15 - Es Krim

13.8K 2.5K 91
                                    

"Hah? Rapat?"

Na Jaemin mengernyit mendengar penjelasan Han. Pemuda berpipi tembam itu baru saja mendatanginya dengan surai tidak tertata dan cardigan yang sempat tanggal di atas lantai. Beruntung Minho melihatnya dan memberikan cardigan kelabu tersebut kepada sang pemilik yang kini sibuk mengatur nafas di hadapan sang primadona.

Donghyuck yang saat itu berdiri di samping sahabatnya hanya bisa mencibir. "Idih, pasangan bucin."

"Ngaca, pinter!" Minho berujar sarkas.

"Seenggaknya gue tau tempat, kak."

"Oooh, tau tempat tapi ciuman di perpus padahal harusnya ekskul?"

"BRENGSEK!"

"Sebar videonya boleh kali, hm?"

"LO REKAM, HAH—"

"Musnah aja kalian berdua!"

Han mencubit lengan keduanya sebelum menarik milik Jaemin, beranjak pergi dari koridor sekolah tempat Minho meringis kesakitan bersama Donghyuck di sebelahnya.

Langkah mereka terhenti di hadapan sebuah ruang serba guna yang terletak di lantai dasar gedung utama. Jaemin dapat menduga jika sudah terdapat beberapa anggota badan kepengurusan yang berada di dalamnya ketika ia mendengar beragam jenis suara yang berusaha memperjelas keadaan.

"Ada kesalahan terkait dana buat partisipasi lomba cheers dua minggu lagi," ujar Han, menjawab rasa penasaran sang primadona akan kericuhan yang terjadi siang hari itu. "Kita harus rapat. Yah, walau dadakan. Lo harus ikut karena lo menjabat sebagai koordinator seksi olahraga."

"O-oh, 'gitu."

Jaemin mendesis kecil. Tersadar jika kesempatannya untuk bertemu dengan si hidung bangir kandas begitu saja padahal ia begitu menantikannya sejak malam hari yang lalu. Ia menganggapnya sebagai sebuah peluang yang mampu mengakibatkan perubahan terhadap hubungan yang terjadi di antara keduanya.

Tetapi hanya karena rapat, semuanya hangus seketika.

"Yuk, masuk, Jaem—"

"Hoi, mau kemana?"

Sang primadona terkejut ketika suara milik si hidung bangir menyapa gendang telinga-nya. Dengan cemas, pemuda manis itu menoleh sementara Han memasang wajah ketakutan sembari memasuki ruangan terlebih dahulu, membiarkan Jaemin berbincang sejenak dengan berandal nomor satu di sepenjuru sekolah.

Memandang miris, Jaemin tersenyum kikuk. "Ada rapat dadakan."

Pemuda tampan di hadapannya menghela nafas. "Sampai jam berapa?" Melihat reaksi sang primadona membuat Jeno semakin mengerang. "Jangan bilang lo enggak tahu?"

Lagi-lagi Jaemin meringis. "Namanya juga dadakan," ujar pemuda manis itu. "Uhm, kalau mau batal juga enggak apa-apa, 'sih, Jen."

Si hidung bangir merotasikan kedua bola mata-nya sembari mendesah. "Ya udah, sana masuk!" Jeno berucap dengan sedikit sebal, membuat Jaemin tidak bisa menolak untuk memasuki ruang serba guna di hadapannya.

Usai pemuda manis itu menutup pintu dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan, Han beserta beberapa anggota lainnya menjerit bersahutan mengenai kesalahan pendanaan yang terjadi akibat ulah sang bendahara.

Na Jaemin hanya bisa mendengus. Berharap jika rapat hari itu berakhir dengan cepat supaya ia dapat menepati janjinya dengan si hidung bangir jika pemuda tampan itu memutuskan untuk menunggu kepulangannya di sore hari.

Cepat-cepat Jaemin menggeleng. "No, no. Itu enggak mungkin," bisiknya sebelum kembali mendengarkan perdebatan yang terjadi dan memberikan sedikit tanggapan atas setiap penjelasan yang dituturkan oleh beberapa anggota di dalam ruangan.

Wayward • Nomin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang