10 - Mari Membuntut

15.1K 2.6K 117
                                    

"Joy to the world-"

"Belom natalan, dongo."

Na Jaemin menyeringai bodoh kepada Donghyuck yang kini sibuk bermanja di atas pangkuan sang kekasih. Melihatnya saja sudah membuat Jaemin menyimpan dengki sebab sang primadona tidak memiliki seorang kekasih yang rela mendatanginya sebelum jam mata pelajaran dimulai.

Hari Rabu.

Hari ke-tiga dari waktu satu minggu yang diberikan oleh si hidung bangir kepadanya untuk menjadi seorang berandal.

Na Jaemin hanya bisa mendesis miris mengingatnya. Pemuda manis itu belum sempat menghabiskan waktu untuk membuktikan keberadaan jiwa pemberontak di dalam dirinya kepada Lee Jeno selama tiga hari kesepakatan berlangsung. Satu hal yang berhasil dicobanya hanyalah sebatang rokok di sebuah kedai yang letaknya tidak jauh dari sekolah dan membuatnya dipanggil oleh guru konseling keesokan harinya.

"-Oy, Jaem."

Sang pemilik nama segera mendongak, memandang sosok yang memanggilnya dengan penuh tanda tanya.

"Lo... beneran ngejar si preman, ya?" Mark bertanya dengan ragu. Nada bicara yang ia gunakan terkesan sangat berhati-hati.

Di lain sisi, Jaemin tertawa. "Memang lo kira selama ini gue cuma bercanda?"

"Tapi, ingat kata gue, ya!" Tiba-tiba saja Donghyuck berseru nyaring, tidak begitu peduli dengan pandangan teman-teman di dalam kelas yang kini tertuju kepadanya. "Kalau dia ngapa-ngapain lo, gue yang gorok!"

"Ih, sayang, aku 'kan juga mau."

"Nanti kamu jadi tameng aku aja kalau tau-tau Hyunjin keluar bawa golok pas aku lagi nyerang."

"Hyunjin punya golok?"

"Nggak tau. Waktu itu aku curi denger Seungmin pas dia nge-gossip di toilet bareng Daehwi. Katanya, ya-"

Percakapan sepasang kekasih tersebut kini menjadi semakin aneh dan tidak menarik untuk didengar sehingga Na Jaemin memutuskan untuk menoleh dan memandang dedaunan yang jatuh di pekarangan sekolah melalui jendela. Bukan maksudnya untuk menjadi melankolis karena tidak memiliki seorang kekasih, hanya saja ia sedang tidak ingin mendengarkan sepasang kekasih itu berbicara.

Jaemin sudah mengenal keduanya sejak lama sekali dan ia tahu benar jika mereka gemar mencari buah bibir terbaru dari para murid perempuan di dalam kelas.

Ketika kedua bola mata-nya tengah asyik memandangi daun-daun mahoni yang berjatuhan sembari menghitungnya, tiba-tiba saja ia menangkap sosok seorang pemuda berhidung bangir yang tidak lagi asing baginya sedang berjalan menuju tempat untuk memarkir motor yang letaknya tidak terlalu jauh dari air mancur di depan gedung utama. Memang-sering kali Jaemin melihat sang pujaan hati memarkir motor kesayangan-nya di sana jika hari terlihat begitu cerah. Jika ramalan cuaca berkata lain, maka Jeno lebih memilih untuk mengendarai mobilnya menuju sekolah.

Na Jaemin tentu saja mengetahui alasan di balik kebiasaan Jeno untuk mengendarai motor di hari yang cerah.

"Lo mau bolos, eh?"

Si hidung bangir menoleh, lagi-lagi mendapatkan seorang primadona tengah membuntutinya dengan senyum mengembang. Jeno yakin jika pemuda di hadapannya ini sedang tidak memiliki tugas untuk berpatroli dan hanya melihatnya dari kejauhan sehingga ia memutuskan untuk menghampirinya.

"Mau lo apa?" Jeno berdecak, sedikit tidak suka dengan kehadiran Na Jaemin di hadapannya. "Kenapa lo belakangan ini hobi banget buntutin gue?"

"Siapa yang buntutin lo? Orang gue cuman mau menjalankan tugas buat razia sepatu cokelat lo yang nggak sesuai aturan."

Wayward • Nomin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang