Sudah seminggu saat Devon menembak Nadia didanau telah berlalu. Hubungan Devon dan Nadia semakin hari menjadi semakin dekat, setiap hari Devon pun selalu mengantar jemput Nadia. Devon juga selalu menyempatkan waktunya untuk jalan-jalan dengan Nadia dan mengantar Nadia kemanapun Nadia pergi.
Seperti saat ini, Devon sedang menunggu didepan gerbang rumah Nadia untuk berangkat sekolah bersama.
Terdengar suara gerbang dibuka, muncul lah seorang pria paruh baya yang sepertinya berusia empatpuluhan.
"Kamu siapa nya anak Saya?" tanya pria paruh baya itu yang ternyata Ayah Nadia bernama Rama Wijaya.
"Saya Devon, pacar Nadia." jawab Devon datar.Ayah Nadia memandang Devon remeh lalu kembali berucap.
"Kamu pacar anak Saya?" tanya Rama lagi.
"Iya, Om." jawab Devon tetap datar.
"Lebih baik Kamu putusin anak Saya." ucap Rama yang seketika membuat Devan kaget.
"Saya gak mau anak Saya pacaran sama orang yang gak bener." ucap Rama lagi.
"Maksud Om gak bener?" tanya Devon tidak mengerti.
"Dari muka Kamu itu Saya tahu kalo Kamu bukan cowok yang bener. Masa mau berangkat sekolah baju gak dimasukin." jelas Rama dengan nada bicara yang merendahkan.Mendengar ucapan Rama, seketika membuat Devon tersulut emosi, namun Devon berusaha menahannya karena jika Devon lepas kendali maka Ayah Nadia akan semakin tidak menyukainya.
"Mungkin Saya emang gak bener, tapi Saya akan berusaha buat Nadia bahagia bersama dengan Saya." ucap Devon dingin dengan sorot mata tajam.
"Asal Anda tahu, jangan pernah nilai orang dari luarnya aja." ucap Devon lagi yang membuat Rama diam.Gerbang rumah Nadia kembali terbuka, terlihatlah Nadia yang sudah siap untuk berangkat sekolah.
"Yah, Aku pamit sekolah dulu ya." pamit Nadia menyalami tangan Rama.
"Iya." jawab Rama tersenyum.Nadia menaiki motor Devon yang langsung dilajukan oleh Devon menuju ke sekolah.
"Kak, tadi Ayah ngobrolin apa sama Kakak?" tanya Nadia memecah keheningan yang tadi sempat tercipta.
"Gak ngomongin apa-apa." jawab Devon berbohong. Keheningan kembali menyelimuti perjalanan Devon dan Nadia.Walaupun saat ini status Devon adalah berpacaran dengan Nadia, tetapi sifat Devon tetaplah dingin. Namun, berbeda dari sifatnya kini sikap Devon pada Nadia setelah berpacaran lebih perhatian dengan Nadia dan tidak terlalu kaku saat bersama Nadia.
Devon memarkirkan motornya diparkiran sekolah setelah sampai di sekolah nya. Setelah memarkirkan motornya, Devon dan Nadia berjalan beriringan dengan tangan Devon yang menggandeng tangan Nadia.
Tanpa disadari oleh mereka berdua, ada seseorang yang berada didalam mobil seberang sekolah yang menatap mereka tidak suka. Seseorang itu adalah Brata, yaitu Papa Devon yang mengantar Devan ke sekolah.
"Cih. Anak itu udah punya pacar ternyata." ucap Brata berdecih.
"Jangan harap hubungan Kamu dan pacar Kamu bertahan lama." ucap Brata lagi setelah itu melajukan mobilnya meninggalkan sekolah."Kak, Aku ke kelas sendiri aja." ucap Nadia saat Devon akan mengantarnya ke kelas.
"Jam istirahat Gue tunggu dikantin." ucap Devon melepaskan genggaman tangannya lalu pergi menuju ke Rooftop setelah mengusap puncak kepala Nadia.Sontak, para siswi yang ada dikoridor dibuat baper melihat sikap manis Devon pada Nadia.
***
Seorang pria paruh baya dengan balutan jas formal terlihat fokus pada dokumen-dokumen penting dan laptop didepan nya. Orang itu adalah Brata Azfiandra.
Ceklek...
Pintu ruangan Brata terbuka menampakkan seorang pria paruh baya seumuran dengan nya yang memakai pakaian formal khas kantor.
"Duduk Ram." ucap Brata mempersilahkan orang itu duduk yang ternyata adalah Rama Wijaya, Ayah dari Nadia.
Brata dan Rama sudah berteman sejak kelas dua SMP, sama seperti mereka berteman dengan Dokter Bram.
Brata dan Rama mulai membicarakan rencana kerja sama bisnis mereka hingga tidak terasa sudah memakan waktu cukup lama.
Selesai membicarakan tentang kerja sama bisnis mereka, Rama tak sengaja melihat bingkai foto yang berukuran tidak terlalu besar dimeja kerja Brata. Difoto itu, terlihat Brata, Veni, Davin dan Devan. yang tentunya tanpa Devon.
Di foto itu, Rama hanya mengenal Veni yang merupakan istri Brata dan Davin yaitu anak sulung Brata. Sedangkan Rama tidak mengenal Devan yang berada berada difoto itu, karena saat Veni mengandung Devan dan Devon Rama pindah ke luar kota. Rama juga tidak tahu kalau Veni mengandung anak kembar.
Rama seketika mengingat seseorang yang ada difoto itu mirip dengan pemuda yang tadi pagi menjemput Nadia sekolah dan mengaku sebagai pacar Nadia.
"Ta, disebelah Davin di foto itu siapa?" tanya Rama menunjuk Devan.
"Itu Devan, anak kedua Gue." jawab Brata.
"Devan?" tanya Rama lagi untuk memastikan.
"Iya, emang kenapa?" tanya Brata bingung dengan raut wajah Rama.
"Devan punya saudara kembar?" tanya Rama.
"Punya." jawab Brata malas.
"Namanya siapa?" tanya Rama.
"Namanya Devon, lagian Lo kenapa nanya-nanya dia sih Ram." ucap Brata mulai sebal dengan topik pembicaraan ini.Rama yang mendengar jika Devon adalah saudara kembar Devan dan merupakan anak dari Brata seketika terkejut.
"Anak Lo yang namanya Devon tadi pagi jemput anak Gue untuk berangkat ke sekolah bareng." ucap Rama.
"Anak Lo, maksud Lo Radit?" tanya Brata tak mengerti, pasalnya Brata hanya tahu tentang anak pertama Rama, yaitu Radit Nathaniel.
"Bukan, tapi anak Gue yang perempuan, Nadia." jawab Rama.
"Devon bilang, dia pacar anak Gue." jelas Rama yang membuat Brata terkaget.
"Lo setuju sama hubungan mereka?" tanya Brata yang mulai serius.
"Gue gak setuju, lagian anak Lo yang Devon kayak anak berandalan." ucap Rama. Sedangkan Brata menghembuskan nafasnya lega saat mendengar jika Rama tidak menyetujui hubungan Devon dan Nadia."Lo kok kayaknya seneng banget Gue gak setuju kalo anak Lo pacaran sama anak Gue?" tanya Rama.
"Soalnya Gue benci sama dia." jawab Brata ambigu.
"Maksud Lo, kenapa Lo benci sama Devon.?" tanya Rama lagi.
"Cerita nya panjang." jawab Brata malas."Dari pada sama dia, mending kita jodohin Devan sama anak Lo." saran Brata.
"Lagian Devan jauh lebih baik dari pada dia." lanjut Brata.
"Ok, Gue setuju.?" ucap Rama setuju.
"Kapan-kapan kita adain acara makan malam bareng, sekalian kenalin mereka juga." saran Brata yang disetujui oleh Rama.Rama bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan ruangan Brata setelah berjabat tangan.
***
Disisi lain, Devon dan Nadia kini sedang istirahat dikantin sembari menikmati makanan mereka. Sedangkan Arka dan Rano sedang berada dirooftop.
"Pulang sekolah Gue gak bisa nganter Lo pulang." ucap Devon memecah keheningan yang sedari tadi tercipta.
"Emang Kakak mau kemana?" tanya Nadia.
"Gue ada urusan, nanti Gue akan suruh Arka sama Rano biar nganterin Lo pulang." jelas Devon panjang.Sebuah kemajuan yang pesat, Devon yang tadinya hanya berbicara singkat, kini sudah berbicara panjang walaupun hanya bersama Nadia saja.
"Aku pulang sendiri aja Kak gak papa." tolak Nadia lembut.
"Gue gak butuh penolakan." tekan Devon datar. Sedangkan Nadia yang mendengar perkataan Devon hanya menghela nafas nya.
"Iya, nanti Aku pulang bareng Kak Arka dan Kak Rano." ucap Nadia akhirnya.
.
.
.
Sorry kalo gak nyambung.
Maaf kalo ada typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devon [END]
Teen FictionMenurut orang-orang, punya kakak dan saudara kembar itu pasti menyenangkan. Karena bisa dapat kasih sayang dan perhatian yang lebih dari mereka. Tapi itu semua tidak berlaku bagi seorang Devon Rezaka Azfiandra. Bagi Devon, mempunyai saudara kembar i...