Luka

245 64 2
                                    

Wajah teduhnya membuatku tak pernah bosan membayangkan wajahnya. Suara indahnya saat membacakan surat Arrahman membuatku selalu kagum, pembawaannya yang ceria selalu membuat suasana penuh tawa. Aku tak memiliki lebih banyak kata untuk menggambarkan sosoknya. Aku merindukan saat saat bersama nya.

" mas rangga..oh mas rangga. Ku titipkan rindu ini pada angin yang berhembus" santi mencolek hidungku.

April hanya tersenyum

"Fa, jujurlah pada hatimu. Tanya hati kecilmu. 4 tahun kamu memendam rasa ini.ku rasa itu waktu yang cukup lama fa" april duduk di sampingku.

"Betul itu fa. aku yakin itu cinta fa. Kalo kamu nggak cinta, trus ngapain kamu mengabaikan beberapa cowok yang deketin kamu" santi menambahkan

"Apa bener semua ini cinta? Aku sendiri nggak tau apa arti perasaan yang ku simpan selama ini"

"4 tahun sudah cukup fa. Ungkapkan semua sebelum terlambat" april menggenggam tanganku erat

"Kamu mau mas rangga nikah sama orang lain? Deket sama cewek lain?" Santi menatapku

Aku menggeleng cepat

"Setiap hari kamu mikirin mas rangga? Kangen mas rangga?"

Aku mengangguk

"Kamu bahagia saat berada di dekatnya? Saat telpon dan ngobrol sama mas rangga?" Santi kembali bertanya

Aku mengangguk cepat

"Fa..itu cinta. Kamu jatuh cinta pada mas rangga fa" ujar april

"Benarkah ini cinta?" Ujarku

Santi dan april mengangguk bersamaan.

" ini pertama kali nya aku merasakan cinta,aku jatuh cinta sama mas rangga"

Santi dan april memeluk ku.

"Duhhh akhirnya.." april mencubit pipiku. Mereka melepaskan pelukan

"Sebaiknya kamu jujur sama mas rangga fa" april menambahkan.

" aku..jujur sama mas rangga? Duhh..aku malu. Belum tentu mas rangga suka sama aku"

"Fa, kita nggak akan tau perasaan mas rangga..kalo kamu nggak tanya langsung. Keburu di ambil orang loh"

Handphone ku berdering , mas rangga rupanya menelpon. Aku tiba tiba menjadi sangat gugup. Keringat mengalir di keningku.

"Tu kaaaan. Jadi salah tingkah" April menggodaku

"Ayo angkat.." ucap santi

"Duh..pril san..aku gugup banget ini. kok makin deg degan gini ya"

April menghapus keringat di keningku dengan tisyu. Tiba tiba santi memencet tombol ok. Ah santi..tega sekali

Aku menahan gejolak di dada yang semakin tak menentu.

"Asalamualaikum mas"

"Wa alaikum salam dek. Kok tumben lama angkat telpon nya?"

" ehmmm ehmmm..anu..tadi..tadi.."

Ya Allah..gugup sekali. April dan santi tersenyum

"Hei..ko' jadi gugup gitu. Ada apa?"

"Mas..duh..nanti telpon lagi. Sya ada kerjaan. Asalamualaikum"

Ku matikan telpon dengan cepat. Aku tak sanggup berlama lama. Hatiku sungguh berdebar kencang

"Masya Allah..yang lagi jatuh cinta" santi dan april terus saja menggodaku. Aku semakin malu di buatnya.

"Dek??????? Mas kangen. Ko' di matiin?"

syaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang