Chapter: 09

6.6K 320 7
                                    

***

Ciuman ya..

Kalau tidak salah dulu Aki pernah membahas ini dan kujawab ciuman tak memberi banyak pengaruh.

Hmm.. harus bagaimana ya..

Waktu menunjukkan hampir tengah malam namun di kamar minim cahaya ini, dengan Aki terlelap di samping memeluk erat guling dan selimut, Evan masih terjaga bergelut dengan pikirannya sendiri sibuk memikirkan apa yang harus dilakukan. Chris sudah melangkah lebih jauh dan jika diingat, dari awal dia memang lebih unggul soal kepedulian. "Sial."

"Nghh.." Menggeliat kecil berusaha menarik napas panjang lewat mulut karena pilek cuaca terlalu dingin, Aki berbalik berusaha menyesuaikan pandangan menatap heran kearah Evan. "Hnn? Tidak tidur?"

"Belum."

Kini Aki berusaha mengumpulkan seluruh kesadaran, menarik selimut lebih tinggi dan menjadikan guling sebagai bantal. Mata sayunya menatap Evan semakin dalam berusaha membaca isi pikiran. "Tak biasanya sulit tidur, mikir apa?"

Bukannya menjawab, Evan justru memejamkan mata sejenak lalu ikut bergeser hingga jarak keduanya sempit. Setiap hembusan napas dan ucapan muncul uap tipis dari mulut dan hidung. Aki terpaku melihat mata kebiruan yang seakan terpancar dalam gelap dan saat merasa lehernya mendapat sentuhan, dia merasa benar-benar membeku sekarang. "Evan..?"

"Jadi benar kau menyukai ini."

"Maksudnya?"

"Kenapa tak bilang sejak awal."

Pertama kali mendengar nada bicara dan sikap lembut tanpa paksaan dari Chris, Aki nyaris menahan napas saat bibirnya merasakan kelembutan bibir lembab milik Evan. Memberi kecupan beberapa saat sebelum menjilat pelan, Aki segera menahan dada Evan agar tak semakin mendekat. Bukannya menolak namun dia heran dengan perubahan sikap aneh malam ini. "T tunggu, kenapa?? Evan? Kau tidak mabuk kan??"

"Apa tanganmu juga menahan seperti ini saat Chris menciummu tadi?"

"Hah??"

"Lupakan."

"Sebentar, pelan-pelan. Maksudmu apa?" Segera Aki bangkit ke posisi duduk lalu memanggil nama Evan beberapa kali namun lelaki itu masih membuang muka tampak berpikir sekaligus kesal. "Umm, tunggu." Dari wajah panik berubah ke sebaliknya, Aki terkekeh pelan. "Kau cemburu?"

"Jangan konyol."

"Hahahahh.. Evan astaga.."

"Apa yang lucu?"

Aki tertawa lepas menertawakan sikap jaim dari Evan dan prasangka buruknya tadi sore. Jika Chris melihat ini, dia pasti akan bereaksi sama atau bahkan memukul Evan karena merasa dipermainkan. "Sudahlah"

"Iya, hahahah.. aduh, maaf. Eh..?" Segera menghentikan tawa karena merasa tubuhnya ditindih, benar saja. Evan sengaja mengunci tubuh Aki dengan kedua tangan lalu wajahnya mendekat kembali memberi ciuman dalam dan intens, lidah keduanya bergelut di dalam.

??!!!

"Hmphh.. Evn.. nhh?!" Aki spontan menyatukan kedua lutut berusaha melindungi bagian bawahnya dari gesekan tubuh dan paha Evan namun tak bisa. Rasanya lelaki diatasnya ini sengaja menggoda entah membuat malam ini berkesan atau semata-mata agar lebih unggul dari Chris. "Ah! Sakit!"

Setitik air mata menetes dari mata sebelah kiri. Merasakan perih, panas sekaligus nikmat di bagian leher, Aki sadar Evan sengaja meninggalkan beberapa kissmark disana. Menggigit, menjilat lalu mengecup pelan, kini tangan Evan masuk ke balik baju menikmati lembutnya kulit pucat si musang kecil. Meski terus menolak karena kaget namun Evan seperti tuli, terus bermain hingga lelaki dibawahnya setengah telanjang semakin mengigil karena suhu.

30DAYS (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang