***
Halo ibu? Ibu kau mendengarku? Sebelumnya maafkan aku.
Jadi aku sedikit nakal, aku terlanjur menyukai Evan tapi ternyata jauh sebelum itu, anak lelaki namanya Chris, dia menyukaiku lebih awal meski kami belum pernah bicara. Sikap manis yang Evan tunjukkan ternyata perintah dari Chris.Sekarang aku bingung harus bagaimana. Ibu bilang tak boleh membuang orang yang mencintai kita kan? Berarti aku akan berusaha menerima Chris tapi disisi lain aku tak bisa melepaskan Evan. Dia cuma punya satu orang disisinya, dia tak punya keluarga, tak punya teman, cuma aku. Bahkan dengan Chris entah dia menganggapnya teman atau tidak.
Ibu mungkin kau masih menerima jika anakmu menyukai laki-laki tapi bagaimana kalau dua? Bagaimana kalau Aki mu yang manis ini memiliki dua seme? Apa kau masih menganggapku sebagai anak?
Kurang lebih seperti itu kalimat yang Aki rangkai dalam pikiran sebelum bertemu sang ibu. Jelas dia tak bisa tenang setelah mendengar pengakuan dari Chris.
Merasakan kepalanya berat sebelah dan kehangatan selimut bulu tebal, tubuh kecil itu menggeliat pelan berpikir dimana dia sekarang?Aki yang ketiduran setelah menangis kini berbaring di tempat tidur Chris dengan bantal, guling dan selimut membalut lembut tubuhnya. Dia mengerang pelan, mengusap mata lalu tertegun mendengar suara debat pelan dari luar kamar. Dia tau Chris tengah mengomel pada Evan sesekali mengumpat lalu memukul tapi jika didengar, Evan tak melakukan perlawanan. Ingin bangkit namun merasa takut dan bingung, Aki memutuskan untuk tetap disini pura-pura masih tidur berharap perdebatan diluar segera berakhir.
"Mulai sekarang berhenti memberi perhatian padanya. Cukup. Jadilah dirimu sendiri, sifat hangat malah membuatnya semakin menyukaimu." Ketus Chris kesekian kali namun di depannya, Evan tampak bingung menatap dengan kedua alis merajut.
"Bukannya kau yang menyuruhku?"
"Sial itu kan dulu. Aku cuma memintamu memberi kado, kenapa tak mengatakan kalau dariku ha?!"
"Tch, menurutku kau bodoh." Kini Evan menepis tangan Chris yang meremas kemejanya. "Apa yang membuat Aki spesial bagimu? Dia tak mengenalmu, dia cuma menganggapmu temanku yang tak bisa akur. Cuma itu."
Tak tau harus menjelaskan bagaimana lagi, Chris mundur lalu memijat pelipis merasa pusing dengan batu bernyawa di depannya ini. "Kalau begitu jauhi dia. Biarkan dia menginap disini sampai kau akan pulang ke jepang. Tapi saat sudah disana, kau tak boleh mendekatinya lagi."
"Aku tak mendekati, Aki sendiri yang selalu menempel denganku."
"Kau..!"
"Dengar. Ibunya bilang agar aku menjaga, tak mungkin membiarkannya masuk ke kandang hewan buas sepertimu. Enyahlah, akan kubangunkan dia."
Bughh!!!
"Ah! Apa..?" Spontan Aki bangkit dari kasur berlari menuju pintu setelah mendengar suara pukulan. Benar saja, Chris tampak dominan sedikit menindih tubuh Evan, melayangkan pukulan beberapa kali ke wajah sebelum didorong kuat hingga tubuhnya terjungkal ke lantai dengan Evan menindih bagian perut membuat lelaki bermata biru itu terbatuk.
"Bagaimana ini, kenapa mereka berkelahi? Kalau ini serius? Iya kan..? Anu..""Aku tak mau membuat masalah. Akan kubawa Aki pergi lalu kau bisa hidup tanpa mengenalnya." Ketus Evan, kali ini sorot matanya benar-benar membuat lelaki di dalam kamar merinding.
"KAU PIKIR AKU AKAN MEMBIARKANNYA MENCINTAI BATU SEPERTIMU HA?!"
bugh!!
Perkelahian kembali terjadi hingga setitik darah terlihat menodai lantai. Aki yang panik dengan kedua kaki gemetar ingin melerai namun terlalu takut bergerak. Dia menelan ludah beberapa kali, menampar pelan kedua pipinya berusaha mengumpulkan keberanian sebelum akhirnya berlari keluar kamar menarik tubuh Evan agar tak menindih Chris.
"APA KALIAN MASIH BOCAH??"
Kini ketiganya terdiam.
Chris berusaha bangkit bersandar di dinding mengusap darah di ujung bibir dengan punggung tangan, Evan berdiri santai sambil melipat tangan sedangkan Aki tampak mengatur napas dalam. "Berkelahi tak akan menyelesaikan masalah."
".."
"..."
Saat ruangan menjadi hening dan waktu telah menunjukkan hampir pukul lima sore, saat itu juga suara perut mencairkan suasana. Seakan memang sengaja menunjukkan bahwa sang pemilik tubuh lapar, Aki langsung menunduk malu tak berani lagi mengucap sesuatu seperti tadi. Saling melirik namun kemudian membuang muka, Chris akhirnya mengalah. Dia bangkit mengucap kata maaf lalu membantu Aki berdiri. "Kau lapar ya, hahahh.."
"Jangan bilang begitu.. eh, lukamu?"
"Cuma luka kecil. Emm.. ayo ke dapur kau pilih sendiri mau makan apa." Ujar Chris namun di belakangnya, Evan segera memotong.
"Tak ada yang boleh menyentuh pinggang Aki selain aku."
"Hah??"
"Umm.. Evan sudah, Chris cuma membantu berdiri."
"Ayo kita makan diluar." Ucap Evan cepat sambil menarik tangan Aki namun jelas Chris tak akan pasrah begitu saja. Dia kembali menyentuh pinggang kecil itu, menariknya seakan memberi perlindungan agar tak terjebak dalam visual batu bernyawa.
"Dia sudah lapar kalau dipaksa jalan bisa sakit."
"Manja."
"Tidak, tidak, aku baik-baik saja."
"Sialan kau tak dengar perutnya sampai bunyi ha?? Bukan manja tapi kalau memang lapar orang bisa pingsan dijalan."
"Aku yang selalu bersama Aki, meski sangat lapar tapi dia tak mungkin jatuh seperi gadis lemah."
"Pokoknya dia harus makan disini."
"Memangnya kau siapa?!"
Pukul enam sore.
Berakhir dengan memesan makanan dari luar lalu dimakan di rumah Chris, ketiga orang ini masih membisu antara marah, ingin memukul dan canggung. Saudara Chris sudah pulang namun bersikap acuh dengan dua orang asing dirumahnya namun saat kedua orang tua pulang, Aki mulai merasa bingung karena mereka terus mengajak bicara dengan logat asing.
Chris tak akrab dengan keluarganya namun saat ada orang lain berkunjung, kedua orang tua itu seperti bukan mereka yang biasanya. Bersikap manis dan terus mengajak bicara seolah-olah akrab, Chris hanya diam menghela napas bosan.
Dan ketika makanan sudah habis, Aki mengambil tissu dari meja melirik dua lelaki dengan wajah tegang di hadapannya. Jelas dia masih bingung harus berbuat apa. Pulang dengan kedua mata masih menatap kearah Chris namun tangan berada dalam genggaman Evan, senyuman selamat malam terpancar dari sudut bibir keduanya.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/213398266-288-k576963.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
30DAYS (Complete)
RomanceTentang gay dan demisexual. Dia yang selama ini terlihat tenang namun ternyata terlalu terpacu pada seorang batu bernyawa hingga tanpa sadar ada seseorang yang jauh lebih menyimpan perasaan diluar sana Hanya 30 hari waktu yang mereka habiskan untuk...