Tidur ku dibangunkan oleh bunyi alarm yang sengaja ku setting jam 4.30, karena kami tidur bagaikan ikan di kaleng aku memilih tidur paling ujung dekat pintu dan dibawah meja belajar.
Semalam saat sampai dirumah. Keadaan mereka sudah tergeletak seperti ini. Dengan karpet dan bantal yang memang sudah kami unboxing saat sore sebelum berangkat ke balai.
Jadinya aku hanya mengambil tempat tersisa diujung. Sambil bangun dengan hati-hati aku pun menuju dapur untuk mencuci wajah dan minum kemudian subuhan. Saat masuk kedapur sesuatu muncul dari sisi gelap pintu menuju keluar.
"Huwaaaa!" Panikku.
"AAAAAKKK!" sesuatu itu pun juga berteriak.
Tapi tunggu dulu, kok suaranya ngga asing."Hei siapa tuh?" Seru ku.
"Ribut amat kek nggada adat." Tiba-tiba sebuah suara datang dari belakangku. Terdengar seperti Bagas dan Anan yang memang tadi tidur di Hammock ruang tamu.Aku yang belum hapal lokasi tombol lampu pun menyalakan semuanya. Dan ternyata kalian tau siapa sesuatu tadi.
"Rona, astaga itu mulut apa toak gede amat." Omel Randy.
"Ya elu sih. Gelap-gelap-an kek lagi ngepet aja." Omel ku juga ngga mau kalah.
"Kalian berdua ngapain sih? Masih subuh ini." Omel Bagas pada akhirnya.
"Aku mau ke belakang. Eh dia muncul kan kaget." Jelas Ku.
"Iya tapi ngga usah teriak juga." Oke keknya memang aku yang lebai karena teriak di jam segini.
"Maaf, udah selesai belum kamar mandinya. Aku mau pakai." Tanya ku pada Randy.
"Mau ngapain?"
"Wudhu sekalian cuci muka."
"Nggada air."
"Hah? Gimana?"
"Iya di dalem nggada air. Ini gue baru balik dari sumur ama Aron, nih gue bawa seember buat diisi ke bak." Aku cengo, pasalnya aku tak pernah melakukan MCK diluar dari kamar mandi ataupun WC.
"Jadi kalo mau pipis gimana?" Tanya lu lagi.
"Ya ke sumur sana, Aron masih di sana. Dia mandi makannya lama, gue wudhu doang." Randy kembali menjelaskan, "pindah deh lu gue mau solat, ntar kena, gue batal pula." Aku pun mundur ke sebelah kompor gas karena jalan cukup sempit, sedangkan Anan dan Bagas sudah masuk kembali bersama Randy yang kini hilang di balik kulkas.
Mata ku menangkap ember cat 15 kilo berisi air yang tadi dibawa oleh Randy yang katanya untuk mengisi bak WC. Gue kan cewe pasti dibolehin Ama Randy.
"Air yang lu bawa gue pake yah?" Tanyaku dengan suara yang cukup nyaring.
"Ia pake aja dah, tapi hemat yah. Kalo pagi gue suka 'nabung'." Jawabnya, syukur deh seengaknya gue ngga perlu ke sumur gelap-gelap gini.
🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻
Semalam keluarga pak sekdes ternyata sempat datang namun karena kami masih di balai desa mereka hanya meninggalkan setandan pisang di depan teras.
Kenapa aku bisa tau?
Karena sebelum semua anggota kami terbangun, Pak SekDes alias Pak Aryo sudah berada didepan rumah untuk bertamu.
Pas sekali saat aku sibuk mencari sinyal untuk menelfon rumah, sejak subuh tadi. Maka akulah yang sadar akan adanya tamu dan berusaha membangunkan Bagas dan Anan agar Hammock mereka tidak menjuntai diruang tamu ini.
Aron yang baru kembali dari masjid bersama Randy pun menyambut kedatangan Pak Aryo.
Kini mereka tengah mengobrol di depan ruang tamu, karena tak punya yang lain selain kopi instan bontotan Vanya. Hanya itu yang bisa ku suguhkan. Untungnya keluarga Pak Aryo juga meminjamkan kami tabung gas sehingga semuanya jadi lebih mudah.
"Gimana semalam Ron?"
"Yah?" Aku yang sedang meletakkan cangkir kopi milik Aron pun menjawab bersamaan dengan Aron sendiri.
"Tadi niatnya nanya Rona, tapi kalian jawab berdua aja deh."
"Semalam kita pulang selamat kok Pak," kataku. "tapi mohon maaf teman-teman yang lain belum bangun. Mungkin mereka kecapean." Tambah Aron.
"Yah emang seperti itulah disini. Mohon dimaklumi." Tutur pak Aryo dan kami hanya mengangguk sekenanya. Setelahnya aku pun kembali kedapur karena kebetulan aku harus membalik gorengan pisang yang sudah ku masukan ke wajah beberapa menit lalu.
Saat sibuk dengan gorengan, Niki pun muncul.
"Wah asik nih. Bundahara masak apa?" Sebenarnya aku ngga suka dipanggil bukan dengan namaku tapi karena ini Niki jadi ngga masalah.
"Pisang nih mau?" Tawarku pada gadis yang kini mencepol rambut panjangnya.
"Di goreng polosan?" Aku mengangguk.
"Kasi tepung atuh Ron!"
Niki dengan tangannya yang cekatan kini membuat adonan dengan mengambil tepung terigu dari persediaan kami dan juga air dari galon.
Mengambil pisang yang sebelumnya sudah ku potong dan mencelupkan buah itu ke adonannya. Setelah aku mengangkat gorengan ke dua itu. Pisang dengan tepung ala Niki akhirnya berenang di minyak goreng.
Bahkan aku tak kepikiran untuk membuat ini. Niki benar-benar istri idaman. Aku takjub.
"Wah enak." Pujiku karena ini pertama kalinya memakan seperti ini dan buatan rumah.
"Iya dong Niki gitu. Gih kasi ke tamu, tadi aku liat ada pak Aryo yah?"
"He'em" mulutku masih sibuk mengunyah.
"Dia mau liat keadaan kita abis party semalam, hehehe." Tambah ku buat Niki manggut-manggut. Sambil bawa handuk masuk WC.
"Ron, air kok ngga ada." Suara itu terdengar saat aku sudah masuk kedalam, "bentar nik." Jawabku singkat agar dia menunggu dulu.
🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥
"Bener gini caranya?" Tanyaku pada Niki yang kini sudah mengikat rambut panjangnya.
"Iya bener udah itu." Katanya melirikku. Lalu memakai kaus nya sebelum keluar kamar.
"Nik gue ngga pernah mandi sumur seriusan."
"Ngga apa, ntar gue ajarin."
"Nik, dijamin aman kan? Maksudnya ngga bakal ada yang ngintipin gitu." Kini Luna yang bertanya. Yup kami berdua yang paling terlihat clueless dengan agenda Mandi sumur ini. Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi dan kami masih sibuk untuk persiapan mandi bergerombol.
"Udah semua?" Kini Tara yang juga bilang kalo dia pernah melakukan aktivitas ini sebelumnya saat dikampung memastikan keadaan kami.
"Udah."
"Ayoklah."
"Keburu siang entar.""Hayuk!"
Dari Siva, Wina, Luna, dan aku yang rookie ini, hanya aku yang tidak menjawab.
"Udah ngapapa Ron percaya Ama kita." Kini Niki meyakinkan ku jika ini adalah jalan satu-satunya kalau mau badan kami bersih dan kami tetap sehat selama disini.
"Iya ayok lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
PINDAH TIDUR| Lokal WENYEOL
Fanficᴀʀᴏɴ:"ᴋɪᴛᴀ ᴋᴇ ꜱɪɴɪ ʙᴜᴀᴛ ᴍᴇɴɢᴀʙᴅɪ ʙᴜᴋᴀɴ ᴘɪɴᴅᴀʜ ᴛɪᴅᴜʀ" 2 bulan masa pembekalan membuat sekelompok mahasiswa ini memiliki banyak pengetahuan tentang ketua mereka. Aron, pemuda berwajah manis serta pemikiran visioner yang terkenal cukup aktif dalam orga...