Malaikat Kecil Hwang

175 17 3
                                    

Ayeong menatap langit-langit kamarnya. Ah bukan, tapi penjaranya. Ya. Tempat itu adalah penjara karena dia dikurung di sana.

"Nak, apa kau sudah sangat bosan berada di sini? Ibu juga. Kita sama-sama lelah tapi Kim Shik meminta kita bertahan? Kenapa di saat kita ingin menyerah, selalu ada orang yang meminta kita bertahan? Dulu Bumso, dan sekarang Kim Shik? Lelaki misterius yang kemana-mana selalu memakai pakaian hitam dan membawa belati" ucap Ayeong pelan mengajak bicara Malaikat kecil dalam perutnya.

"Baiklah, kau berhak melihat dunia ini. Tapi kau harus terlahir kuat dan lindungi ayah mu. Karena mungkin ibu akan mati setelah melahirkan mu" ucap Ayeong tersenyum pahit.

****

"Bagaimana, dia meminumnya?" Tanya Jungsook berbisik pada Airin yang sedang duduk di hadapannya.

"Tentu saja, percayakan semua urusannya dengan ku" bangga Airin.

"Kau luar biasa, tidak salah aku mencintaimu" bisik Jungsook sensual.

"Kendalikan dirimu, kau tidak ingin kan kita dipergoki oleh prajurit?" Ucap Airin kesal karena Jungsook terus menggodanya.

"Baiklah daripada rencana kita gagal" balas Jungsook lalu menarik dirinya dari Airin.

Kim Shik kebetulan sedang tidak bisa tidur dan memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar istana timur sekalian memastikan keadaan di kediaman raja aman sejahtera. Meskipun banyak prajurit yang telah berjaga di sjaa, Kim Shik tetap merasa perlu mengawasi Hwang. Walaupun dari kejauhan.

Tiba-tiba Kim Shik melihat siluet seorang perempuan memasuki istana timur melalui pintu belakang yang tak dijaga oleh prajurit. Ternyata perempuan itu tidak sendiri melainkan bersama seorang pria yang entah siapa. Kim Shik bergerak cepat mengintai dua sosok tersebut.

"Ratu? Dari mana dia malam-malam begini? Siapa pria itu?" Batin Kim Shik seraya mengamati keduanya dari samping bangunan.

Setelah lelaki yang bersama Airin pergi dan Airin menutup rapat pintu, barulah Kim Shik keluar dari persembunyiannya dan mengendap-endap mendekati pintu belakang istana timur.

"Terlalu mencurigakan melihat ratu berkeliaran bersama pria lain tengah malam begini...."

***

Keesokan paginya, Hwang dibuat terkejut mendengar kabar bahwa ayeong telah melahirkan di paviliun putri mahkota. Dengan perasaan gembira, Hwang bersama Kim Shik dan rombongan prajuritnya pergi menemui Ayeong.

"Ayeong-ah..." Ucap Hwang begitu melihat Ayeong bersama seorang bayi kecil di atas pembaringan.

Melihat kedatangan Raja, Ayeong berusaha untuk duduk demi menghormati orang nomor satu di negeri ini. Tapi dengan cepat Hwang menggeleng dan menahan bahu Ayeong agar tetap dalam posisi tiduran.

"A-apa i-i-ini anak ku, apa dia perempuan atau laki-laki?" Tanya Hwang terbata-bata karena saking bahagianya. Ayeong tersenyum lembut menatap wajah bayi kecilnya.

"Dia laki-laki, yang mulia. Sepenuhnya dia mewarisi paras yang mulia" ucap Ayeong.

"Laki-laki? Benarkah? Aku ingin menggendongnya, Ayeong"

"Tentu saja, yang mulia mendekatlah"

Hwang mendekat ke tempat tidur lalu dengan sangat hati-hati menggendong bayinya agar tidur lelap anaknya tidak terganggu. Saat menggendong bayinya, hati Hwang berdesir bahagia. Air matanya takjubnya menggenang haru ketika merasakan tubuh kecil itu berada di pangkuannya. Hwang menatap wajah bayinya sendiri, ia masih tidak percaya tapi amat bahagia.

"Ayeong-ah, hidungnya, bibirnya dan matanya. Lihat, dia mirik sekali dengan ku. Hey, Kim Shik lihatlah anak ku. Dia tampan sekali bukan?" Kata Hwang seraya menitikkan air matanya dan memperlihatkan bayinya ke Kim Shik.

Pria yang selalu memakai pakaian hitam itu tersenyum lebar ketika Hwang mendekatkan putranya ke Kim Shik sehingga ia bisa melihat jelas paras mungilnya.

"Benar, yang mulia. Dia bayi yang tampan dan kuat" kagum Kim Shik. Ayeong tanpa sadar menangis melihat Hwang yang begitu bahagia memiliki anak.

"Ayeong, aku sangat berterima kasih pada mu. Akhirnya ... Akhirnya aku dapat memenuhi janji ku pada ayah ku. Akhirnya kerajaan ini memiliki penerus" ucap Hwang. Ayeong hanya mengangguk, tak lepas menatap wajah mantan suaminya. Setelah sekian lama, akhirnya senyum Hwang terbit karenanya. Wajah berseri yang telah lama hilang dari pandangannya, akhirnya kembali.

"Yang mulia, maaf jika aku lancang. Tapi apa yang mulia sudah menyiapkan nama untuk bayi ini?" Tanya Kim Shik tersenyum cerah.

Dan untuk pertama kalinya pula, Ayeong melihat lelaki misterius itu tersenyum lepas. Karena biasanya Kim Shik selalu diliputi aura serius. Di manapun dan kapanpun.

Hwang melempar senyum"ya, aku sudah mempersiapkan nama ini" lalu menatap Ayeong.

"Namanya Hwayeong. Ya, Hwang dan Ayeong" tutur Hwang lembut.

DEG

Ayeong menatap Hwang kaget.

"Kau suka nama itu?"

"Yang mulia..." Lemah Ayeong, tak bisa berkata apa-apa.

"Terima kasih, Ayeong" ucap Hwang lembut menatap wajah pucat Ayeong.

Keduanya tersenyum bahagia sampai tiba-tiba Airin datang mengejutkan semua orang dengan teriakannya.

"Jangan pernah berterima kasih pada seorang penghianat, yang mulia!" Teriak Airin lantang.

"Airin?!" Kaget Hwang.

Airin menatap rendah Ayeong begitu berdiri di samping Hwang.

"Dia tidak pantas menjadi putra mu. Ibunya itu seorang pengkhianat. Apa kau lupa? Sampai kapanpun bayi ini tidak berhak menggantikan posisi mu" Kesal Airin meluap-luap.

"Cukup, Airin. Aku lebih tahu dari kamu. Dan berhenti membuat keributan, kau mengusik tidur anak ku!" Bentak Hwang.

"Yang mulia, aku ini istri mu. Akulah ratu yang pantas memberi mu keturunan. Wanita hina ini sama sekali tidak pantas untuk apapun"

"Kau tidak dengar apa yang aku katakan? Diam atau aku tidak akan segan-segan untuk mengusir mu keluar?" Ancam Hwang membungkam mulut tipis Airin seketika.

"Huh!" Dengus Airin.

Ayeong menghela nafas pelan melihat pertengkaran suami istri itu di pagi buta.

"Oh sepertinya Hwayeong terbangun, Ayeong, mungkin anak kita haus" ujar Hwang tiba-tiba panik. Mendengar kata 'anak kita' Airin rasanya ingin muntah. Sedang Kim Shik mengulum senyum meledek ekspresi kesal wanita bergelar ratu itu.

Hwang memberikan Hwayeong ke pelukan Ayeong dengan hati-hati.

"Aku akan menyusuinya sebentar" ujar Ayeong dan kemudian berbalik sopan membelakangi Hwang.

"Eum... Ya"

Untuk menghormati privasi Ayeong yang bukan istrinya lagi, Hwang meminta Kim Shik dan pengawal yang berada di ruangan itu untuk membelakangi Ayeong. Melihat kelembutan hati Hwang pada Ayeong, Airin semakin tidak sabar dan memutuskan untuk meninggalkan balai pengobatan.

"Yang mulia, aku akan kembali ke istana" ucap Airin berharap Hwang mencegahnya. Tapi....

"Kembalilah" sahut Hwang santai.

"Cih, menyebalkan sekali anak ayeong itu" batin Airin seraya melangkah keluar.

Ayeong tersenyum mendengar percakapan singkat Hwang dan Airin tanpa sebab. Entah mengapa dirinya merasa bahagia dengan sikap ketus dan cuek Hwang pada istrinya, sedang di sisi lain Hwang mendadak kembali bersikap lembut padanya. Semua ini terjadi semenjak kehadiran bayi kecilnya yang ia lahirkan tadi malam. Ayeong tersenyum menatap wajah Hwayeong yang kembali terlelap setelah kenyang.

"Terima kasih, sayang. Keberadaan mu membuat ibu merasa dihargai lagi" ucap Ayeong dalam hati kecilnya.

Princess AyeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang