"Bolos lagi?"
Jaemin bertanya kepada Donghyuck yang duduk di atas ranjangnya. Bukan sebuah pemandangan baru baginya sebab Donghyuck memang sering menetap di kediaman milik keluarga Jaemin ketika ia ingin membolos sekolah. Bahkan Nyonya Na tidak mempermasalahkannya sebab Donghyuck telah dikenal dengan baik oleh keluarga Jaemin.
Sementara pemuda berpipi tembam tersebut menyeringai nakal, sang pemilik kamar bergegas menaruh ranselnya di sembarang tempat.
"Kenapa lo?" Lagi-lagi Jaemin bertanya. "Lagi main kucing-kucingan sama pacar lo?"
Donghyuck mendengus. "Kucing-kucingan—lo kira gue bocah TK?"
"Yaa, siapa tau lo lagi bernostalgia main kucing-kucingan bareng Mark." Jaemin meregangkan kaitan dasi pada seragamnya sebelum duduk di atas bangku yang terletak bersebelahan dengan ranjang. "Pfft—jadi kangen masa-masa TK."
"Masa-masa kelam dimana gue sama Mark harus mencar demi nyari lo yang ngilang di deket rumah Om Yunho," tutur Donghyuck. "Itupun cuma karena Curry hilang."
Curry adalah nama dari kucing American Shorthair kesayangan Jaemin yang menjadi hadiah ulang tahun ke-lima-nya saat itu. Warnanya kelabu dan memiliki sebuah rutinitas aneh dimana ia akan membangunkan Jaemin di pagi hari dengan menekan hidung mungil sang majikan. Namun sayang, Curry dikabarkan menghilang dan sosoknya tidak pernah ditemukan hingga saat ini.
Hal itu tentunya merepotkan Donghyuck dan Mark karena keduanya harus berpencar guna mencari keberadaan Jaemin yang menghilang bersamaan dengan Curry si kucing kala itu. Ketika ditemukan di sebuah taman bermain, Jaemin sudah menangis menjadi-jadi.
"Elah. Gausah 'ngingetin gue akan Curry, dong, mbul."
"Gitu aja mewek lo, dasar."
Tiba-tiba saja Tofu—seekor munchkin kesayangan Jaemin—meloncat dan duduk dengan nyaman di atas pangkuan sang majikan. Kucing tersebut mendengkur, membuat Jaemin terkekeh geli akibat ulahnya yang menggemaskan.
"Omong-omong, gue selalu salah fokus." Donghyuck membenahi posisinya di atas ranjang. "Tofu hamil, ya?"
Dengan bergegas, Jaemin mengangkat tubuh milik kucing kesayangannya itu dan mengamati perutnya yang terlihat membuncit. Jaemin pun mengangkat alisnya, merasa bingung dengan penampilan Tofu. Seingatnya, ia tidak pernah memberikan Tofu camilan tengah malam lagi setelah Dokter Jung menegurnya akibat terlalu sering memanjakan Tofu hingga berat badan kucing tersebut bertambah lima kilogram.
"Mungkin dia 'nyuri makanan di dapur?" Jaemin bertanya sembari masih asyik memeriksa perut Tofu yang benar-benar membuncit. Mengapa pula ia baru sadar sekarang?
"Tapi itu nggak mungkin, Jaemin!" Donghyuck mengelak, sama sekali tidak setuju dengan pendapat amatir dari Jaemin. "Sepupu gue pernah 'melihara kucing yang sejenis sama Tofu dan pas dia hamil, it looks exactly like him, bro."
"Ah, salah lihat, kali?"
"Enggak, Jaemin. Lagian emangnya lo nggak ingat pernah nge-jodohin Tofu sama siapa 'gitu?"
Jaemin menggeleng. "Kagak."
Di lain sisi, Donghyuck menghela nafas kasar. "Kucing lo sering keluyuran keluar rumah?"
"Iya. Di jam-jam tertentu." Jaemin menjawab dengan santainya. "Tapi itupun di bawah pengawasan gue. Biasanya, 'sih, dia cuma keliling kompleks dan balik ke rumah setelah satu jam."
Donghyuck berdecak mendengarnya, sudah tidak heran dengan perilaku Jaemin yang memang ceroboh sejak awal dilahirkan. "Berarti kucing lo pergaulan bebas, bego!" Katanya tidak sabar. "Lagian itu perutnya udah kelihatan banget kalau hamil!"
"Oh, ya?" Pemuda berseragam itu justru tertawa melihat tingkah Tofu yang begitu menggemaskan. Kedua jemari lentik miliknya ia gunakan untuk mengusap dan menggelitik perut buncit milik kucingnya tersebut. "Kalau 'gitu, gue harus bawa dia ke dokter, dong?"
"Pastinya."
Hening pun melanda suasana di dalam ruangan untuk sesaat. Baik Jaemin maupun Donghyuck enggan memulai pembicaraan terlebih dahulu. Keduanya terlalu sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing—Jaemin dengan kucingnya sementara Donghyuck dengan ponselnya.
Namun sebuah suara terdengar ketika Donghyuck berhenti berselancar di dunia maya dan menekan sebuah unggahan yang diluncurkan setengah jam yang lalu.
"Oy, Jaem."
Yang merasa terpanggil hanya menoleh sembari menurunkan Tofu dari pangkuannya. "Ya?"
Donghyuck terlihat ragu sejenak. Berulang kali ia mendesah—merasa bingung, haruskah ia membicarakannya dengan Jaemin atau tidak. Sempat pemuda itu mengusap wajahnya sebelum berkata,
"Jangan meniru kucing lo."
Baiklah. Jaemin merasa sedikit tersinggung—tidak tahu saja ia jika apa yang dibayangkannya sama sekali tidak selaras dengan maksud Donghyuck yang sebenarnya. Kemampuan pemahamannya memang sedikit berkurang usai ujian fisika yang diadakan siang hari tadi. Benar-benar—mana bisa Jaemin mengerjakan tiga puluh soal uraian dalam waktu lima puluh menit?
"Maksud lo apa?" Jaemin bertanya. "Kucing bukan manusia."
"Justru karena itu." Donghyuck mematikan ponsel, beralih memandang Jaemin tepat pada manik legamnya. "Jangan terperosok ke dalam pergaulan bebas."
Merasa membutuhkan penjelasan yang lebih mumpuni, Jaemin pun mengernyit.
"Sebelum itu—Na Jaemin, dengerin gue baik-baik." Manik keduanya bersiborok sebelum Donghyuck sempat melanjutkan kalimatnya. "Gue tahu. Gue tahu kalau lo suka sama Jeno."
"Memang gue nggak pernah merahasiakannya dari lo, 'kan?"
"Bukan itu." Donghyuck tersenyum. "Karena lo nggak pernah merahasiakannya, gue tahu benar kalau lo menyimpan rasa yang dalam buat si brengsek. Gue hanya nggak mau kalau pada nantinya, lo akan turut jatuh ke dalam pergaulan bebas seperti kucing lo."
Mendengar kekhawatiran dari sahabatnya tersebut, Jaemin pun tertawa. "Nggak, itu nggak bakalan terjadi. Sans, lah!" Katanya bersemangat. "Lo boleh penggal kepala gue kalau gue sampai jatuh ke dalam pergaulan bebas. Atau penggal Jeno juga boleh."
"Oke, opsi ke-dua lebih menarik, HAHAHAHA." Donghyuck tertawa dengan begitu anarkis.
"Dan, oh—lo tahu nggak, 'sih? Tadi gue ngasih susu ke Jeno dan diterima!" Jaemin berujar dengan senyum mengembang. "Pembolosan lo membawa berkah juga ternyata."
"Iya, dong! Gue bolos aja Mark bahagia luar biasa—"
Dialog demi dialog kembali terdengar di antara keduanya tanpa menyadari jika rembulan telah hadir menemani para bintang di malam hari. Segalanya terus berlanjut hingga sebuah ketukan di pintu kamar terdengar dan seorang asisten rumah tangga datang guna meminta keduanya untuk makan malam.
Namun, ada sesuatu yang mengganjal bagi Jaemin—tidak jauh dari wejangan Donghyuck.
'Jangan sampai lo jatuh ke dalam pergaulan bebas seperti kucing lo.'
Jaemin berbisik kepada dirinya untuk tenang, berdoa jika kejadian tersebut tidak benar-benar menimpa dirinya dan membuatnya menyesal menaruh hati pada Lee Jeno. Amin. []
∘₊✧───tbc───✧₊∘
© Rayevanth, 2020
![](https://img.wattpad.com/cover/213496731-288-k711746.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wayward • Nomin ✓
FanfictionIn which a do-gooder tried to be a wayward. © Rayevanth, 2020