Pengasingan

136 16 3
                                    

Ayeong segera naik menunggangi kuda dan memukul punggung hewan berkuncir itu hingga terdengar pekikan kuda. Aneh, kudanya diam tak merespon.

"Kenapa kau tidak jalan?! Yak! Kau harus menolong ku" panik Ayeong sembari mengencangkan tali kuda.

Kuda pun akhirnya merespon dan berlari secepat perintah Ayeong. Dengan berpegangan erat pada leher kuda, Ayeong berharap semoga Kim Shik tidak mengejarnya. Tak terasa ia telah memasuki wilayah hutan jauh dari tempat keramaian.

"Jika aku pulang sekarang, apa Bumso akan baik-baik saja?" Tanya Ayeong pada dirinya sendiri.

"Aku harus mengambil jalan memutar karena bisa saja Kim Shik mengikuti ku diam-diam. Tapi ... Hwang ku mohom biarkan aku lolos kali ini" doa Ayeong seraya memutar arah kuda.

***

Parade istana menyapa rakyat di sepanjang jalan selesai. Hwang dan Airin kembali ke istana dan segera menuju kamar pengantin mereka dengan diiringi para pengawal dan dayang. Hwang dan Airin duduk di sisi tempat tidur yang berseberangan. Hwang menatap lantai kamarnya dalam diam. Sekalipun tak ada niat untuk menyentuh Airin meski gadis itu menunggu.

"Aku lelah, aku akan tidur" ucap Hwang dingin lalu berbaring  memunggungi Airin di atas kasur tanpa melepas pakaian pengantinnya.

"Ne, aku pun merasa lelah" ucap Airin dan berbaring di samping Hwang.

***

Hwang terbangun saat mendengar suara pelayan berteriak memberitahu jam tengah malam. Pria itu mengusap wajahnya pelan demi mengusir ngantuk. Ia menoleh ke samping tempat tidur di mana Airin tidur dengan anggun. Jujur, Airin adalah gadis yang sangat cantik. Namun karena mereka berteman sejak kecil, Hwang hanya menganggap Airin sebagai adiknya. Tidak lebih.

"Ku mohon jangan berharap aku mencintai mu, karena hati ku telah terisi nama wanita lain" gumam Hwang prihatin.

Hwang beranjak keluar kamar dan tanpa sepengetahuannya ternyata Airin tidak benar-benar tidur.

Sakit.

Itulah yang Airin rasakan saat mendengar ucapan Hwang yang secara jelas menolak dirinya. Airin membiarkan air matanya jatuh membasahi bantalnya. Ia tahu sejak awal pernikahan ini Hwang hanya terpaksa. Tapi demi menghormati ibu hwang yang datang melamarnya, Airin pun menerima tanpa penolakan karena dia pun telah memendam cinta untuk raja muda yang terkenal santun dan tampan. Cinta datang karena terbiasa bersama, bukan?

Hwang menatap langit malam di luar kamarnya. Bulan purnama bersinar terang mengingatkannya pada sosok Ayeong yang selalu bersinar di matanya. Entahlah, meski ayeong terbukti berkhianat rasa cintanya masih sulit dilupakan.

"Ayeong, apa kau baik-baik saja?" Batin Hwang gelisah.

***

Bumso mondar mandir di depan pintu rumah menunggu kedatangan ayeong yang tak kunjung tiba. Pikiran buruk pun hinggap di mana-mana.

"sudah tengah malam begini dia kemana?" Cemas Bumso.

Di dalam hutan lebat dibawah sinar bulan purnama, Ayeong lari terseok-seok mencari tempat persembunyian. Di belakangnya Kim Shik berseru memintanya berhenti.

"YAK! AYEONG, BERHENTI!"

"ANDWE! KECUALI KAU MENJAMIN KESELAMATAN KU DAN BAYI KU"

"RAJA YANG MENJAMIN KESELAMATAN MU!"

BRAK

Tubuh kurus ayeong terjatuh ke atas rerumputan liar karena tak sengaja menginjak ranting kering. Kim Shik mendekat sambil memastikan keadaan Ayeong baik-baik saja.

Princess AyeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang