Di kediaman keluarga Brata, saat ini sedang sarapan bersama seperti biasa. Keadaan meja makan hening sebelum suara Davin terdengar dan memecah keheningan.
"Pah, mah, Davin berangkat dulu." Pamit Davin setelah menyelesaikan sarapannya.
"Devan juga pamit ke sekolah pah." Ucap Devan bangkit dari duduknya begitupun Davin.
"Kak, aku berangkat bareng kakak ya." Pinta Devan, karena memang sekolah Devan dan kampus Davin searah.
"Iya." Jawab Davin melangkah mendekati Brata dan Veni untuk mencium tangan mereka yang langsung di ikuti oleh Devan."Van, hari ini kamu ada olahraga kan? Kamu jangan cape-cape, nanti kondisi kamu takutnya drop lagi." Pesan Veni yang di angguki Devan.
"Kalian hati-hati, Davin jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya." Pesan Veni yang di angguki oleh Davin.
Davin dan Devan langsung melangkahkan kaki mereka menuju garasi di mana mobil Davin berada.
***
Di sisi lain, tepatnya di kediaman keluarga Arka. Ardi, Farah dan Arka sedang di buat panik oleh keadaan Devon. Karena sudah terhitung kurang lebih setengah jam Devon terus terbatuk dengan keras dengan tangan kirinya mencengkram dada kanannya yang mungkin terasa nyeri dan sesak. Sesekali, tangan kanan Devon juga menjambak rambutnya sendiri seperti orang kesakitan di bagian kepalanya. Suara batuk Devon terdengar sangat keras dan kadang ada bercak darah dalam batuknya.
"Dev, kita ke rumah sakit." Terhitung sudah banyak sekali rangkaian kalimat itu ke luar dari mulut Ardi, namun Devon sama sekali masih tidak mau untuk ke rumah sakit dengan alasan jika dia baik-baik saja. Padahal jelas-jelas kondisinya jauh dari kata baik, bahkan tubuhnya sudah terlihat melemas dengan bibir yang pucat pasi.
"Dev, tolong kali ini lo nurut sama kita, jangan buat kita khawatir." Ucap Arka yang sudah jengah dengan ke keras kepalaan Devon.
"Ayo Dev ke rumah sakit, kita periksa dulu keadaan kamu." Kini Farah yang juga ikut membujuk Devon.
Devon tetap kekeh dengan pendiriannya dan tak mau di ajak ke rumah sakit. Mereka menyerah membujuk Devon yang keras kepala.
Semakin lama, kondisi Devon semakin lemah. Nafas Devon terlihat tak beraturan dengan batuknya yang masih belum berhenti, darah yang keluar pun semakin banyak. Kali ini Devon menyerah, lagi-lagi penyakitnya itu membuatnya lemah di depan orang-orang.
Mata Devon mulai tertutup dengan tubuh yang melemas, Arka langsung menahan tubuh Devon dan mengguncang nya berusaha membangunkan Devon. Namun nihil, Devon tak meresponnya. Devon benar-benar sudah tak sadarkan diri.
"Ar, cepet siapin mobil, kita bawa Devon ke rumah sakit." Ucap Farah dengan panik melihat Devon yang tak berdaya.
Arka menurut, dia langsung berlari ke arah garasi untuk menyiapkan mobil, tak lupa Arka juga memanggil satpam rumahnya untuk membantu Ardi menggotong tubuh Devon.
Ardi dan satpam rumah menggotong tubuh lemah Devon menuju mobil yang sudah di siapkan Arka, dengan Farah yang mengikuti di belakangnya.
Arka langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata menuju rumah sakit agar Devon cepat mendapat pertolongan.
***
Saat ini, di kelas Devan yaitu kelas XI IPS 1 sedang jam olahraga. Para siswa-siswi langsung mengganti seragam mereka dengan kaos olahraga dengan cepat agar tak terlambat dan berakhir dengan di hukum.
"Van, lo beneran mau ikut olahraga?" Tanya Andra yang sudah kesekian kalinya.
"Iya Ndra."
"Lo yakin Van, tapi gue liat muka lo rada pucet, lo nggak papa?" Tanya Arja memastikan menatap wajah Devan dengan lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devon [END]
Teen FictionMenurut orang-orang, punya kakak dan saudara kembar itu pasti menyenangkan. Karena bisa dapat kasih sayang dan perhatian yang lebih dari mereka. Tapi itu semua tidak berlaku bagi seorang Devon Rezaka Azfiandra. Bagi Devon, mempunyai saudara kembar i...