***
Malam berlalu begitu cepat.
Bangun karena suara motor melaju cepat dijalan, Aki berkedip beberapa kali berusaha mengingat apa yang terjadi semalam dan ketika melihat sisi kiri ranjang tak ada Evan disana, seketika perasaannya hancur. "Hiks.."
"Tenanglah." Mendengar suara berat sangat menenangkan ditambah belaian lembut di kepala dan pundak, Aki kaget segera bangkit ke posisi duduk menatap Chris yang tengah melihatnya pula. "Oh sudah bangun ya."
Meski tersenyum namun dari sorot mata, Chris terlihat lelah. Lelaki ini tak tidur semalaman sengaja menjaga Aki yang terus mengigau sambil menangis dalam tidur hingga bantal yang digunakannya basah. Sedangkan Evan tak pulang hingga waktu menunjukkan pukul delapan pagi. Selesai membasuh muka dan gosok gigi, Aki kembali ke kamar menyusul Chris yang masih malas diatas kasur.
"Mau sarapan?" Aki menggeleng. Ia menghela napas lalu naik ke tempat tidur, merangkak pelan sebelum merebahkan diri menjadikan paha Chris sebagai bantal."Maafkan aku."
"Untuk?"
"Merepotkanmu. Aku tak bisa berpikir jernih sekarang, rasanya pusing."
Kembali membelai rambut Aki, kali ini Chris sedikit menunduk, menutup mata lelaki kecil ini dengan telapak tangannya lalu mencium pelan bagian kening. Berharap rasa sakit, khawatir dan sejenisnya meninggalkan tubuh aki dan meski dirinya dijadikan tumbal, Chris tak masalah. Keduanya diam terpaku beberapa saat sebelum air mata kembali menetes membasahi pipi, Aki bangkit memeluk erat leher Chris tak tau lagi harus bicara apa.
Jika harus jujur pada diri sendiri, sekarang lelaki kecil itu merasa takut. Takut jika Evan memperlakukannya kasar seperti orang mabuk kesetanan, tak peduli meski Aki memohon sakit sekalipun. Luka yang semalam belum kering dan jika Evan pulang sekarang lalu kembali meninggalkan bekas dengan paksa, mungkin pembuluhnya akan pecah lagi dan berbahaya kan.
Sekarang Chris belum berani meninggalkan Aki sendiri jika keberadaan Evan masih belum tau. Dia hanya sekali pulang kerumah mengambil pakaian, itupun mengajak Aki. Setelah itu mandi lalu mencari sarapan dan kembali kerumah Evan berharap ada seseorang menunggu di halaman karena pintu dikunci namun sama saja. Evan belum kembali.
Pukul sebelas siang.
Aki menguap kesekian kali yang jelas sampai rahangnya terasa pegal. Dia menggeliat merenggangkan tubuh di sofa depan meluruskan tangan berusaha meraih kaos yang dipakai Chris di sofa samping. "Ngapain sih hahahh, ayo jalan-jalan saja."
"Kalau Evan kembali tapi rumah kosong, nanti dia bingung."
Chris menggeleng ingin mengumpat namun menahan diri, dia bangkit mencari kertas dan pena lalu menulis pesan bahwa dia dan Aki sedang pergi dan kembali nanti kemudian kertas itu ditempel di pintu. "Jadi saat Evan kembali, dia akan baca ini."
"Woahh, iya juga.."
Mengayuh sepeda Evan dengan Aki berdiri di belakang sambil berpegangan di pundak. Awalnya Chris ingin mengajak Aki ke salah satu kedai kopi favoritnya namun lelaki kecil itu berkata tak suka kopi. "Es krim saja. Di dekat sini ada kan?"
Es krim ya.. makanan dingin itu memang cukup banyak peminat sehingga banyak kedai sederhana sampai mewah sengaja dibuat khusus dan nyaman untuk bersantai. Berhenti lalu menyandarkan sepeda di sebuah pohon, Chris tersenyum meraih jemari Aki lalu menggandengnya masuk menuju kedai. Aroma manis, dingin bercampur segar langsung tercium. Kedai dengan warna putih dan krem dengan ornamen kayu bertuliskan latin, meja kursi menyesuaikan cat juga ada sebuah tangga untuk lantai atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
30DAYS (Complete)
Storie d'amoreTentang gay dan demisexual. Dia yang selama ini terlihat tenang namun ternyata terlalu terpacu pada seorang batu bernyawa hingga tanpa sadar ada seseorang yang jauh lebih menyimpan perasaan diluar sana Hanya 30 hari waktu yang mereka habiskan untuk...