Part 16

12.9K 914 21
                                    

6.30 AM.

Seperti biasa, keluarga Azfiandra melakukan rutinitas mereka setiap pagi yaitu sarapan bersama.

Saat di meja makan, tak ada satupun yang membuka suara. Karena peraturan yang diterapkan dalam keluarga Azfiandra adalah melarang berbicara jika sedang makan.

"Van, kamu mau berangkat sekolah dianter Papa apa gimana?" tanya Veni saat mereka sudah menyelesaikan sarapan mereka.
"Aku mau berangkat bareng Kak Davin aja, boleh kan Kak?" jawab Devan pada mamanya lalu bertanya pada Davin apakah Davin bisa mengantarnya ke sekolah.
"Kakak gak bisa Van, soalnya Kakak ada urusan penting sama temen. Maaf ya, lain kali aja." ucap Davin lalu bangkit dari duduknya setelah meminum susunya. Davin mengambil tasnya lalu berpamitan pada orang tuanya untuk berangkat kuliah.

Sebenarnya, Davin berbohong pada keluarganya saat dia mengatakan ada urusan penting dengan temannya. Karena nyatanya, Davin bukan mau bertemu dengan temannya, melainkan Davin ingin pergi ke rumah sakit tempat Devon dirawat. Davin terpaksa berbohong, karena jika Davin mengatakan yang sebenarnya maka dia pasti tidak di izinkan oleh kedua orang tuanya untuk pergi menemui Devon.

"Kalo gitu kamu berangkat bareng Papa aja." ucap Brata membuat Devan mengangguk.
"Berangkat dulu ya Mah." pamit Devan pada Veni.
"Iya, hati-hati ya." pesan Veni pada Devan dan Brata.

Brata dan Devan pun meninggalkan pekarangan rumah menuju sekolah dimana tempat Devan menimba ilmu.

***

7.15 am
Davin turun dari mobilnya saat sudah sampai di rumah sakit Medika. Dengan segera, Davin memasuki rumah sakit Medika menuju kamar rawat Devon.

Saat Davin membuka kamar rawat Devon, tidak ada Devon di dalamnya. Davin masuk ke dalam kamar mandi untuk melihat apakah Devon berada disana. Namun nihil, Devon tidak ada di kamar mandi. Seketika Davin panik, kemana perginya Devon? apakah Devon nekat kabur dari rumah sakit karena tidak betah? Kira-kira itulah pemikiran Davin tentang Devon saat ini.

Davin pun memutuskan keluar dari ruang rawat Devon lalu melangkahkan kakinya menuju resepsionis untuk menanyakan apakah Devon masih di rawat atau sudah pulang. 

"Permisi mbak, pasien atas nama Devon Rezaka sudah pulang atau bagaimana, soalnya saya lihat kamar rawat nya kosong?" tanya Davin pada seorang resepsionis yang berjaga di administrasi.
"Sebentar mas, saya lihat dulu." jawabnya ramah kemudian melihat catatan daftar pasien, Davin menganggukan kepalanya.

"Pasien atas nama Devon Rezaka sudah pulang mas, kira-kira sudah setengah jam lalu." ucap resepsionis itu. 
"Makasih mbak." ucap Davin lalu meninggalkan resepsionis. Davin melangkahkan kakinya keluar dari rumah sakit.

Davin memasuki mobilnya yang terparkir di parkiran rumah sakit, lalu di lajukannya mobil itu membelah jalanan padat Ibukota. Tujuannya saat ini adalah apartemen Arka, karena kemungkinan besar Devon akan menginap di apartemen Arka.

***

Arka, Rano dan Devon terlihat sedang bermain playstation di ruang tamu apartemen Arka. Arka dan Rano sengaja tidak masuk sekolah dengan alasan ingin menemani Devon. Padahal Devon sudah melarang jika dia ditinggal di apartemen Arka sendiri tidak apa-apa. Namun, Arka dan Rano tetap memaksa dengan alasan kalau kondisi Devon masih belum sepenuhnya pulih. Jadi Arka dan Rano ingin menemani Devon saja, dan membantu Devon jika membutuhkan sesuatu saat penyakit nya kambuh.

Namun bukannya senang diperhatikan oleh teman-teman nya , Devon malah merasa kalau dirinya sangat tidak berguna dan lemah. Devon merasa jika dia menjadi beban bagi orang yang sudah mengetahui tentang penyakit nya ini terutama ke dua temannya. Devon pula sangat merasa jika dia tidak berguna. Dan karena dengan penyakitnya ini juga Devon merasa seperti orang lemah yang butuh bentuk kasihan dari orang banyak. Itulah sebabnya kenapa Devon lebih memilih untuk menyembunyikan penyakitnya. Karena Devon tidak ingin merepotkan orang lain serta dianggap lemah.

Devon [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang