"Yaudah biar ngga ketuker, kamu panggil aku Abang aja kek yang lain. Aku panggil kamu Nana. Gimana?"
🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻
Pakaian yang ku gunakan malam ini tidak mau lebay, bukannya aku tidak menghargai suatu acara. Menurut pengalaman waktu pulang kerumah eyang di desa, dinginnya itu bisa bikin selimutan berlapis-lapis. Makannya aku lebih milih pakai celana jeans, lengan panjang dan jaket KKN. Well ngga salah emang kemarin bikin jaket jadi bisa dipakai kemanapun dan kapanpun.
Balai desa sudah ramai dengan beberapa orang yang duduk berkeliling memenuhi tiap sudut dan sisi bangunan kayu berbentuk rumah panggung ini. Kami disambut dengan tarian juga iringan musik daerah khas.
Untuk pertama kalinya kami bertemu dengan kepala desa ini, pria berusia 50 tahunan dengan jenggot memutih itu menyambut kami dengan memainkan sebuah alat musik kecapi. Sangat keren, bahkan kami bertepuk tangan tiada henti.
"Suatu kebahagiaan bagi kami menyambut kalian disini, semoga kalian bisa betah dan mampu mengembangkan potensi desa ini." Tepuk tangan kembali diriuhkan ketika Pak kepala yang bernama Pak Supri itu mengangkat gelas besar ditangannya.
"Dan dengan minuman ini, kami meminta adik-adik untuk meminumnya sebagaimana dimaksud untuk ketersediaan untuk tinggal disini." Ujarnya namun aku masih belum mengerti maksud ucapan pria yang kini meminum isi gelas tersebut.
Ini aku yang telat mikir apa gimana yah?
Karena sibuk berfikir, ternyata Aron yang berada tepat disebelah ku pun memberikan gelas yang sama, yang digunakan Pak Supri.
"Ayo minum!" Perintah Aron dengan nafas bau menyengat. Apa ini sejenis khamr? Seriusan, masa aku minum? Air muka ku pastinya sudah berubah tapi aku ngga boleh egois. Ku lihat pak Supri udah ngeliatin aku dengan wajah menunggu.
"Paling ngga sesep dikit aja." Bisik Aron masih dengan nafasnya yang kini aku tau bau alkohol.
Akhirnya aku meminum sedikit air tersebut dan terasa panas di lidah, cepat-cepat langsung ku oper pada Atta disebelah ku. Dia minum seteguk dan terus berlanjut ke Tara lalu Iska kemudian terus berlanjut hingga berakhir di Randy yang juga terlihat ogah-ogahan.
Setelah Randy berhasil menghabiskan air digelas tersebut ia pun mengangguk dan para warga yang hadir bertepuk tangan meriuhkan acara yang kini berlanjut dengan tarian lagi.
Hampir semua anggota ku menari di tengah ruangan hanya sisa aku dan Tara, yang sepertinya dia sudah tidak sadar karena minum terlalu banyak.
Bagaiman tidak banyak, setelah meminum dari gelas tadi. Beberapa pemuda mendatangiku untuk memberikan hal yang sama, karena aku tak minum Tara dan Iska yang peminum pun mengambil alih semua minuman yang kami dapat. Milikku 2 gelas, Luna 3 gelas, Wina, Niki dan Siva yang masing-masing menyumbang 1 gelas sudah bisa bikin lambung Tara bocor.
"Pakabar Hati lu tar? Masih kuat apa fungsinya?" Kataku padanya sambil memperbaiki posisi duduknya agar nyaman. Walaupun teler seenggaknya dia tetep keliatan sadar. Mana sekarang dia sok-sokan mau ikut Luna joget Ama Iska lagi. Tapi kembali jatuh dan akhirnya tidur.
"Atta keknya mulai mabuk tuh." Sebuah suara mengagetkanku. Mahdi dengan kameranya menyorot Atta yang lagi joget-joget sambil setengah sadar.
Setelah menyenderkan Tara di dinding, akupun mengambil alih kamera Mahdi. Aku pun menuju ketengah balai dimana Atta masih bergerak seperti cacing kepanasan.
"Ta, Ta kebangetan lu ye. Gue bilangin bini lu loh. Ngga gue sensor Ta. Maaf maaf ye Ta. Udah saatnya dia tau." Ujarku yang masih sibuk menshoot wajah Atta yang sudah semerah tomat namun akhirnya dia pun ambruk ke badanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
PINDAH TIDUR| Lokal WENYEOL
Fanfictionᴀʀᴏɴ:"ᴋɪᴛᴀ ᴋᴇ ꜱɪɴɪ ʙᴜᴀᴛ ᴍᴇɴɢᴀʙᴅɪ ʙᴜᴋᴀɴ ᴘɪɴᴅᴀʜ ᴛɪᴅᴜʀ" 2 bulan masa pembekalan membuat sekelompok mahasiswa ini memiliki banyak pengetahuan tentang ketua mereka. Aron, pemuda berwajah manis serta pemikiran visioner yang terkenal cukup aktif dalam orga...