***
Dua hari setelah itu, di cafe kota pukul 8malam
Bertahun-tahun sejak terakhir keempat anggota keluarga bertemu dan saat meet up, bisa dikatakan begitu, Evan yang semula terlihat datar kini tak lagi bisa menyebunyikan raut khawatir sekaligus canggung. Beberapa kali menggaruk hidung dan leher padahal tidak gatal juga kakinya naik turun cepat. Dulu empat, sekarang tiga tanpa sang ibu. Evan ditengah dengan Aki dan Chris di sisi kanan dan kiri sedangkan di bangku depan sang ayah dan kakaknya tak kalah tegang.
Orang tua yang sibuk, sudah luar biasa dia sudi bertemu dengan Evan.
Situasi canggung semakin terasa dan tak ada yang berani memulai pembicaraan. Lagi-lagi seperti biasa, Chris memecah suasana dengan mengucap obrolan ringan soal cuaca lalu Aki menyahut setelah itu. "Evan, Evan?" Bisik Aki disela candaan, telunjuknya menyentuh paha Evan berusaha memberi isyarat agar dia tak diam saja.
"Katakan yang sudah kita rangkai kemarin." Lanjut Aki tak kalah pelan dari sebelumnya.
Yah, kemarin. Susah payah mengajarkan Evan cara bicara dengan orang tua. Malam yang sebenarnya ingin Chris gunakan untuk senang-senang bersama Aki harus diurungkan. Cara bicara dengan orang tua hm? Sedikit aneh namun itu yang dua orang lakukan di dalam kamar demi seorang batu di hadapan mereka.
"Aku minta maaf."
Dia bicara!!
Akhirnya dia bicara! Batin Aki dan Chris bersamaan.
"Selama ini aku berusaha mencari diriku yang sebenarnya tanpa takut sesuatu yang mengancam. Maksudku.. tch. Sialan." Evan tak melanjutkan kalimat. Kini dia bersandar, memijat pelipis lalu membuang muka tak mau sedikitpun melihat dua bajingan terbesar dalam hidupnya. Mereka yang membesarkan dan membentuk namun mereka juga yang menghancurkan tanpa berusaha menyembuhkan. Siapa yang sudi bertemu penghancur hanya untuk bicara?
"Tenanglah.." Bisik Aki sambil tersenyum.
"Tidak, kami yang harus minta maaf." Sahut sang kakak, kini dia sedikit condong ke depan membenarkan posisi. "Sejujurnya aku sudah berusaha mencari. Aku tau Chris mengerti semua tentangmu tapi dia hanya mengatakan sedikit karena kau melarang. Sekarang kita bertemu dan.. lihatlah. Adikku sudah besar. Apa kau punya pacar atau malah sudah menikah? Hahahh.."
"Jangan bicara seolah kita akrab."
Aki dan Chris kaget mendengar ucapan kasar Evan baru saja, keduanya spontan melirik satu persatu tiga orang disini berharap bisa membaca apa yang dipikirkan melalui ekspresi.
"Maaf?"
Brak!!
"KAU MENINGGALKANKU LEBIH MEMILIH SEKOLAH ELIT DAN SETELAH ITU TAK ADA LAGI KEHANGATAN DIRUMAH!! KAU–!!"
plak!
Terdiam sejak pertama duduk, akhirnya sang ayah bergerak namun siapa sangka, gerakannya saat memukul Evan lebih cepat dari dugaan Chris. "Anak kurang ajar sepertimu tak pantas menunjukkan wajah."
"Anu.." Aki bangkit mengikuti Evan berusaha membuatnya tenang namun seakan dalam dunia sendiri, Evan dan ayahnya adu mulut tapi beruntung cafe sedang sepi sekarang dan meja yang dipilih ini jauh dari yang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
30DAYS (Complete)
RomansaTentang gay dan demisexual. Dia yang selama ini terlihat tenang namun ternyata terlalu terpacu pada seorang batu bernyawa hingga tanpa sadar ada seseorang yang jauh lebih menyimpan perasaan diluar sana Hanya 30 hari waktu yang mereka habiskan untuk...