Chapter 9

284 34 3
                                    

Hayo!!!!
Budayakan like sebelum membaca..
Semoga kalian sehat selalu..

Amiinn

Happr Reading!!!

Chapter 9

Kihyung terbangun dan melihat Yoonji sudah tidak ada di sampingnya. Di nakas di sampingnya ada roti dan segelas susu dengan kertas tempel di gelasnya. Pemuda itu mencabutnya, itu pesan Yoonji.

'Kami menunggumu. Cepatlah bangun!!'

Kihyung yg selesai membaca hanya mengangkat bahu acuh karena begitulah sifat Yoonji. Namja cantik itu memang selalu ketus pada orang bahkan teman2 semasa kecilnya termasuk dia.
Kihyung mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Setelah selesai, pemuda itu menyambar roti dan meneguk susu dengan cepat. Lalu ia pergi ke tempat nongkrongnya yaitu sungai di belakang Moorim yg sekarang sudah ada tempat duduk untuk bersantai. Sama sepertu orangtuanya, Kihyung juga mempunyai kenangan indah di sungai ini. Selain bermain bersama orangtuanya, ini adalah tempat dimana ia pernah membuat Yoonji tersenyum karena kekonyolannya.

Kihyung menerobos ke dalam hutan dan segera ia dapat mendengar ocehan dari teman2nya.
"Nahh, setelah lama menunggu akhirnya dia bangun juga." ujar Jeni.
"Ada apa? Kenapa memanggil kami?" tanya Wooseok. "Bahkan Yoonji gak tau. Biasanyakan kau memberi tau Yoonji pertama." lanjutnya.
"Karena tadi aku benar2 mengantuk. Terjasa semalaman ternyata gak enak." ujarnya.
"Langsung pada intinya saja." ucap Yoonji.
"

Oke," Kihyung duduk di hadapan mereka. "Aku bertemu Horus, maksudku Carter."
"Mimpimu atau tadi subuh?" tanya Yoonji.
"Keduanya."

Jeni bertukar pandang dengan Wooseok merasa heran. Otak mereka yg sama2 cerdas selalu cepat memproses keadaan.
"Tunggu sebentar," ucap Wooseok. "Ada yg aneh di sini. Bagaimana Yoonji bisa tau keberadaan Kihyung?"
Kihyung melihat wajah Yoonji yg merah padam. Ia bisa lihat dengan jelas bahwa namja cantik itu tengah gugup dan salah tingkah.
"Ohhh,, itu karena kita-"
"Tutup mulut!"
"Tuhh kan, ada yg aneh." tambah Jeni.

"Bisa kita lanjutkan saja?" pinta Yoonji.
Jeni dan Wooseok masih menatap menyelidik pada mereka. Dan hanya Yoonji yg salah tingkah, sedangkan Kihyung tersenyum konyol seperti biasa.
"Baiklah, lanjutkan Kihyung." ucap Jeni.
"Oke," ujarnya. "Jadi, Horus masuk ke mimpiku dan memperingati tentang batu2 itu."
"Batu? Batu sumber kekuatan kita itu?" tanya Jeni.
Kihyung mengangguk.
"Tunggu sebentar, Horus yg kau bicarakan ini bukan Dewa Mesir itu kan?" tanya Wooseok.
"Itu memang dia." santai Kihyung. "Intinya, maksud Carter dan yg lainnya datang kemari itu untuk menemukan batu2 itu. Tapi Harabeoji tidak mengizinkan. Mereka takut kekuatan kita ikut menghilang ketika batu itu tidak ada lagi. Tapi, aku memiliki firasat bahwa alasan yg di katakan Carter pada para pengurus Moorim adalah benar." jelasnya.
"Kau tau alasannya?" tanya Yoonji.
"Untuk menyelamatkan rumahnya bahkan dunia. Aku melihat api merah darah melahap bukit. Aku tidak tau pertanda apa itu. Yg pasti itu tidak baik." jawab Kihyung.

"Aku sempat mendengar Carter bicara sewaktu berjalan kemari." Ucap Wooseok.
Kihyung dan yg lain menatap pemuda itu penasaran.
"Dia mengatakan hal yg sama. Hal mengenai Nome 1 yg mulai melemah. Aku gak tau apa maksudnya itu. Tapi, ia berkata bahwa tidak ada harapan berada di sini. Apa itu artinya sekolah ini bakal hancur?" jelas Wooseok.
"Nome?" Kihyung berusaha untuk memutar otak. "Itulah tempat tinggal mereka. Aku pernah membaca mengenai hal ini. Dari sepenjuru dunia terdapat Nome atau rumah kehidupan. Iti rumah bagi para penyihir."
"Jadi maksudmu, Carter dan Sadie itu penyihir?" tanya Yoonji.
"Kurasa begitu." gumam Kihyung.
"Tidakkah terlihat jelas? Mereka mengalahkan orang2 aneh pembawa peti itu dan mereka kembali dengan baik2 saja seolah itu hanya masalah kecil. Lalu Sadie berubah menjadi hologram berbentuk ayam putih sebelum masuk portal." ucap Jeni.
"Dia bahkan berubah menjadi burung betulan." tambah Wooseok.
"Itu karena dia adalah Isis." ujar Kihyung.
"Hah?? Siapa?" beo Jeni.
"Isis, Dewi sihir. Lambangnya memang seekor burung elang putih yg anggun. Aku baru teringat mengenai lambang di kalungnya." jelas Kihyung.

Moorim School : The Truth Of EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang