Hampir pukul sepuluh lebih dan shani baru saja tiba didepan gerbang rumahnya.
Segala resiko sudah siap ia tanggung, karena pulang sangat terlambat dan jauh lebih malam dari ketentuan keluarganya bagi shani, sebagai anak perempuan satu satunya dari keluarga Winata.
Rayan menghela nafas panjang, sepanjang perjalanan ia tak berhenti menyumpah serapahi dirinya sendiri karena dengan ceroboh lupa waktu hanya gara gara acara yang sangat ia sukai dan acara bakar bakara dirumahnya.
Ia merasa bersalah, sangat. Mungkin menegangkan sudah menunggu kekasihnya didalam sana, sebenarnya ada jalan lain yang terlintas dipikiran rayan, membiarkan shani menginap dirumahnya, tapi itu tak mungkin.
Masalah yang lebih besar akan datang jika shani memilih untuk menginap, daripada pulang terlambat.
"Maaf ya sayang" Rayan mengusap puncak kepala shani.
Shani tersenyum manis mencoba meyakinkan Rayan jika ia baik baik saja, dan akan tetap seperti itu hingga mereka kembali bertemu.
"Aku anterin ke dalem ya" Shani menggeleng, kemudian mengusap pipi Rayan dan menciumnya sekilas.
Rayan tersenyum walaupun hatinya tak tenang. "pulang ya udah malem banget"
Rayan mengangguk dan meniggalkan shani, walaupun berat, ada Arkan yang akan melindungi shani, pikir Rayan.
Shani berjalan pelan, lebih kencang deguban didadanya daripada langkah kaki yang ia lakukan.
Shani menepuk nepuk pelan pipi Arkan yang tertidur dikuris depan jendela, sebaik ini Arkan padanya, ia sangat beruntung.
Disaat kedua orang tuanya tak pernah perduli dengan apapun yang terjadi, dan hanya mementingkan pandangan media, ada Arkan yang selalu menjaganya, menunggunya untuk pulang, menemaninya saat bersedih, dan membuatnya tertawa hingga sedikit lupa dengan masalah hidupnya.
"Ka" Arkan terbangun kemudian mengucek matanya agar bisa kembali terbuka dengan sempurna.
"Eh udah pulang" shani tersenyum manis kemudian mengangguk.
Keduanya memasuki area rumah, menaiki setiap anak tangga hingga panggilan dari arah ruang utama membuat keduanya menoleh.
"Shani sini kamu" Arkan seketika kehilangan rasa kantuknya, ia mengekori shani yang lebih dulu menghampiri ibunya.
PLAKKK
"Apa mau mu?!" Teriak desti, ibunya.
"Mau bikin saya malu" Arkan menarik tangan shani kemudian membiarkan sang adik berlindung dibalik tubuhnya.
Tak lama bayu datang, kemudian menyeret tubuh shani hingga menjauhi Arkan, desti menghampirinya dan mulai melakukan kebiasaan buruk mereka, memperlakukannya dengan tidak baik.
Bayu memberikan arkan beberapa pukulan ditubuhnya hingga Arkan sendiri merasa lemas, membuat bayu lebih mudah menyeretnya untuk menjauhi shani.
Bayu membawa arkan yang lemas tapi masih berusaha membentak itu kearah kamar tamu yang tak jauh dari tangga.
Ia meninggalkan Arkan setelah menguncinya rapat rapat. Menurut bayu kini Arkan sangat tak sopan karena ulah anak tirinya itu.
Shani sudah tergeletak dilantai karena tamparan dan tendangan yang desti berikan, saat ia meringis karena rasa sakit yang ia rasakan, bayu datang dengan balok kayu ditangannya.
"Kelakuan anda sudah seperti jalang" Bentak bayu memukul punggung shani dengan benda berukuran cukup panjang itu.
Shani menjerit, sesegukannya pun terdengar cukup keras, rasanya kini tulang punggung gadis sudah retak saja.
Arkan mencoba kembali mendobrak pintu kamarnya dengan seluruh tenanganya saat jeritan dari shani masuk kedalam indera pendengarannya.
Tendangan yang kuat terus menerjang tubuh shani hingga ia terbujur kaku dengan sekujur tubuh yang sudah terasa hancur diseluruh bagiannya.
Tak sampai disana bayu kembali menyeret tubuh shani hingga masuk ke kamar mandi.
Permukaan lantai yang dingin membuat permukaan kulit kaki dan tangannya terasa perih karena luka yang mereka buat.
Tangisan shani semakin menjadi.
"Lepaskan aku!" Suaranya bergetar sedikit terbata bata.
Bayu mendorong paksa kepala shani hingga masuk kedalam bak mandi yang sudah terisi penuh dengan air.
Gelembung keluar dari dalam, shani mencoba bernafas.
"Jika media tahu dengan kelakuan anda seperti jalang ini saya malu!" Bayu menyeret kemudian menghempaskan tubuh shani, membiarkan dia terduduk dibawah shower yang membuatnya semakin kedinginan.
Bayu pergi bersama desti kemudian mengunci pintu kamar mandi.
Yang ia pentingkan hanya media, media, media, dan pujian dari media saja.
Shani memeluk lututnya menerima guyuran shower yang seolah menusuk nusuk kulitnya yang sudah dipenuhi memar.
Perlahan ia tergeletak karena tubuhnya yang kian semakin lemas, dengan nafas yang terengah, rongga diparu parunya seketika terasa tertutup saja.
Arkan mengacak acak lemari dan laci ruangan itu untuk mencari benda apa saja yang dapat meloloskannya dari kamar tamu yang jarang terpakai itu.
Arkan menarik paksa pintunya setelah mengotak atik beberapa bagia, ia berhasil membuka penghalang didepannya itu dengan bantuan pisau kecil dari atribut pramuka bekasnya beberapa tahun lalu.
Arkan berlari walaupun sesekali langkahnya oleng.
BRAKKK
Arkan mendobrak pintu kamar mandi kemudian mengangkat tubuh shani yang gemetaran, darah juga mengalir dari hidung bangirnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/208842799-288-k77780.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SUARA [ √ ]
Teen FictionShani sabila dayuga. Gadis 17 tahun yang berjuang untuk tetap kuat dari semua nasib menyedihkannya tentang kedua orang tuanya yang membuang dan selalu menghina layaknya seorang musuh. Kisah manis tentang hidupnya seolah sirna seketika saat ibunya m...