"PAGI, JAEM!"
Suara Donghyuck menggema di sepenjuru ruangan, membuat sang Ayah hampir menjatuhkan hidangan di atas nampan dan melotot kepadanya.
Di lain sisi, sang pemilik nama tersenyum sembari berjalan menuruni anak tangga dengan tubuh berbalut seragam. Mulai dari sepatu hingga dasi telah dikenakannya pagi hari ini, membuatnya terlihat begitu siap untuk bersekolah kembali.
"Pagi juga, Donghyuck. Pagi, Om, Tante." Sang primadona berujar dengan anggun seperti biasa, menularkan sebuah senyuman bagi seluruh anggota keluarga Donghyuck di atas meja makan.
"Nyenyak tidurnya?" Ibu pemuda berpipi gembil itu bertanya selagi menyodorkan sepiring roti kepada sang buah hati yang menunggu tidak sabar. "Donghyuck, ahh! Enggak sopan, di hadapan tamu begini!"
"Tamu?" Donghyuck mendelik, merebut piring miliknya dengan bergegas. "Jaemin 'kan anak ke-dua Mama sama Papa. Masa lupa?"
Na Jaemin terkekeh mendengarnya. Pemuda manis itu menarik sebuah bangku yang terletak di samping Donghyuck dan menduduki bangku tersebut, membuatnya berhadapan dengan seorang pria berusia kepala lima yang kini sibuk menikmati secangkir kopi hitam sambil membaca pesan-pesan yang didapatnya sejak kemarin.
"Jaemin." Ayah Donghyuck memanggil. "Kamu masih suka main game?"
Sang primadona menggeleng sembari menerima sepiring roti miliknya dari Ibu Donghyuck. "Udah enggak terlalu catch up, Om."
Pria itu pun mengangguk. "Hmm, kira-kira game yang bagus dan seru buat Om 'gini apa, ya, Jaem?"
Pemuda manis di hadapannya dibuat berpikir sebab sudah lama baginya tidak menyentuh aplikasi permainan seperti sang sahabat. "Apa, ya, Om—"
"Candy Crush, Pa." Itu Ibu Donghyuck.
"Animal Crossing, Pa!" Ini Donghyuck.
"Tapi Hay Day paling asyik, Pa."
"Idih, Mama norak!"
"Lha? Susah, lho, Hyuck, ngerawat ternak sampai level 49."
"Rawat ternak? Cih, jinjja—"
Sudah lama Na Jaemin tidak tertawa lebar di atas meja makan seperti ini. Pemuda manis itu bersyukur jika kedua tungkai-nya membawa ia menuju kediaman hangat milik keluarga Donghyuck dua hari yang lalu.
Sulit untuk mengaku, namun sekolah menengah tempat keduanya menempuh pendidikan mewajibkan seluruh siswa untuk hadir di sekolah setiap hari Sabtu. Tidak heran jika Donghyuck selalu mengeluh sejak Jaemin membangunkannya pada pukul lima pagi untuk membersihkan diri.
"Sabar. Nyawa gue belom 'ngumpul," menjadi alasan Donghyuck pagi ini.
Satu hari tidak bersekolah membuat Jaemin rindu akan segala kebisingan yang biasa ditemuinya pada waktu istirahat, pelajaran matematika dengan kuis mendadak, bahkan ceramah guru agama yang seharusnya dapat ia dengar kemarin. Pemuda manis itu merindukan segalanya, termasuk si hidung bangir yang kini entah tengah berbuat apa.
Namun, sayang.
Membayangkan Lee Jeno justru semakin membuatnya kembali teringat dengan peristiwa dua malam yang lalu.
Sebuah peristiwa yang berhasil membuat Na Jaemin terlarut dalam mimpi buruk, terjaga pada pukul satu pagi, kehilangan nafsu makan yang cukup berpengaruh terhadap berat badan-nya yang menurun, serta terus memaksakan diri untuk tersenyum.
Helaan nafas pemuda manis tersebut cukup mengalihkan atensi Donghyuck dari pesan-pesan sang kekasih yang dipenuhi oleh emoticon berhias hati.
![](https://img.wattpad.com/cover/213496731-288-k711746.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wayward • Nomin ✓
FanficIn which a do-gooder tried to be a wayward. © Rayevanth, 2020