2 - Awake [160420]

4.8K 605 103
                                    

Pagi hari. Mungkin masih dapat dikatakan terlalu pagi sebab sang mentari belum mau menampakkan diri di langit ibukota. Namun ada seorang pemuda kelewat rajin sudah terjaga sejak setengah jam yang lalu dan duduk dengan anteng di kursi belajarnya kembali berkutat dengan rentetan rumus yang sejak semalam ia pelajari tanpa henti. Jujur saja disaat seperti ini, Jungkook dapat diibaratkan sebagai mayat hidup. Lingkaran mata yang cukup terlihat, rambut acak-acak dan wajah terlihat pucat, kemudian pandangan yang hanya terfokus pada satu objek namun disaat yang sama juga terlihat kosong. Demi Tuhan, siapa yang bertanggung jawab atas keadaan Jungkook saat ini?

Klek!

Pintu dibuka, dan Jungkook masih bergeming ditempat. Ia baru tersentak kemudian ketika sebuah tangan besar bertengger di pundaknya. Jungkook menengok kaku dan kembali menunduk ketika tahu itu adalah ayahnya.

"Ayah berniat menemanimu tidur, tapi ternyata adik sudah bangun, ya" tangan besar sang ayah mengelus lembut surai legam nya dengan gerakan teratur.

"A-ayah tidak harus melakukannya" jawab Jungkook sedikit tergagap. Entah mengapa saat hanya bersama ayah, Jungkook malah jadi gugup sendiri.

"Jungkook sudah bekerja keras untuk ayah. Ayah hanya rindu sejak semalam belum bertemu dengan mu" ayah kembali berucap dengan begitu lembut, tetapi entah mengapa tiap kalimat yang ayah ucapkan selalu dapat menghujam tiap sisi hati Jungkook. Begitu menyakitkan dan sesak setiap mengingat apa saja yang pernah ayah lakukan padanya demi sebuah pencapaian. Tidak bisa dipungkiri bahwa ayah memang menyayangi nya, tetapi kadang caranya berbeda, itu yang tidak dapat Jungkook terima.

Jadi yang dilakukan Jungkook adalah mencoba mengubah topik pembicaraan sebab langit sudah nampak lebih terang, pertanda surya akan segera datang. Ia tak ingin membuat hatinya kocar-kacir pagi ini, terlebih ia juga memiliki jadwal ulangan yang harus ia penuhi di jam pertama nanti.

"Ayah tidak bekerja? Aku harus bersiap-siap ke sekolah"

"Ayah berangkat siang. Nanti ayah antar ke sekolah, ya"

"Iya, ayah"

Keduanya mengakhiri pembicaraan saat Jungkook bangkit dan melangkah gontai menuju kamar mandi, bersamaan dengan ayah yang menatap punggung putranya dengan perasaan bangga. Hanya tinggal satu semester lagi, dan harapannya akan terwujud -bukan, maksudnya harus terwujud! Dan ayah sendiri yang akan memastikannya. Masa depan Jungkook jelas akan cemerlang jika ia bisa mengambil alih tahta milik sang penguasa di rumah sakit ternama.

◾▫◾▫◾

Makan pagi itu berjalan dengan lancar seperti biasa. Jungkook meletakkan alat makannya dan beranjak hendak mengambil tas punggung miliknya. Namun sebelum itu, sang kakak telah lebih merangkulnya dari belakang.

"Ayo berangkat ke sekolah"

"Tapi, kak, aku-.."

Taehyung kembali menyela, mendekatkan bibirnya ke telinga Jungkook sembari berbisik.
"Masih terlalu pagi, ayo kita jalan-jalan dulu"

Mata Jungkook membulat kaget. Apa kakaknya ini memang berniat mengajaknya bunuh diri? Apa yang akan ayah lakukan jika tahu?

"K-kak-.."

"Jangan membawanya kabur, kak. Jungkook berangkat dengan ayah"

Suara ayah membuat Taehyung mendesah tak terima. Ia menangkup wajah Jungkook untuk diperlihatkan pada ayah.
"Ah, ayahh... Coba lihat wajah anak kurang piknik ini. Dia mengurung diri didalam kamar seharian hanya untuk belajar. Padahal 'kan dia sudah pintar. Coba lihat, berapa banyak piala dan medali yang sudah anak ini genggam?"

[✔] The Edge For Tomorrow || FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang