Part 19

12K 906 20
                                    

Kringgg... Kringgg... Kringgg...

Bel tanda jam istirahat berbunyi. Para siswa siswi berhamburan keluar kelas menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah keroncongan. Namun, itu tidak berlaku bagi Devon, Arka dan Rano saat ini.

Setelah insiden tadi pagi yang terjadi di rooftop, Devon, Arka dan Rano memutuskan untuk masuk kelas dan tidak membolos. Meskipun di kelas mereka hanya menatap papan tulis dengan bosan dan tidak mendengarkan apa yang guru mereka jelaskan tentang pelajaran yang sedang dibahas.

Sejak saat masuk ke kelas pula, Devon hanya memejamkan matanya dan menelungkupkan kepalanya diatas meja dengan beralaskan tangannya yang dilipat, namun Devon tidak tidur. Devon hanya memejamkan matanya saja karena penyakit nya kembali berulah. Sedangkan guru yang mengajar dan melihat Devon tidak memperhatikan pelajaran, beberapa kali sudah menegurnya. Namun Devon tidak memperdulikan nya, dan menganggap teguran gurunya hanya angin lalu.

Arka dan Rano yang duduk didepan meja Devon terlihat khawatir melihat Devon hanya menelungkupkan kepalanya diatas meja. Arka dan Rano takut jika penyakit Devon kembali berulah.

"Dev, Lo gak papa?" tanya Arka menepuk pundak Devon yang masih menelungkupkan kepalanya dilipatan tangannya diatas meja. Arka dan Rano yakin jika saat ini penyakit Devon kembali berulah.
"Hmm." jawab Devon tak mengangkat kepalanya.
"Mending ke uks aja Dev, istirahat disana." saran Rano yang tidak tega dengan Devon.
"Gak usah, Gue gak papa." tolak Devon berbohong lalu mengangkat kepalanya kemudian beralih menyenderkan punggung nya disandaran kursi dengan mata yang masih tertutup. Namun, walaupun Devon berbohong dengan mengatakan pada Arka dan Rano jika dia tidak apa-apa, Arka dan Rano tidak percaya begitu saja.
"Tapi muka Lo pucet Dev, Lo udah minum obatnya?" tanya Arka.
"Belum." jawab Devon masih memejamkan matanya.
"Lo bawa obatnya gak, obatnya dimana?" tanya Arka lagi.
"Tas." jawab Devon singkat.

Arka pun segera mengambil tas Devon lalu membuka nya untuk mengambil tabung kecil yang berisi obat-obatan milik Devon.
"Ran, beli air putih sana." suruh Arka yang langsung dilaksanakan oleh Rano.

***

Disisi lain, Nadia dan kedua temannya sedang berada dikantin sembari menikmati makanan mereka. Nadia mengedarkan pandangan nya ke seluruh sudut kantin seperti sedang mencari sesuatu.

"Lo kenapa sih Nad, dari tadi Gue perhatiin Lo kayak lagi nyari sesuatu?" tanya Risa heran.
"Aku nyari Kak Devon, soalnya dari pagi dia gak ada kabar." jawab Nadia, karena sedari pagi Nadia memang belum bertemu dengan Devon, dan Devon pun tidak memberi nya kabar sama sekali.

"Mungkin Kak Devon sama temannya lagi ada urusan Nad, liat aja tuh mejanya kosong." ucap Lina menunjuk meja yang biasa ditempati oleh Devon, Arka dan Rano kosong tidak ada yang menempati. Nadia pun hanya menganggukan kepalanya mendengar ucapan Lina.

Nadia pun kembali menikmati makanannya dengan tenang. Saat Nadia sudah menyelesaikan makannya, mata Nadia melihat ke arah pintu kantin dan bertepatan dengan Rano yang hendak memasuki kantin seorang diri. Sesaat, Nadia bertanya -tanya mengapa Rano hanya sendiri. Karena biasanya Devon, Arka dan Rano selalu bersama-sama.

Nadia tak menyia-nyiakan kesempatan, Nadia pun menghampiri Rano yang kini sudah berada disalah satu stand kantin dan terlihat akan membeli sesuatu. 

"Ris, Lin, Aku kesana sebentar ya." pamit Nadia pada kedua temannya yang diangguki oleh Risa dan Lina.

"Kak Rano." panggil Nadia saat sudah berada didekat Rano yang kini sudah membeli air mineral dan hendak pergi dari kantin.
"Eh Nad, kenapa?" tanya Rano sempat terkejut.
"Kak, Aku mau tanya, Kak Devon dimana, kok gak keliatan?" tanya Nadia.
"Devon dikelas Nad, sama Arka." jawab Rano.
"Kok tumben gak ke kantin." tanya Nadia lagi.

Devon [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang