***
"Semua sudah siap?" Tanya ibu dari lantai bawah., enutup koper dan sekali lagi menghitung barang bawaan. seperti pakaian dan yang lain untuk anaknya pergi keluar negeri.
Aku Shouta Akiyama, salah satu mahasiswa universitas yang terkenal akan dosen mudanya yang rutin mengajar sejak tahun lalu. Jumlah usia pembimbing muda lebih dominan bukan karena ini universitas baru tetapi banyaknya senior yang pensiun secara bersamaan, hanya kebetulan.
Satu diantaranya adalah Evan, teman masa kecil sampai sekarang sekaligus dosen pembimbingku. Tidak, usia kami tak beda jauh. Dia juga belum memasuki umur untuk bisa dipanggil om atau bapak, alasannya karena aku masuk sekolah terlambat dan sempat libur semester karena suatu hal ditambah Evan yang lulus lebih awal membuat pendidikan kami sedikit berselisih jauh.
"Aki, uangnya ibu transfer ke rekening Evan ya?" Ujar ibu menatapku yang masih berjalan dari tangga menuju ruang depan. Disana, Evan ikut menatapku menahan tawa mengejek.
"Hah?? Kenapa?"
Ibu menghela napas, "Kau boros dan ibu tak mau uang bulanan habis hanya untuk menuruti keinginanmu. Evan, jaga dia oke? Pukul saja kalau membuat ulah."
"Hahah, baiklah.."
Kami pergi.
Meninggalkan jepang untuk mengisi waktu libur sementara sekitar 2-3 bulan berkedok acara kampus padahal Evan hanya ingin melihat kondisi rumahnya yang sudah lama ditinggal. "Apa tidak apa-apa kalau daring di awal semester baru?" Tanya Aki bingung masih ragu.
"Hmm, tidak masalah kok. Toh kau pergi denganku, nanti alasannya bisa kujelaskan."
Lagi-lagi lelaki berambut hitam dengan poni kedepan dan tubuh sedikit kurus itu pasrah dengan kelakuan Evan yang sedikit kelewat batas ini. Takut? Jelas takut. Aki sangat jarang pergi keluar kota apalagi luar negeri, ini pertama kali. Namun dia percaya pada temannya itu, tak mungkin meninggalkannya sendiri karena selain tempat asing, Aki juga tak begitu lancar bahasa inggris.
Klang!
Mesin minuman menjatuhkan dua kaleng soda ringan. Kini mereka sudah sampai bandara, sekitar 30menit pesawat yang dijadwalkan datang.
"Aki? Kau tak pakai syal?" Tanya Evan baru saja sadar bahwa leher orang disampingnya terbuka memperlihatkan kulit sedikit merinding pucat."Tidak usah, ribet."
Evan menggeleng, dia merogoh tas mengambil syal cadangan lalu mendekat kearah Aki yang langsung menegang dengan gerakan tiba-tiba ini. "Jangan begitu, nanti masuk angin. Kemari, biar kupakaikan."
"T tidak mau!"
"Ibumu mengatakan agar aku menjagamu, sudah menurut saja."
"..."
Sedikit mendongak agar lehernya bisa dililit, bulu-bulu halus syal sungguh membuatnya hangat sekarang. Disela menambahnya suhu tubuh, mata Aki yang awalnya berusaha tak menatap langsung orang di depannya kini bertindak sebaliknya.
Tampan.. begitu kata pertama yang terbesit dalam benak lelaki bertubuh kecil ini saat tak sengaja menatap langsung kearah mata Evan. Coklat gelap namun jika dilihat lebih ada rona biru langit dengan sedikit ungu disana. Wajahnya orang asia namun kulit dan tubuhnya tinggi seperti amerika membuat Evan cukup mencolok di kampus.
Sering berangkat, pulang lalu makan bersama membuat kedua orang ini sering menjadi bahan gosip karena tak mungkin dosen dan murid ajarnya bisa sedekat itu kecuali memang sudah kenal sejak lama dan seperti itulah. Daripada peduli, Evan memilih bertindak biasa namun sedikit berbeda dengan Aki. Dia canggung memilih sedikit menjauh dari para gadis yang sering membicarakannya.
"Nah, sudah selesai."
"Terima kasih."
Evan mengangguk, dia lalu berbalik kembali menata isi tas lalu berjalan pelan menuju tempat dimana biasanya dia menunggu kedatangan pesawat, lebih mendekat daripada sekarang. "Hei ayo ikuti aku. Astaga apa kau harus digandeng??" Ujar Evan cepat setelah sadar sekian langkah, Aki masih terpaku di tempat yang sama.
"Ah, maaf maaf.."
Jelas Aki kembali merasa canggung.
Orang luar biasa seperti Evan masih menganggapnya teman, bersikap akrab di kampus atau luar bahkan sekarang mengajaknya berkunjung kerumah luar negeri. Keluarganya? Apa disana ada keluarga Evan? Lelaki bertubuh tinggi dengan kulit sedikit merah itu tak pernah bicara soal keluarga atau orang tua bahkan meski sudah mengenal sejak kecil, Aki hanya sedikit tau soal keluarga temannya itu.
Dia sangat tertutup, terlalu tertutup. Sedikit menakutkan tapi dia selalu baik selama ini. Masih menyimpan tanda tanya besar tak berani bertanya, Aki hanya mengikuti alur percaya bahwa tak lama lagi dia pasti tau alasan Evan suka tinggal sendiri sengaja memisahkan diri dari keluarganya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
30DAYS (Complete)
Lãng mạnTentang gay dan demisexual. Dia yang selama ini terlihat tenang namun ternyata terlalu terpacu pada seorang batu bernyawa hingga tanpa sadar ada seseorang yang jauh lebih menyimpan perasaan diluar sana Hanya 30 hari waktu yang mereka habiskan untuk...