"GIMANA latihannya? Wajah Aron datar dengan tangan yang sedang memilah proposal kegiatan yang akan kami sebar.
Di sini posisiku baru selesai latihan Drama pukul 6 tadi dan langsung bawa motor ke kost Iska."Lancar," kataku sambil melepaskan jaket yang kupakai tadi untuk berlindung dari sengat matahari yang sebenernya udah ilang semenit lalu.
Belum selesai aku ingin melanjutkan kisah latihan pementasanku dia sudah memberi perintah."Kalau gitu buru sini!" Tangannya berayun memerintah agar aku mendekat ke badannya yang tengah menyender dikasur berbingkai kayu itu, "proposal ngga bisa ngejilid sendiri Fyi!" Termenung, diriku diam.
Sudah kesekian kalinya dalam satu Minggu ini Pak Ketua menuntut ku ini itu.
Aku capek! Mama aja ngga gini-gini amat."Ish! Sabar napa Pak!" Desisku tapi tetap berjalan ke arahnya.
Well! Ini juga ngga bakalan kejadian kalo sekertaris yang udah 1 bulan ngejabat di kelompok KKN ini mundur karena lebih milih exchange program ke Vietnam ketimbang berjibaku bersama kami di desa.Tanganku masih sibuk memotong plastik dan cover F4 menjadi format A4 secara manual dengan cutter dan penggaris.
Maklumlah namanya mahasiswa yang mayoritas anak kost pasti mencari cara supaya ngga ngeluarin duit."Iska mana?" Tanyaku karena melihat kost milik Iskandar ini hanya ada aku dan Aron.
"Cari makan, Lo udah makan?" Jelasnya juga sambil bertanya karena kini akhirnya semua proposal itu selesai dicetak dan tinggal ku jilid satu persatu.
Pertanyaan itu hanya ku jawab anggukan yang mana itu bohong. Malas aja ntar ada drama.
Kami pun bekerja dalam diam, tenang."Lelet banget sih Na!" Kesalnya kini mengambil alih stapler karena aku masih sibuk dengan cutter dan penggaris.
Aku kalo kerja gini ngga bisa cepet emang takut ngga rapi aja"Saya kerja dengan benda tajam loh Pak ketua. Wajar lah hati-hati." Ujar ku dan dia hanya diam.
Tapi ekspresi dari wajah sawo matang berhias poni itu cukup kesal dan pastinya ia ingin membalas ku dengan ungkapan seperti 'bacot sia!'Aron berkerja dalam diam karena stapler yang hanya sebiji juga tidak dapat dipakai olehku dan akupun hanya kebagian membubuhkan lakban sebagai finishing buku tak seberapa tebal itu.
Aku senyum puas karena akhirnya Aron memberiku proposal terakhir. Kalau bisa pulang aku ingin pulang secepatnya. Pembekalan dari pagi dan latihan untuk MK* Drama and Pros cukup menyita energi juga mentalku.
Belum lagi revisi anggaran yang kukerjakan semalaman karena ketua satu ini menuntut kesempurnaan namun waktu tidurkulah yang jadi korbannya."Hey budak revolusioner penggerak bangsa. Makan dulu baru lanjut kerja." Suara pria yang kini melepaskan sepatunya didepan kamar.
Iska akhirnya datang dengan 3 bungkusan, 1 nasi goreng dan 2 mie goreng.
Aku beranjak menggunakan jaketku."Lah Rona udah mau cabut? Makan dulu lah." Tahan Iska yang kini sudah mengambilkan kami piring dari samping ranjangnya.
"Dia udah makan. Gue juga cabut yah"
"Mie lu?" Tanya Iska yang tak jadi membuka nasinya.
"Bungkus aja tar gue makan di kost. Gue mau antar Rona balik. Ngga baik cewe pulang larut malam."ujar Aron sambil memasukkan laptopnya setelah mematikan printer Iskandar.
Sebenernya sih aku ogah diantar Aron, makanya sekarang pergerakanku dipercepat supaya bisa kabur duluan.
"Rona!" Pemuda bernama asli Iskandar itu berjalan ke arahku yang masih memakai sepatu.
"Bawa gih ini!" Dia memberiku sebungkus plastik dengan mie goreng didalamnya.
"Thanks yah." Aku berlalu sambil membawa bungkusan itu meninggalkan Aron yang masih menggunakan kaus kakinya.
"Itu traktiran bang Aron kok." Terserah deh siapa yang teraktir yang penting gue mau rebahan ini, capek kek kelai ama kucing.
"Na! Tunggu!" Teriak Aron.
"Nggausah Ron! Gue pulang sendiri. Dianterin banget." Tukas ku.
"Bukanya apa, kelompok kita udah kehilangan sekertaris jangan sampe aja kehilangan bendahara juga."tau gue formalitas mulu emang dia ini.
"Serah deh."jawab singkat lalu bergegas mencari kunci dan memakai helm.
Angin bertiup cukup kencang dan membuat tubuhku sedikit merinding. Brrr~ Cukup membuat masuk angin juga, untung aku pakai jaket. Aron menyamakan posisi motornya disampingku.
"Na ini keknya mau ujan, bisa dicepetin biar sampenya cepet!" Benar juga dan aku pun mengikuti perintahnya. Menarik gas scooter matic ku.
Dia kembali diposisi awal dibelakangku dan hujan pun turun cukup lebat karena kini basah tubuhku hingga kedalam. Aron berteduh saat kami sudah didepan rumahku. Untungnya bagian depan rumah ada kanopi jadi dia bisa bertahan disana paling ga sampai hujan sedikit reda.
"Ron masuk gih lu pasti basah kan?" Tanganku sambil menyerahkan handuk. Sebenernya dia tau kalau orang tua ku lagi ngga dirumah makannya aku berani pulang malam.
Dia menggeleng."Gausah na disini aja, ngga baik kalau beduaan" gausah kegeeran sih, sebenernya aku juga nggamau bawain dia masuk karena rasa kemanusiaan aja makannya aku nanya.
"Yudah paling ga didepan rumah deh, duduk di teras, dari pada depan garasi banget lu."
Dia pun mengikuti kata-kataku.Aku membawakan teh hangat yang agak hambar karena gula dirumah ngga manis untuk penderita diabetes.
"Makasih!"ujar Aron.
"Gue kedalam yah." Kemudian aku langsung masuk lagi dan mandi. Biar ngga peliket. Biar aja dia depan rumah. Pulang juga ngga apa.
Setelah berpakaian kulihat hujan sudah reda dan pintu depan juga sudah tertutup, segera ku cek keadaan aron yang mungkin masih menunggu diluar dan, tenyata sudah hilang. Segera kubereskan teh dari meja luar dan bergegas masuk.
Sebuah pesan personal masuk.
Aron48Aron: Gue baru sampai kost, sorry pulang duluan soalnya lu ngga keluar-keluar!
Rona: K. Sama-sama yah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PINDAH TIDUR| Lokal WENYEOL
Fanfictionᴀʀᴏɴ:"ᴋɪᴛᴀ ᴋᴇ ꜱɪɴɪ ʙᴜᴀᴛ ᴍᴇɴɢᴀʙᴅɪ ʙᴜᴋᴀɴ ᴘɪɴᴅᴀʜ ᴛɪᴅᴜʀ" 2 bulan masa pembekalan membuat sekelompok mahasiswa ini memiliki banyak pengetahuan tentang ketua mereka. Aron, pemuda berwajah manis serta pemikiran visioner yang terkenal cukup aktif dalam orga...