Chapter 11

2.6K 94 2
                                    

"Bun Kesya mau nikah sama aku."

Ucapan Putra membuat Bundanya merasa senang sekaligus kaget.

"Kamu benar - benar ingin menikahinya?" Ujar Bunda sekali lagi. Entah sudah berapa kali bundanya menanyakan hal sama seperti itu.

"Bunda kan tau aku sudah kecewa sama diri aku sendiri aku ga bisa jagain dia yang jelas - jelas orang yang aku sayangi sedari dulu." Lirih Putra.

Bunda menatap anaknya yang semata wayang. Ia sangat amat menyayangi anak nya ini melebihi dari harta - harta dan kekayaan miliknya. Bagi nya Kebahagiaan Putra lebih utama.

"Bunda ngerti nak perasaan kamu, apa kamu tidak sakit dia sudah mengandung anak orang lain yang jelas - jelas kamu tau anak itu buakan anak kandungmu." Ucap bunda.

"Walau bagaimana pun bun keadaan dia,dia orang yang sangat amat Putra sayangi! silahkan kalo bunda bilang aku bucin atau semacamnya tapi aku bener - bener tulus." Ujar Putra dengan mantap.

"Bunda tau." Bundanya mengangguk paham, ia sebagai perempuan pasti ikut merasakan apa yang di rasa Kesya.

"Putra ga mau kalo Kesya terkena musibah yang lebih dari ini, Putra ga mau jika Kesya jatuh ke lubang yang lebih dalam dan menderita lagi." Ucap Putra.

"Ya sudah jadi kapan kamu mau menikahi Kesya?" Pertanyaan itu tiba - tiba saja keluar dari mulut Bundanya.

"Kata kamu,Kamu pengen nikah sama Kesya secepatnya, lantas kapan kamu menikahinya?" Ujar Bunda.

"Aku mau 2 minggu lagi, bunda harus mempersiapkannya." Ujar Putra.

"Bunda akan membantu kamu, bagi Bunda kamu adalah prioritas bunda Sesibuk apapun bunda dengan kerjaan jika kamu membutuhkan sesuatu bunda akan mengambulkan sebisa bunda." Ucap Bunda yang membuat mereka berdua terhalu dan berpelukan. Kek teletabis aja pelukan segala!!

"Bun, makasih ya selama ini bunda selalu mau menuruti kemauan Putra padahal Putra selalu membuat hati bunda saki." Ucap Putra yang semakin dalam ke pelukan sang ibu.

"Itu sudah kewajiban bunda melakukan ini semua Bunda sangat amat sayang dengan kamu." Ucap Bunda

-
-
-
Minggu, 9 Februari 2020.

Di suasana yang dingin dan sejuk ini membuat seseorang enggan untuk bangkit dari alam tidurnya. Setelah hujan gadis ini sama sekali tidak berniat ingin bangkit malah mempererat selimut pada tubuhnya.

Di alam mimpi ia melihat Putra di sebelahnya. Putra yang sedang membelai pipinya dengan jari telunjuknya dan jangan lupakan senyuman manisnya.

"Muka gue tampan ya makanya lo enggan untuk bangkit."

Ucapan Putra itu membangkitkan jiwa - jiwanya yang tertinggal di tempat tidur. Kemudian Kesya kaget dan mengerutkan keningnya. Ternyata tadi itu bukanlah mimpinya melainkan kenyataan.

"Loh? kok lo bisa di sini ya?" Ucap Kesya sesekali membersihkan kotoran yang ada di sekitar matanya.

"Lo lupa gue punya kunci cadangan lo." Kesya teringat ia memberi kunci cadangan itut kepada Putra.

"Lo siap - siap abis sini kita ke rumah gue." Ujar Putra yang membuyarkan lamunan Kesya.

"Kapan?" Bukannya langsung bersiap - siap ia malah menanyakan perihal waktu.

"Tahun depan kok slow aja. " Balas Putra sambil tersenyum manis.

"Oh yaudah gue mau lanjut tidur sekarang." Ucapan Kesya membuat Putra gemas sekali Kesya pura - pura polos atau memang tidak mengerti?

"Sekarang lah Kesya ya kali tahun depan terus mau nikahnya kapan." Ujar Putra.

Kesya kaget sekaligus senang ternyata Putra mau menerima dirinya. Ia fikir Putra tidak akan menerima dirinya dan calon anaknya kelak.

"Udah sana gue tunggu ruang tamu." Ujar Putra.

Selang beberapa menit Kesya sudah selesai rapih - rapih. Kali ini Kesya cukup memakai Celana panjang bahan dan baju panjang saja. Cuara hari ini sangat panas pasti akan membuat kulitnya terbakar akibat sinar matahari.

Di sini lah Putra dan Kesya berada. Sekitar 30 menitan waktu yang cukup untuk untuk ke rumah Putra. Kesya mulai ragu untuk masuk ke dalam menemui Bunda Putra-Dokter. Entah mengapa rasanya benar - benar takut kemudian ia menghembuskan nafas berat.

Seperti terasa ada tangan kekar yang menggenggam tangan nya. Melihat siapa pelakunya Putra tersenyum hangat kemudian mengangguk untuk lebih meyakinkan Kesya.

Putra mulai membuka Pintu rumahnya dan tak lupa untuk mengucapkan salam "Assalamualaikum,Bunda liat aku bawa siapa."

Bunda keluar dari kamar nya untuk menemui mereka berdua "Astaga sayang, Kesya." Ucap Bunda.

"I-iya bu dokter" Ucap Kesya yang gugup.

"Aduh jangan manggil bu dokter lagi dong manggilnya bunda aja biar sama kayak Putra."
Ucapan Bunda membuat Kesya menjawab drngan anggukan dan senyuman tipis.

"Putra suruh Kesya duduk dong sayang," Ujar Bunda.

"Duduk key," Ucap Putra

"Bunda ke dapur dulu ya sayang mau buatin minum." Ujar Bunda dan berlalu menuju dapur.
Kesya merasa tidak enak dan harus merepotkan bunda-bu dokter.

Kemudian Kesya sudah mulai duduk di sofa yang ada di ruang tengah tersebut. Keadaan hening. Putra dan Kesya sama - sama enggan untuk membuka suara mereka. Mereka larut dalam fikiran mereka sendiri - sendiri. Bunda datang membawa 2 gelas es jeruk.

"Nih minum dulu dari pada kayak tadi diem - dieman," Ucap Bunda.

"Lalu kalian kapan mau menikah?" Lanjut Bunda.

"2 Minggu lagi Bun,"

Kesya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang