Chapter 5
Kihyung dan Yoonji berada di mobil sportnya sedangkan Jeni dan Wooseok berada tepat di belakangnya menggunakan motor besarnya wooseok.
“Apa paman Jung sudah pulang?” tanya Yoonji.
“Dia berjanji untuk pulang saat makan malam. Seharusnya sih sudah sampai rumah.” Jawab Kihyung.Yoonji mengangguk paham. Tapi ia merasakan hal yg aneh. Ia berpaling menatap Kihyung yg sedang fokus pada jalanan di depannya. Rasa anehnya bertambah saat yoonji melihat kerutan dalam di dahi Kihyung. Wajahnya terlihat agak pucat. Padahal saat mereka masih di café, Kihyung masih seceria biasanya dan masih selalu menggodanya. Akhirnya Yoonji tak bisa menahan kebingungannya,
“Kihyung ada apa?” tanya Yoonji.
“…” Tak ada jawaban.
“Kihyung!” panggil Yoonji lagi.
“…”
Kihyung masih tak menjawab. Yoonji mulai kesal dan hanya satu cara untuk mengembalikan fokus Kihyung.
“Kihyung-sayang.”“Hahhh???”
Tuhh kan. Apa Yoonji bilang. Kihyung langsung nyaut bahkan muka bodohnya kembali. Untungnya jalanan hari ini agak sepi hingga bisa terhindar dari kecelakaan (yg buat Yoonji bingung juga, sejak kapan jalanan Seoul sepi di jam 5 sore ini?).
“Apa kau bilang?” tanya Kihyung sambil tersenyum mengulum senang di bibirnya.
“Tidak ada siaran ulang!” Ketus Yoonji.
“Jadi, apa yg kau pikirkan?”
Kihyung kembali diam. Senyum yg ia kulum tadi seketika menghilang. Matanya kembali menatap jalanan yg sepi.
“Perasaanku tak enak.” Jawab Kihyung.
“Jalanan ini terlalu sepi. Tidak seperti biasanya.”
Yoonji mengangguk, ia juga merasakan hal yg sama. “Jadi kau tidak bisa melihat masa depan yg bakal terjadi?”
“Hmm,,” angguk Kihyung.Senyap menyapu kedalam mobil Kihyung. Ketegangan mulai muncul di antara mereka. Mobil sport itu melaju memasuki terowongan panjang yg hanya satu di daerah Seoul ini. Hanya jalan inilah satu2nya rute tercepat menuju rumahnya.
“KIHYUNG AWASS!!!!!!”
Yoonji memekik saat melihat empat pria sedang berdiri berjajar, mereka membawa sebuah kotak besar, seperti peti mati yg terlalu besar dengan pegangan panjang mencuat pada kedua ujungnya. Kotak itu ditutup dengan kain kafan hitam dan tampak cukup besar untuk menampung dua tubuh manusia. Keempat laki2 itu hanya menggunakan kilt (rok ala Mesir) dan sandal. Kulit mereka tampak aneh. Berwarna tembaga yg berkilauan di bawah terpaan cahaya lampu di dalam terowongan.
Kihyung menginjak pedal rem keras2. Mobil sportnya berhenti. Jarak kami dengan keempat pria itu sekitar 600 meter. Kami melirik Wooseok dan Jeni yg ikut berhenti di samping kami. Kihyung menurunkan kaca jendelanya.
“Siapa mereka?” tanya Jeni setengah berbisik.
“Aku tak tau.” Jawab Kihyung. “Yg pasti ini tak baik.”
“Putar balik?” Usul Yoonji.
“Tidak ada waktu. Firasatku bilang, mereka memiliki kecepatan di luar batas.” Jawab Kihyung.
“Jadi apa rencanamu?” tanya Wooseok.
“Turun dari kendaraan.” Ucap Kihyung.
“Apa itu sebuah rencana?” gumam Yoonji sambil membuka pintu mobil dan keluar. Begitu pula dengan Jeni dan Wooseok.Kami berjalan dan berkumpul di depan mobil Kihyung. Menatap para pria itu dalam diam sampai satu dari mereka melemparkan tatapan menyala berwarna hijau di matanya ke arah kami.
“Ini tidak baik.” Ucap Jeni.“LARI!!!” pekik Wooseok saat ia melihat mereka mulai bergerak cepat ke arahnya.
Mereka berbalik dan bersiap berlari. Tapi niat mereka gagal saat melihat orang yg tak asing berada di hadapannya.
“Sadie Kane?” ujar Kihyung.
“Masuk kedalam mobil! Biar kami bereskan masalah di sini!” ucap Sadie Kane lalu ia melangkah sambil mengeluarkan kotak kayu dan mengambil sebuah tongkat di dalamnya.
“Masuk kedalam mobil kami.”
Seorang lelaki tinggi berkulit gelap meminta kami untuk memasuki mobil SUV miliknya.
“Carter Kane?” tanya Kihyung.
“Senang bertemu denganmu Jung Kihyung.” Sapa Carter sambil tersenyum ramah.
“Masih ada masalah mendesak di sini Carter!!!” teriak sang adik pada Carter.
“Aku kesana!” balasnya.Kihyung dan teman2nya tak punya pilihan. Firasatnya berkata lagi bahwa ini adalah hal benar.
“Kihyung, kau yakin kita masuk kedalam mobil ini?” tanya Wooseok. “Bagaimana jika ini semua jebakan?”
“Bukan jebakan.”
Kami semua tersentak kaget saat kaca mobil itu turun dan menampakkan seorang wanita cantik berbaju totol2 macan tengah bersender santai di jok pengemudi.“Cepat naik dan kuantar kalian pulang.” Ucap wanita itu. “Carter dan Sadie akan memperlambat orang2 itu. Atau kalian lebih suka di jejalkan kedalam peti mati itu?”
Ucapan wanita itu membuat bulu kuduk Kihyung meremang. Ia tahu peti mati yg dimaksud. Itu adalah kotak besar yg orang2 itu bawa. Membayangkan untuk masuk kedalam peti itu saja tidak mau apalagi di jejalkan bersama teman2nya.
Memikirkan hal itu membuat Kihyung masuk kedalam mobil tanpa berfikir lagi. Teman2nya pun ikut masuk dengan bingung, heran, dan tegang secara bersamaan.
Mobil SUV hitam itu memutar balik dan menuju rute memutar ke rumah Kihyung. Di belakang mereka, cahaya biru bersinar terang. Tapi bukan hanya cahaya biru saja yg terlihat, melainkan cahaya jingga dan emas pun ikut menyinari terowongan ini. Seolah mereka sedang benar2 bertarung dengan kekuatan magis.“Jadi, siapa orang2 itu?” tanya Yoonji. “Ohh, mereka? Mereka itu Para Pembawa.” Jawab wanita itu dengan senyum yg ‘nakal’ di bibirnya seolah itu hanya lelucon.
“Mereka itu apa? Dan kotak apa yg mereka bawa?” kini giliran Jeni yg bertanya.
“Kalian ini! Sungguh tidak sopan bertanya2 disaat kalian tidak tau siapa yg kalian tanya.” Ucap wanita itu.
Yoonji menghela nafas malas seperti biasanya. “Jadi siapa nama anda?”
“Perkenalkan, namaku Bast.” Ucap wanita itu.
“Bast?” heran Kihyung lalu ia melempar tatapan ke arah wanita di depannya. “Kalung itu,, anda Bast, Dewi Kucing?”(Lambangnya yg di pegang di tangan yg terangkat)
“Hebat!! Kau sungguh pintar Kihyung!” puji wanita itu.
“Dewi Kucing?” beo Wooseok.
“Jangan terkejut begitu. Kalian akan mulai tahu pada waktunya nanti.” Ucap Bast.
“Oke, Bast.” Interupsi Yoonji. “Jadi, bisa anda jawab pertanyaanku tadi?”
“Ohh,, tentu.” Jawab Bast. “Mereka ini makhluk yg di panggil dari Duat.”
“Duat?” potong Jeni.
“Ya, umm istilah modernnya itu Akhirat.” Jawab Bast. “Seseorang memanggilnya dan setelah mereka di panggil, mereka tak akan berhenti sampai menemukan korban mereka, lalu melemparkannya ke sedan—“
“Sedan apa?” sela Yoonji.
“Kotak besar itu,” kata Bast. “Itu adalah semacam wadah. Para Pembawa menangkapmu, memukulimu tanpa ampun, melemparkanmu ke sedan, dan membawamu kembali ke tuan mereka. Mereka tak pernah kehilangan mangsa, dan mereka tak pernah menyerah.”
“Tapi untuk apa mereka menginginkan kami?” tanya Kihyung.
“Percayalah,” Bast menggeram. “Kalian tidak ingin tahu. Dan berharap saja Carter dan Sadie berhasil mengecoh mereka atau bahkan mengirim mereka kembali ke duat.”
“Kita sudah sampai.” Bast mengumumkan.
“Kalian tahu nama kami, bahkan kalian tahu di mana aku tinggal. Kalian menyelidiki kami sebegitunya.” Gumam Kihyung sambil membuka pintu dan keluar.
“Menyelidiki kalian itu gampang.” Balas Bast. “Kalian masih satu keturunan dengan kami. Hanya saja kalian sudah memiliki darah campuran yg kental.”
“Kepalaku mulai pusing.” Keluh Kihyung.
“Anda ikut masuk?” tanya Yoonji.
“Tentu. Aku harus menjelaskan sesuatu yg penting pada kalian semua. Mengenai tujuan kami datang ke hadapan kalian.”
Bast tersenyum lalu masuk ke halaman rumah besar keluarga bermarga Jung ini. Wanita ini benar2 seenaknya. Yahh,, namanya juga Dewi Kucing, jadi, kelakuannya memang mirip dengan kucing.TBC.
Hai guysss..
Sugar kembaliii..Ada yg kangen???
Next??
Like dulu ya..Bye bye
KAMU SEDANG MEMBACA
Moorim School : The Truth Of Everything
FanfictionIni lanjutan dari cerita Sugar yg pertama 'Moorim School (Vkook)' - "Apa?!!! Kihyung pergi ke lereng bukit?!!" kaget jungkook. "Anak ini, apa yg dia lakukan?!" Kesal Taehyung. - "Yoonji ku sayang,, apa kau tidak penasaran dengan asal usul batu2 itu...