Chapter 13

149 27 2
                                    

Harap vote sebelum membaca!!
Sekarang ini wattpad di buka secara online!!

Tolong hargai author yang menulis ceritanya..
😢😢😢

Happy Reading

Chapter 13

"Kau tau dimana letaknya?" Jeni terkejut ketika Kihyung mengatakan bahwa pemuda itu tau letak batu2 yang sudah di temukan.
Kihyung menceritakan rencana B yang di buatnya dengan Yoonji.
"Yoonji membaca isi kepala ayahmu, dan ayahmu bilang maksudku mengingat bahwa tempatnya berada di perut bumi dengan pintu di ruang direktur sekolah SOPA." jelas Kihyung.
"Astagaa, kami selalu di sana dan tidak tahu kalau panel itu berada di sekitar ruangan??" kaget Wooseok.
"Sangat dekat," setuju Jeni.
"Kapan kita pergi?" tanya Yoonji.
"Semangat sekali kau Yoonji!!" ujar Jeni.
"Bukan begitu, ingat tenggat waktunya?? Dan aku sudah bosan berada di sini. Aku rindu sekolah." jawab Yoongi.
"Hahh,, aku juga." Wooseok menghela nafasnya.
"Besok pagi-pagi sekali kita berangkat." putus Kihyung.
"Serius Kihyung?? Secepat itu??" kaget Jeni.
"Kita harus mengirim pesan pada Carter dan Sadie." ucap Kihyung. "Mana papirusnya, Jeni?"
Jeni memberikan papirus dan alat tulis yang di beri Carter dan Sadie pada Kihyung. Pemuda itu mulai menulis rencana mereka.

"Bagaimana cara mengirimkannya?" tanya Wooseok.
"Carter bilang kita harus menggambar lambang Horus dan Isis dan nama lengkap mereka." Jawab Yoonji.
"Apa Bast termasuk?" tanya Jeni.
"Tidak, dia Dewi Kucing. Bukan penyihir." jawab Kihyung.
Kihyung selesai menulis dan tiba-tiba saja kertas papirus itu hangus seperti di bakar dan menghilang seketika.
"Woww,, seperti film harry potter." kagum Wooseok.
"Aku setuju," ujar Yoonji.

"Kita punya tiga lembar, sisanya kita bawa dalam perjalanan, beserta buku tebalnya." ucap Kihyung.
"Benar, apa isi buku itu?" tanya Wooseok.
"Aku sudah membaca lembar pertamanya, hanya berisi tentang dewa dewi masa keemasan. Di pimpin Amun Ra." jawab Jeni.
"Dewa Ra, si Dewa Matahari." ujar Kihyung.
"Ada nama Bast juga. Jadi dia sudah hidup selama itu ya??" tanya Jeni.
"Kurasa begitu," Kihyung mengambil buku itu dan membacanya. "Amun Ra dan Bast sangat dekat. Bast merupakan hewan kesayangannya walaupun ada Hathor, si Dewi Singa."
"Ahhh, membosankan." gumam Yoonji. "Kau baca saja sendiri, Kihyung. Aku tak mau mendengarnya."

Kihyung mengangkat bahunya lalu menutup buku dan berdiri. "Kita bertemu di halaman belakang jam 4 subuh. Jangan membuat kebisingan atau kita gagal pergi."
Kihyung pergi dengan menenteng buku tebal itu.
"Kau mau kemana??!!" teriak Yoonji.
"Membaca buku ini di perpustakaan!!!" balas Kihyung.

"Kau mau menyusul si gila Kihyung itu?" tanya Jeni.
Yoonji mengangkat bahu tidak peduli, "kurasa aku pernah bilang kalau perpustakaan itu membosankan." Yoonji berdiri dan pergi meninggalkan Jeni dan Wooseok.
"Hahh,, Yoonji tetaplah Yoonji," gumam Jeni.
"Menurutmu rencana ini bagus?" tanya Wooseok.
"Kau bodoh??" maki Jeni. "Jelas2 ini rencana bunuh diri!! Tapi anehnya kenapa aku mau2 saja membantu mereka??"
"Sama, aku takut sepulang dari misi bunuh diri ini aku bakal di bunuh ibuku." miris Wooseok.
"Ohh, kawan. Lebih baik langsung di bunuh dari pada di cerca sampai mati." Ucap Jeni lalu pergi menyusul Yoonji.

-

Jam 4 pagi,

"Mana Kihyung?" Tanya Wooseok.
"Anak sialan itu punya jam karet! Sudah lewat 15 menit!" Gerutu Yoonji.
"Kau tidak bersamanya, Yoonji?" Tanya Jeni.
"Kenapa pula aku harus bersamanya?"
"Akhir2 ini kau selalu menempel pada Kihyung." Ucap Jeni.
"Kihyung menempel padaku?" Beo Yoonji. "Apa tidak terbalik?"
"Benar juga," gumam Jeni.

Suara seseorang berjalan di lantai kayu terdengar di koridor tempat mereka berkumpul. Mereka terkesiap menunggu datangnya cercaan. Namun, yang muncul adalah Kihyung yg tergopoh2 membawa tas punggungnya. Tas itu terlihat berat dan penuh.
"Maafkan aku," ujar Kihyung.
"Kemana saja kau bodoh!" Kesal Jeni.
"Maaf, semalam aku di ajak ngobrol eomma sampai larut malam. Aku jadi kesiangan." Kihyung memasang wajah memelasnya.
"Sudahlah, kita tak punya waktu banyak lagi 'kan? Kau sudah membuang2 waktu 18 menit, Kihyung." Ucap Yoonji sambil menatap tajam pemuda tampan itu.

Yoonji mendahului mereka dan berjalan menuju hutan dengan kaki di hentak2 kecil. Kihyung yg melihat itu langsung mengejarnya dengan ucapan2 permohonan maaf yg tidak perlu di dengarkan.

Mereka sampai di SOPA tepat jam 5 tanpa adanya hambatan dan langsung masuk ke ruang direktur.
"Dimana panelnya?" Tanya Wooseok.
"Aku tidak tahu, cari sajalah." Jawab Kihyung.
Mereka menelusuri setiap jengkal ruangan, tapi tidak ada apa2 selain buku2 berjajar rapi.
Tiba2 suara pintu bergeser membuat mereka terkejut bukan main.
"Ayah!!!"

Pria dewa itu membuka pintu sambil berkacak pinggang. Jung Taehyung. Pria itu menyusul anaknya ketika harimau kesayangannya memberitahu bahwa dia melihat Kihyung pergi meninggalkan Moorim.
"Berani sekali kalian meninggalkan Moorim setelah kejadian kemarin." Ujarnya.
"Ayah, kami tidak bermaksud meninggalkan Moorim begitu saja. Kami sudah berusaha memberitahu ayah dan kakek mengenai hal ini, tapi kalian tidak mau mendengarkan." Jelas Kihyung.
"Bukannya tidak mauendengarkan, Kihyung." Elak Taehyung.
"Aku paham dengan kekhawatiranmu, ayah. Tapi kita juga harus bergerak. Kita tidak bisa diam saja sementara mereka mencari sisa potongan batunya."
"Dan kau akan menyerahkannya begitu saja pada Kane bersaudara?"
"Jika itu diharuskan untuk menyelamatkan dunia, umat manusia."
"Kihyung, ini tugas yg berat. Tidak sepatutnya-"
"Anak 15 tahun melakukannya?" Potong Yoonji. "Carter dan Sadie sudah memberi pesan pada kami karena kalian tidak mau mendengarkan mereka." Lanjutnya.
"Dengar, kami bukannya tidak percaya mereka. Tapi mereka menuntut kekuatan batu itu."
"Ayah," teriak Kihyung. "Batu itu milik mereka! Tidakkah ayah pernah berfikir mengenai sumber dari kekuatan ini?"
Kihyung berjalan mendekati ayahnya. "Kekuatan ini bersumber dari para Dewa, ayah! Aku sudah bertemu Horus. Aku sudah bertemu dengan mereka yg menginginkan batu2 ini dengan maksud jahatnya. Itulah kenapa kami berada di sini. Jika ayah kemari hanya ingin mencegah kami, itu sudah terlambat. Kami akan tetap melanjutkan perjalanan seperti janji kami pada Kane bersaudara." Jelas Kihyung.
"Kau, apa?"

"Papa Taehyung, tolong dengarkan kami sekali ini saja." Mohon Wooseok.
"Aku tidak akan-"
Gedung sekolah berguncang seperti ada yg mendobrak tiap dindingnya. Bukan hanya Kihyung dan teman2nya yg terkejut, tapi Jung Taehyung juga.
Suara desisan terdengar di tempat yg jauh. Mereka mulai gugup dan waswas.
"Kalian tau ada apa di luar sana?" Tanya Taehyung.
Mereka menggeleng, "tidak tahu, yg jelas itu bukan manusia." Jawab Kihyung.

"Ayo! Kalian harus pergi dari sini!"
"Tapi ayah! Kami harus menemukan pintunya!"
"Percuma, Kihyung! Pintunya sudah di pindahkan! Tidak di sini lagi!"
"Apa?"
"Kakekmu sudah memindahkannya. Tapi aku tahu dimana letaknya." Taehyung menjeda ucapannya dengan melihat Kihyung dan teman2nya satu per satu. "Akan kutunjukkan pada kalian."
Senyuman Kihyung mengembang. "Ayah tidak bercanda 'kan?"
"Apa kau lihat aku sedang bercanda, nak?"
"Dia tidak bercanda, Kihyung." Bisik Yoonji.
"Sekarang kalian siap untuk keluar dari sini?"
Mereka mengangguk dan mengikuti Taehyung dari belakang untuk keluar dari gedung sekolah yg dipenuhi dengan desisan menyeramkan.

Kami hampir mencapai lorong depan sebelum bayangan hitam memenuhi bingkai pintunya.
"Kalajengking," gumam Jeni dengan gugup.
"Dan sangat banyak," tambah Wooseok penuh kengerian.
Ribuan kalajengking itu mengumpul dan membentuk siluet hitam setinggi lorong. Mata Kihyung memelotot, "itu Scarlett, dewi kalajengking."
"Apa itu buruk?" Gugup Yoonji yg jarang sekali terjadi.
"Kurasa, kita-"

Tbc.

Hai hai!!
Rindu?
Masih menunggu?

Serius masih nunggu?

Comment dan like jangan lupa..

See u..

Moorim School : The Truth Of EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang