Shani buru buru merogoh tasnya untuk mengambil beberapa buku tugas untuk sang sahabat, yang rupanya belum mengerjakan tugas rumah pelajaran hari ini, sama sekali, bahkan ia pun belum membuka bukunya sejak kemarin malam, kata vanya.
Setelah mengeluarkan buku tugas bahasa inggris itu shani hanya fokus dengan surat dan hadiah yang penggemarnya berikan, ah maksudnya tinggalkan didepan gerbang rumahnya, seperti hari hari sebelumnya.
Selamat pagi...
Kamu sangat cantik hari ini, seperti kemarin, dan hari hari sebelumnya.
Tapi sayang, kamu sudah jarang tersenyum, hadiah yang aku berikan tak pernah menarik?
Ah, aku ha harus bekerja untuk membeli semua yang kamu suka.
Tersenyumlah...
-D
Shani memeluk suratnya, kemudian tersenyum dengan mata yang terpejam, seolah lupa jika dirinya masih memiliki kekasih, Rayan.
"Eh shan" Vanya memberhentikan kegiatannya kemudian mengambil sesuatu dari laci mejanya.
"Kemaren pas pulang gw nemuin ini dibawah meja gue, ternyata buat lo" Shani kembali melirik vanya dan menerima kotak hadiah itu dengan senang hati.
"belom gue buka sumpah" Shani tertawa kecil saat vanya mencoba meyakinkannya dengan menunjukan jari telunjuk dan tengahnya yang dibentuk huruf V
"Iya iya percaya ko" Shani membuka kemudian membaca surat yang tersimpan diatas benda yang sejak lama shani inginkan.
Album dari band favoritnya, New boys on the block, Band 90an, pemilik beberapa album berisikan lagu lagu yang sejak beberapa tahun lalu menjadi kesukaan gadis itu.
"Wah shan ini kan album yang langka loh" Vanya ikut antusias dengan hadiah yang diberikan penggemar shani kemarin.
"Kalo gue jadi lo bahagia deh soalnya banyak yang suka sama lo" Ujar vanya, shani terdiam.
Vanya hanya tak tahu saja semua kisah hidupnya yang sebenarnya.
Tak lama seorang guru dengan buku tebalnya datang membuat vanya buru buru mengerjakan tugasnya kembali karena terlalu banyak mengobrol.
Banyak pula siswa lain yang baru saja datang menyusul si guru, termasuk rian dan jevan.
BRAKKK
"Jalan yang bener dong" shani mengambil beberapa bukunya yang terjatuh karena tabrakan dari jevan, sang pelaku menatap shani datar, kemudian kembali berjalan ke mejanya, shani pun mendengus, untuk kedua kalinya darahnya naik karena si laki laki so ganteng itu.
—
Shani baru saja menutup bukunya kembali selang sekitar tiga puluh menit setelah kepergian bu via, guru biologi yang baru saja mengajar.
Shani sengaja mengerjakan tugasnya hari ini juga, karena menurutnya pekerjaan rumahnya hari ini sangat mudah, tambah lagi itu adalah pelajaran favoritnya.
Tak lama rian menghampirinya dan duduk dimeja dihadapan shani dan vanya.
"Sha" Shani mengangkat wajahnya setelah fokus menatap tugas diatas mejanya.
"Kenapa?" Tanya shani basa basi walaupun sebenarnya ia juga tahu maksud rian, ingin belajar bersama, karena ia sama sekali tak mengerti materi yang bu via jelaskan beberapa menit lalu.
"Kerja kelompok rumah gw lagi bisa kali ya" Rian cengar cengir. Shani menghela nafas panjang, sebenarnya ia sudah tak mau lagi membantunya, karena jika ia terus mengajarkannya, rian menjadi orang yang tak pernah berusaha untuk lebih mengerti sendiri dengan semua materi pelajarannya.
"Ayooo" Sosor vanya antusias, padahal sejak pertama kali Rian Mangajak shani mengerjakan tugas bersama pun tak pernah mengajaknya, tapi vanya sendiri yang memaksa untuk ikut.
Tapi akhirnya shani mengiyakan saja ajakan rian, karena tak tega.
Dan nampaknya rekan bekerja kelompoknya akan bertambah, rian pasti akan mengajak jevan.
"Yaudah sekarang kita ke kantin, gue yang traktir" ajak rian. Vanya semakin antusias, ia menarik tangan shani untuk mau bergabung pergi ke kantin, padahal jelas jas gadis berambut hitam pekat itu sedang mengerjakan tugas.
"Iya iya bentar va" shani mengemasi buku dan alat tulisnya kemudian menuruti ajakan vanya yang sudah seperti anak kecil yang memaksa ibunya untuk membeli es krim.
Sekumpulan murid lain menatap kedatangan shani dan ketiga temannya, layaknya kedatangan sekumpulan selebriti.

KAMU SEDANG MEMBACA
SUARA [ √ ]
Ficção AdolescenteShani sabila dayuga. Gadis 17 tahun yang berjuang untuk tetap kuat dari semua nasib menyedihkannya tentang kedua orang tuanya yang membuang dan selalu menghina layaknya seorang musuh. Kisah manis tentang hidupnya seolah sirna seketika saat ibunya m...