannya "aku juga"
"Maaf ya aku sibuk terus, aku juga jarang ada waktu buat tiap hari nemenin kamu" shani tersenyum simpul. Perlu dimaklumi jika seorang Rayan algareza memang murid andalan disekolahnya yang sering diikut sertakan dalam olimpiade yang cukup besar, jadi tak heran lebih banyak waktunya ia habiskan bersama sains, kimia dan pelajaran lain dari pada dengan kekasihnya sendiri.
Shani mengangguk. Ia tak akan banyak bicara jika keadaannya masih canggung, seperti saat ini.
Tanpa keduanya sadari sepasang mata tengah menatap mereka dengan tak suka, cemburu maksudnya.
Ia merogoh sakunya kemudian menghubungi seseorang.
"Dia pergi bersama laki laki itu lagi paman" Curahnya pada sang lawan bicara yang ia panggil dengan gelar 'paman'
"masih tidak ada hak na bersabar lah" Ia menghela nafas, apa yang lawan bicaranya ucapkan memang benar, siapa dia, hanya pengagum rahasia gadis itu saja.
Ia mendengus kemudian pergi dari tempat itu, sesekali menendang apa saja yang tertata diatas aspal.
Sepanjang perjalanan menuju tempat kerjanya, ia hanya bergumam tentang bagaimana caranya agar shani dapat membaca ratusan surat yang ia kirimkan, ratusan surat yang ia tulis itu memang belum juga sang target baca.
Tak ada satpam ataupun pembantu rumah tangga dari keluarga winata, karena itu ia kesulitan untuk menyampaikannya pada shani, selain dengan benda yang tertancap didepan gerbang besar rumah itu.
—
Rayan mencubit pipi shani gemas, kini keduanya berada dipameran dekat rumah rayan.
Kedua kalinya mereka mmenghabiskan sore bersama dengan berjalan jalan ditempat itu.
Langit mulai merubah dirinya menjadi berwarna jingga, shani sangat menyukainya, dan rayan pun tahu itu.
"Aku beliin kamu es krim kamu tunggu disini" Rayan menepuk pelan pipi sang kekasih yang terduduk diatas bangku yang menghadap bianglala ditempat itu.
Ia tersenyum senang, walaupun hal manis seperti ini sudah sering rayan lakukan padanya ssat bertemu dan berkencan.
Selang beberapa menit rayan datang, dengan dua es krim rasa coklat ditangannya.
"This one for my princess" Rayan menyerahkan salah satu makanan bersuhu dingin itu.
"Makasih" Terima shani dengan senang, sajian yang baru saja rayan belikan memang kesukaannya, tambah lagi rasa coklat.
Keduanya kembali berbincang tentang rencana masa depannya, sesekali juga bercanda hingga beberapa kali es krim milik shani sedikit mengotori wajah sang kekasih, dengan sengaja.
"Nantangin ya kamu" Rayan mencubit pipi shani hingga sang pemilik mengerucutkan bibirnya, berusaha membuat rayan gemas, setelah beberapa kali menggodanya dengan ekspresi yang ia buat imut pun usahanya tak berbuah sia sia, rayan tersenyum kemudian mengusak puncak kepala gadis itu gemas.
"Dasar bayi" Rayan kembali melahap es krimnya, mencoba melupakan wajah gadis itu yang menurutnya sudah sangat menggemaskan.
Shani tersenyum, menyandarkan kepalanya dibahu lebar milik rayan, seketika lupa jika keduanya kini berada di tempat umum, seolah tak menyadari kehadiran pengunjung lain.
Jatuh cinta memang membutakan segalanya.
Setelah menghabiskan pemberian rayan shani menerima gandengan dari kekasihnya untuk kembali mengelilingi tempat itu.
—
Rayan baru saja memberhentikan motormya didiepan sebuah rumah yang tak kalah besar dari rumah sang kekasih.
Keduanya berjalan memasuki area dalamnya, seorang pria pun berada dimeja ruang tamu dengan laptop dan beberapa berkas didepannya.
Shani sedikit membungkukkan tubuhnya berniat bersalaman dengan pria yang berstatus ayah dari rayan itu.
"Kebiasaan kamu yan, kalo aja pacar gak bilang bilang dulu" Ucap yuda, ayah rayan.
Sang anak tersenyum, kemudian menggaruk tengkuknya.
"Lupa yah" Setelah beralasan keduanya kembali melanjutkan perjalanan, menuju dapur untuk menghampiri sang ibu.
"Ma shasha dateng" Teriak rayan dari depan pintu, sang objek pun vepat cepat membersihkan tangannya dan memeluk shani erat, layaknya anak sendiri.
"Shasha udah makan sayang" Shani tersenyum seraya mengangguk.
"Udah ma" Dewi mengusap punggungnya, kemudian menggiring keduanya ke meja makan.
"Kalian tunggu disini mama abis masak" Ucap dewi sebelum pergi ke dapur untuk mengambil hidangan yang sudah ia buat.
![](https://img.wattpad.com/cover/208842799-288-k77780.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SUARA [ √ ]
Teen FictionShani sabila dayuga. Gadis 17 tahun yang berjuang untuk tetap kuat dari semua nasib menyedihkannya tentang kedua orang tuanya yang membuang dan selalu menghina layaknya seorang musuh. Kisah manis tentang hidupnya seolah sirna seketika saat ibunya m...