"Lo harus 'nyoba bibirnya Hyunjin!"
Seungmin menepuk kedua tangan-nya, puas dengan rekomendasi yang ia berikan.
Pemuda manis itu tengah asyik berbincang dengan Daehwi dan Jinyoung sembari menikmati sebotol teh serai yang dibawanya dari rumah, membuat Daehwi bergidik sedari tadi. Tidak tahu saja ia jika teh serai memiliki rasa yang manis dan menyegarkan. Pantas Seungmin suka.
Di lain sisi, tiga pemuda berwajah sangar duduk di hadapan mereka. Si hidung bangir sibuk mengipas sementara si bibir besar dan seorang murid kelas sepuluh yang baru saja merengek kepanasan tengah berebut air mineral.
Memang, 'sih.
Terik mentari benar-benar terasa menyengat siang hari itu. Menjadi jauh lebih panas jika berada di kantin sekolah yang penuh akan siswa dan siswi di waktu istirahat seperti ini, membuat beberapa murid ambisius memilih untuk tetap berada di dalam kelas guna sekadar mengerjakan tugas yang baru saja diberi maupun mengamati jatuhnya dedaunan di pekarangan sekolah seperti seorang melankolis.
"Lo itu extra banget."
Donghyuck memandang sahabatnya dengan begitu gemas.
Menjadi dua sosok murid ambisius pada keterangan sebelumnya, keduanya memang sedang berada di dalam kelas. Na Jaemin menghibur diri dengan mengamati air mancur melalui jendela sementara sahabatnya sibuk mengomel, berbicara mengenai peristiwa yang baru saja menggemparkan publik pagi hari itu.
"Dasar bucin." Donghyuck mencibir, menghempaskan buku yang kini tidak lagi dibacanya di atas meja begitu saja.
"Suka enggak 'ngaca, ya, lo." Jaemin balas mendelik, tidak ingin kalah.
"Lah? Gue maklum, dong?" Pemuda manis berpipi tembam itu menyeringai bodoh sembari menaruh kedua tangan-nya di dalam hoodie. "Mark pacar gue. Wajar 'kan kalau gue mau bermanja-manja atau bahkan nge-bucin sampai mati sama dia?"
Mendengarnya membuat telinga sang primadona panas. Donghyuck itu tidak pernah merasakan sulitnya mendapat balasan perasaan dari sang pujaan hati. Mark merupakan teman keduanya sejak kecil sehingga mudah bagi Donghyuck untuk meminta atensi dari pemuda tampan itu dan berkencan di kemudian hari.
"Gue turun!"
Jaemin pun bangkit, berdiri memunggungi Donghyuck dan berjalan meninggalkan pemuda itu sendirian di dalam ruang kelas tersebut.
"Ah, punya temen baperan amat!" Donghyuck mencibir sembari memandang tempat duduk milik sahabatnya. Tanpa pikir panjang, ia mengambil Sarasa milik Jaemin dan mengganti isi pena baru tersebut dengan miliknya yang sudah sekarat. Kemudian pemuda itu tertawa seperti orang gila, membuat dua teman sekelas-nya mengurungkan niat untuk memasuki ruang kelas dan bergegas pergi ke lain tempat.
Di lain sisi, Na Jaemin berlari menuruni tangga dengan wajah sebal. Biar saja, lebih baik jangan diganggu. Sang primadona sedang kalut. Bahkan ia tidak sadar jika tangan kanan-nya membawa sekotak susu cokelat yang sebelumnya hendak ia berikan kepada Donghyuck di dalam kelas.
Kedua tungkai jenjang-nya melangkah masuk ke dalam kawasan kantin yang begitu ramai. Beberapa murid menyapanya, membuat Jaemin harus membalas mereka satu per-satu sebelum ia memutuskan untuk menghampiri seorang penjual sandwich yang telah terlebih dahulu dikerumuni oleh para murid kelas dua belas.
"Tante." Jaemin memanggil wanita di balik meja setelah para murid kelas dua belas menyingkir, kembali ke ruang kelas mereka masing-masing guna melakukan belajar mandiri. "Aku mau beli sandwich-nya satu. Yang spicy tuna mayo."
Wanita berusia kepala tiga tersebut segera memberikan sandwich yang diinginkan Jaemin setelah pemuda itu menyerahkan uang sejumlah nominal yang harus dibayarkan demi mendapat makan siang-nya.
![](https://img.wattpad.com/cover/213496731-288-k711746.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wayward • Nomin ✓
FanfictionIn which a do-gooder tried to be a wayward. © Rayevanth, 2020