9 - Heartbeat [310520]

4.3K 530 266
                                    

Ayah seketika mematung kala dirinya mendengar suara debum kasar nan keras dari sambungan telepon. Dadanya jelas bergemuruh kencang, serta tangan yang mendadak bergetar.

"J-Jungkook-ah? Kau masih disana, nak?" ayah tidak mendengar sahutan apapun selain suara ramai orang-orang yang mulai panik dan kacau.

"Jungkook mendengar ayah, sayang?" kali ini ayah dapat mendengar sahutan, namun bukan dari putranya, melainkan suara seorang wanita yang berteriak untuk meminta ambulans datang. Ayah tidak mendengar apapun lagi, sebab setelahnya sambungan mereka teeputus secara mendadak.

Kalau itu Jungkook, dalam keadaan apapun dia tidak mungkin mematikan sambungan secara sepihak tanpa meminta izin. Pengecualian jika terjadi hal buruk. Dan disini ayah benar-benar tidak dapat berpikir jernih apalagi positive thinking. Jadi, menyambar cepat kunci mobil diatas meja ruang rapat, ayah berlari keluar begitu saja tanpa memedulikan beberapa staf dan karyawan yang membungkuk hormat atau sekedar menyapanya. Pikirannya hanya ditutupi oleh kabut tebal atas nama Jungkook. Ayah tidak peduli lagi dengan hal lain.

.

.

Seorang pemuda terengah panik setelah ia sadar telah menabrak tubuh seseorang. Ia menengok kebelakang beberapa saat sebelum memutuskan untuk keluar dari dalam mobilnya yang sudah dalam keadaan hancur di bagian depan sebab menabrak pohon di tepi jalan.

Langkahnya terasa berat kala semakin ia mendekat, semakin pula ia mengenali siapa pemilik tubuh yang tergeletak mengenaskan di tengah jalan itu. Nafasnya tercekat, terlebih ketika saat ini semua mata sudah tertuju padanya. Seluruh bagian tubuhnya bergetar ketika ia menyebutkan sebuah nama yang sama sekali tidak ingin ia sebut untuk saat ini. Benar-benar mimpi buruk.

"Ju-Jungkook-ah?"

Park Jimin. Pria itu mendadak lupa bagaimana caranya bernafas saat kedua netranya jelas menangkap bagaimana tubuh Jungkook sudah tergeletak tak sadarkan diri dengan darah menggenang di sekitarnya. Wajah manis itu sudah serupa mayat dengan aliran darah yang menetes dari pelipis maupun bagian tubuh yang lain. Jimin menggeleng panik diiringi isak tangis yang menyesaki tiap jengkal rongga dadanya.

"Ti-tidak... Kumohon bertahanlah" ia jatuh bersimpuh lemas sembari menggenggam tangan dingin Jungkook yang tak dapat lagi merasakan sentuhannya.

Perlahan orang-orang mulai mendekati keduanya. Ada perasaan iba, meski beberapa dari mereka malah justru mengabadikannya layaknya sebuah momen langka. Jimin menangis meraung ditengah-tengah mereka sembari memeluk erat tubuh tak berdaya itu. Dan dari sekian banyak orang yang melihat, tidak ada yang benar-benar berniat menolong. Jelas saja hal ini membuat Jimin semakin marah. Tidak adakah diantara mereka yang memiliki hati nurani?

Hingga tak lama kemudian, sebuah mobil ambulans datang secara tergesa. Sirinenya sukses membelah celah diantara ruang-ruang udara. Orang-orang yang tadinya berkerumun, kini telah memberi jalan para petugas medis untuk segera menolong korban kecelakaan lalu lintas.

"Izinkan aku ikut" pinta Jimin kepada petugas medis ketika tubuh Jungkook sudah dibawa menggunakan brankar darurat, dan mereka mengangguk, membiarkan Jimin ukut masuk kedalam mobil ambulans.

Sirine mobil itu memecah kolong langit kelabu dengan dengingannya yang khas, meninggalkan jalanan kota yang masih dipenuhi kengerian. Bahkan dari celah kaca mobil ambulans pun, Jimin masih bisa melihat lelehan darah Jungkook yang menutupi sebagian badan jalan. Menatap tangannya yang bergetar hebat dipenuhi cairan merah nan pekat, pemuda itu melirik khawatir kearah yang terbaring hanya untuk dibuat semakin merasa takut dan bersalah.

Tubuh Jungkook terhentak, diguncang beberapa kali oleh para tenaga medis saat menerima resusitasi. Kedua mata bulat itu benar-benar tetutup rapat sekarang, dan Jimin tidak tahu apa yang saat ini Jungkook lihat dibaliknya. Disudut mobil ambulans itu, Jimin dapat melihat bagaimana upaya mereka mempertahankan detak jantung Jungkook yang berkali-kali terhenti. Setidaknya hingga mereka tiba di rumah sakit, Jimin berharap Jungkook masih bisa bertahan hingga mendapatkan penanganan yang tepat. Atau kalau Tuhan memang berbaik hati, izinkanlah ia melihat Jungkook membuka mata barang sejenak sebagai tanda bahwa pemuda itu akan baik-baik saja nantinya.

[✔] The Edge For Tomorrow || FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang