Putri Mahkota

649 37 1
                                    

Ayeong mendapat firasat buruk saat melihat langit hitam dari balik jendela tandu yang membawanya. Bahkan alam tak merestui keputusan sepihak ayahnya dan ratu. Gadis cantik itu memasang wajah murung. apakah hidupnya akan baik-baik saja di istana kelak. Ayeong tak tahu. Tubuh kecilnya hanya tahu kalau ia akan berpisah dari saudaranya. Ia tidak akan bisa hidup selayaknya remaja seusianya.

Derap langkah kuda yang mengejar di belakang tandu mengangetkan ayeong. Seketika ia merasa tandunya bergerak lebih cepat. Seorang dayang istana melarangnya membuka Tanbu membuat jemari ayeong hanya terayun di udara.

"Dayang Choi, apa yang terjadi sebenarnya?" Tanya ayeong ketakutan.

Di luar tandu, para dayang memadamkan pelita yang merupakan satu-satunya penerang jalan mereka.

Ayeong hendak protes tapi peringatan dari ketua dayang Choi menciutkan nyalinya.

Meski hanya dengan penerangan bulan seadanya pasukan kerajaan yang membawa putri mahkota berhasil tiba di istana dengan selamat.

Ratu rupanya sudah menunggu kedatangan mereka, wanita nomor satu di Joseon itu tersenyum menyambut sang calon pendamping putra mahkota.

"Hukumlah aku karena datang terlambat yang mulia mama" ucap kepala dayang Choi bersujud di hadapan ratu.

"Bangunlah dayang Choi. Aku mendengar berita kalian dikejar prajurit berkuda. Kau tentu ku maafkan" balas ratu tersenyum lembut, ia menatap tandu dengan kerlingan tak sabar.

"Tolong buka penutup tandunya" titah ratu dan dengan sigap pengawal membuka penutup tandu dan memperlihatkan seorang gadis cantik yang duduk manis di dalam sana.

Senyum ratu semakin melebar, dalam hatinya ia memuji pilihan putra mahkota.

"Dayang Choi"

"Yee.. mama"

"Antar calon putri mahkota ke paviliun. Rawat dia hingga acara pernikahan" titah ratu tanpa menanggalkan senyumnya.

"Yee... Mama"

Ayeong menggigit bibir bawahnya takut, kali pertama ia menginjakkan kaki di istana membuat hatinya berdesir.

Setelah ratu kembali ke kamarnya, dayang Choi membantu ayeong keluar dari tandu.

"Agassi... Mulai sekarang saya akan mengabdi sebagai dayang nona" kata wanita separuh baya itu sambil membungkuk hormat

"Dayang Choi, sebenarnya kenapa putra mahkota memilih ku? Aku ingin pulang"

Ucapan ayeong terdengar sedih, dayang Choi pun segera menghapus air mata gadis itu.

"Agassi, putra mahkota yang memilih nona secara langsung. Saya yakin dia akan membahagiakan nona. Sekarang mari saya antar ke paviliun" ucapnya.

"Baiklah... Tapi apakah aku boleh bertemu ibu ku besok?" Tanya ayeong penuh harap.

"Maaf Agassi, saya harus mengantar anda lebih dulu"

Akhirnya ayeong pasrah dibawa ke paviliun. Seperti putri pada umumnya kebutuhan ayeong dari ujung kaki sampai ujung kepala dipenuhi oleh para dayang. Di mana para dayang itu dikepalai oleh ketua dayang Choi.

Suatu hari dayang Choi menjawab permintaan ayeong yang ingin bertemu ibunya namun dayang Choi bilang itu hanya dapat dilakukan saat acara pernikahan ayeong dengan putra mahkota. Sedangkan pernikahan itu digelar satu bulan lagi. Ayeong merasa sangat kecewa dan mengurung dirinya di paviliun. Tak ingin ditemui oleh siapapun termasuk ratu. Sifat Keras kepala ayeong membuat para dayang kesulitan. Ayeong merajuk karena tak diperbolehkan bertemu dengan ibunya sendiri.

Princess AyeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang