Menutupi luka. Hanya akan memperparahnya.
📍
[Kisah kehancuran Hyo Joo.]
Seakan tak ada yang perlu dikhawatirkan. Gadis yang baru saja menyakiti hati gadis lain ini tetap menjalankan kegiatannya sehari-hari.
Benar, menjalankan peran palsunya dan mengembalikan senyum pura-puranya. Bekerja sebagai guru les private di kediaman keluarga Nam.
Sungguh ironis.
Bukan untuk dirinya, melainkan untuk gadis yang ada di sebelahnya. Gadis cantik bermarga Nam itu.
Mata sembabnya terlihat jelas oleh Hye Jin lewat ekor mata. Membuatnya yakin kalau gadis ini tengah sibuk menangis sepanjang malam. Mungkin karena ulahnya. Tapi nyatanya memang benar semua itu akibat ulahnya.
Dingin, itu yang Hye Jin rasa ketika tatapan matanya bertemu dengan manik Hyo Joo. Membuat atmosfer disana tidak sehangat dulu. Wajah ceria bahkan tak lagi ia dapatkan, hanya lelah dan jengah. Hyo Joo memberinya perasaan yang demikian.
Tapi tak seperti harapannya, dia mengharapkan kehancuran Hyo Joo yang begitu besar. Sayangnya, Hyo Joo masih bisa memberi senyuman manis kepadanya. Membuatnya berpikir kalau kejadian kemarin tidaklah cukup.
Padahal nyatanya, gadis ini. Nam Hyo Joo, mati-matian menyembunyikan rasa sakitnya. Ia mati-matian berusaha baik-baik saja. Benar-benar tidak ada orang yang lebih jahat dari Hye Jin. Ia begitu egois sampai-sampai tak mau sedikitpun membiarkan Hyo Joo bahagia.
Dengan sengaja, handphone yang sebelumnya tidak pernah ia taruh di atas meja. Saat itu, Hye Jin taruh agar hati Hyo Joo memanas.
Ia tak puas menggerogoti hati Hyo Joo yang sudah hancur. Hye Jin tak puas saat Hyo Joo hanya menangis semalaman. Orang itu hanya puas jika gadis yang ia benci berubah menjadi gila. Itu yang diharapkannya.
Sontak layar handphone Hye Jin menyala tiba-tiba menandakan ada pesan masuk disana, membuyarkan konsentrasi mereka berdua.
Sangat jelas kalau di sana tertulis nama Jungkook dengan dua emoticon hati diakhirnya. Mengajak Hye Jin berkencan. Menghabiskan waktu berdua seharian. Itu yang tertulis dipesan.
Lalu apa yang Hyo Joo lakukan? Pertahanannya tak sekuat yang ia pikirkan. Hanya dengan satu pesan itu, dadanya kembali naik-turun tak beraturan. Nafasnya memburu, seolah ada gambaran petir yang menyambar.
Ia kalut, pikirannya kacau. Semuanya berantakan.
Hye Jin yang menyadari perubahan ekspresi Hyo Joo dengan sigap mengambil handphonenya, memasukkannya kembali ke dalam tas kecil yang berada disisinya. Tapi ekspresinya bukan ekpresi takut atau khawatir saat melihat perubahan raut wajah Hyo Joo. Melainkan ekspresi menang. Iya, ekspresi busuknya itu akhirnya keluar.
Hyo Joo mengerjap-ngerjapkan matanya, sambil mengontrol tubuhnya agar tidak melakukan sesuatu yang membahayakan. Ia terus menahan. Berusaha dengan sekuat tenaganya.
Ia sadar, kalau dia tak lebih baik dari Hye Jin. Hyo Joo sadar kalau dirinya bukan siapa-siapa bagi Jungkook. Dan satu yang ia inginkan. Jungkook bahagia, siapapun yang mendampinginya kelak. Ia hanya menginginkan lelaki itu bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
[JJK] The Moonlight
FanfictionSebenarnya, jika kau tatap dengan benar, cinta seperti cahaya bulan yang samar pun, dapat terlihat. Publish; 15 Mei 2018 📍NC onepart ©nabeling150518