"Mampir ke sini yuk! Kakak punya singkong loh!"🤸🏻♂️🤸🏻♂️🤸🏻♂️🤸🏻♂️
Selesai dengan bersih-bersih tubuh, kami saling menunggu untuk kembali pulang. Aku yang paling cepat selesai, entah itu bersih atau tidak. Yang pasti aku sudah memastikan seluruh tubuh ku sudah ku busa serta bilas, sikat gigi, mencuci muka serta menggosokkan kaki ke lantai sumur yang ternyata dilapisi oleh tekhel kasar khas kamar mandi.
Selagi menunggu mereka selesai, aku melihat beberapa ibu-ibu berkemben sarung yang sepertinya menuju kemari dengan baskom besar dikepala mereka.
Karena malu aku pun kembali masuk ke bagunan sumur dimana Niki masih mandi. Aku tidak percaya diri dengan penampilan ini. Sarung abu-abu muda dengan handuk kecil di bahu serta rambut cepol. Ahh jangan lupa dengan keranjang ditangan kananku.
"Pagi Bu Ibu. Mau nyuci yah?" Sapa Tara yang kini sedang memberikan timba yang sebelumnya kami pakai untuk mengisi ember untuk kami pakai airnya bersama-sama.
"Selamat pagi juga. Wah wah rajin kali kalian. Lebih awal dari kami." Balas seorang ibu bersarung hitam yang kini menurunkan baskom berisi pakaiannya.
"Iya biasa kami duluan yang mulai basahi ubin di sini." Lanjut ibu-ibu bersarung merah.
"Kamu urang anak-anak KKN itu yah? Yang dari kota?" Kini ibu yang bertutup kepala biru yang bersuara.
"Iya Bu, baru sampai kemarin siang." Kini Niki ikut berinteraksi.
"Kenalin saya Luna, ini Tara, Niki, Wina, Siva dan itu Rona." Luna memperkenalkan kami semua kepada mereka.
"Hehehe, cantiknya nama. Kalau ibu disini biasa dipanggil mama Danu. Ini mama citra ini mama Bebe." Ibu yang paling tinggi itu memperkenalkan diri dan juga teman-temannya.
"Ohh iya. Semoga ngga sungkan kalo ada apapun yang mungkin bisa kami bantu yah Bu." Kini Wina yang sebelumnya diam ikut berinteraksi.
Aku? Aku sibuk menutupi tubuh ku karena belum terbiasa.
"Hehe iya-iya. Kalian dari tadi kah rupanya?" Kini Mama Bebe bertanya padaku dan kujawab dengan anggukan dan senyuman saja.
"Iya nih. Baru juga selesai." Jawab Niki mewakili ku.
"Kalau gitu kami permisi yah Bu." Tara yang paling terakhir mandi itu pun memohon ijin untuk undur diri.
"Iya hati-hati yah kakak-kakak." Mama Danu berdadah ria saat kami melewati mereka yang sibuk dengan cucian dibaskom mereka.
"Makasih Bu." Kata pertama yang bisa aku ucapkan kepada mereka.
"Mari!" Lanjut ku hampir bersamaan dengan anggota yang lain.
☀️☀️☀️☀️☀️☀️
Saat naik kejalan menuju rumah didepan kami para anggota laki laki tengah sibuk dengan arit dan gancu. Mereka membersihkan rumput tinggi bak tanaman jagung didepan rumah itu. Sebagian membersihkan rumput bagian samping rumah. Sebagiannya lagi mencangkul parit yang sudah tertutup tanah entah sejak kapan.
Karena tidak pandai menggunakan benda-benda tersebut, aku hanya bisa membantu Niki dan Siva di dapur. Kebetulan tukang sayur lewat tepat jam 10 setiap hari. Karena baru hari pertama. Kami berbelanja secukupnya, lalu memasak dengan bahan-bahan yang kami bawa dari rumah kami sebelum sampai di sini.
Tara pun berinisiatif untuk membuatkan es untuk mereka, karena es batu yang ku buat belum beku maka kami hanya bisa menyajikan teh hangat.
"Kok hangat?" Tanya Mahdi yang baru selesai menggali tanah parit yang kini digantikan oleh Atta.
"Ngga ada es batu, adanya itu doang." Kata Siva lalu kembali masuk kedalam setelah menyuguhkan teh diatas nampan bersama beberapa gelas kaca dari gudang yang sebelumnya sudah dia bersihkan.
Aku yang membawa singkong goreng buatan Tara dan Niki pun mulai mencari cara agar dapat es batu. Seingatku ada beberapa toko dan juga depo air saat kemarin kami melewati, tapi jaraknya bisa sekilo lebih dari sini.
"Ron? Aku boleh pergi ngga?" Aron yang kini masih berjongkok didalam kolam tanah itu berhenti sebentar lalu melanjutkan kegiatannya memotong rumput itu.
"Bang kita pinjem motor boleh yah?" Kini Luna yang bertanya dan Aron langsung berdiri dan merogoh kantung celana pendeknya.
"Ajak Mahdi ya, biar dia yang bawa motor." Titah Aron membuat Luna dan aku saling tatap.
"Ron biar Luna Ama aku aja yah?" Izin ku karena ingin membeli yang lain selain es batu.
"Hmm apa??" Aron keluar dari kubangan itu lalu melewati ku.
Tunggu dulu, kenapa dia tadi terlihat kesal?
Aku rasa tidak ada yang salah.Ahh masa gara-gara hal itu?
Apa karena aku memanggilnya dengan nama?
Bukannya kemarin dia meminta seperti itu karena mabuk? Masa iya dia sadar saat meminta aku memanggilnya Abang.
"Di! Tihati yah bawa si Lulu." Serunya saat mereka berdua sudah siap untuk pergi setelah menstater motor scooter itu.
"Siap bang! Na! Ga ada yang lain kan selain es batu?" Pertanyaan Lulu hanya ku jawab dengan gelengan.
"Kenapa disitu aja sini buruan." Aron berteriak dari teras membuat ku sadar dan menyusulnya.
Kami pun berkumpul didepan teras ditemani singkong dan juga teh hangat. Belum berselang lama sekelompok anak-anak yang baru pulang dari sekolah terlihat melintas didepan rumah dan terlihat malu-malu saat kami menyapa.
"Halo! Adik!"
Sekiranya itu lah yang keluar dari mulut Tara dan Randy.
"Mampir ke sini yuk! Kakak punya singkong loh!"
Perkataan ku makin membuat mereka salah tingkah dan saling dorong untuk mendekatkan tubuh mereka pada kami. Mereka terlihat malu tapi mau dan hal itu membuat Aron maupun Atta gemas dan langsung menangkap beberapa dari mereka untuk dituntun mendekat dan duduk diantara kami. Walaupun teras kami sempit namun mereka tetap saling pangku agar bisa bergabung dengan kami yang memang banyak.
Aku undur diri untuk masuk. Seingat ku, kemarin kami sempat belanja sirup atau sejenis minuman manis lainnya saat masih di kota. Tanganku menggapai sebotol kaca biang sirup coco pandan.
Tidak butuh waktu lama, Luna pun hadir di dapur dengan membawa es batu. Niki dan Tara kembali menggoreng singkong dan kini ditambah pisang lagi. Saat semua sudah tersaji, Mahdi membantu membawakan teko sirup yang memang berat itu. Kami membawa gelas plastik tebal yang diambil dari gudang kemarin. Saat melihat gorengan yang dibawakan oleh Niki dan Tara. Anak-anak usia SD ini pun saling pandang malu, bahkan beberapa dari mereka saling menyembunyikan wajah mereka.
"Lah kok malah malu-malu. Katanya kakak tadi cantik? Coba aja tanya dong namanya siapa?" Goda Randy yang emang suka bercanda.
Yang dimaksud tadi hanya menggeleng. Mereka kurang lebih ada 6 orang dan semuanya laki-laki. Siang har ini dipenuhi oleh canda tawa dari anak-anak yang sepertinya akan sering kami lihat selama berada di pengabdian ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/151585829-288-k264941.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PINDAH TIDUR| Lokal WENYEOL
Fanfictionᴀʀᴏɴ:"ᴋɪᴛᴀ ᴋᴇ ꜱɪɴɪ ʙᴜᴀᴛ ᴍᴇɴɢᴀʙᴅɪ ʙᴜᴋᴀɴ ᴘɪɴᴅᴀʜ ᴛɪᴅᴜʀ" 2 bulan masa pembekalan membuat sekelompok mahasiswa ini memiliki banyak pengetahuan tentang ketua mereka. Aron, pemuda berwajah manis serta pemikiran visioner yang terkenal cukup aktif dalam orga...