Rumah Guru

32 1 0
                                    

Pito datang kearah Rambu dan naga hitam

"Wah... kau sudah selesai dengan rumah itu?"

Aku benci mengatakan ini

"Sebenarnya bukan aku yang menyelesaikannya, dia yang melakukannya" aku menunjuk naga yang berbaring sok imut di sampingku

"Kau?? Sobat kecil" Pito mengelus sayapnya

"Oh iya ini sudah larut malam, kau mau pulang?" Pito bertanya padaku

"Aku mau pulang, sayangnya rumahku berada di dimensi lain"

"Haha benar juga" dia tertawa dan memukul bahuku

"Baiklah, kau bisa tinggal di rumahku"

"Rumahmu?" Tanyaku memastikan

"Eee... sebenarnya rumah guruku sih haha"

aku bermaksud bertanya dimana rumahnya, tapi kenapa dia malah  memberitahu kepemilikan rumahnya

"Baiklah aku akan menumpang dirumahmu, tolong" aku menundukan kepala

Naga disampingku berdiri dan ikut menunduk

"Heeeh sudah-sudah, kalian seperti memujaku, hentikan!" dia menyuruhku berhenti menunduk

"Ya sudah, ayo!" Dia berjalan ke arah naganya mengajakku pergi

...

Kami mendaratkan naga didepan sebuah rumah

"Yah... ini lah rumah guruku" dia menunjuk rumah gelap ditengah hutan ini

"Bagus juga, tapi kenapa rumah ini gelap sekali?"

"Karena rumah ini sedang kosong, dari pagi tadi tidak ada orang dirumah" dia berjalan kearah pintu

"Gurumu?" Aku penasaran dimana gurunya, jangan bilang gurunya sudah tiada dan tiba - tiba suasana menjadi dark

"Dia sedang berpatroli, dia ikut kita mengejar Tentara Naga tadi" jawab Pito sambil membuka kunci

(*ckrek) dia membuka pintu rumah

"Wah kuharap aku bisa bertemu dengannya" aku melangkah masuk ke rumah

"Yaah kurasa kau memang harus bertemu dengannya, karena potensi sihirmu"

Berdecit lantai kayu yang kuinjak

(*ctek) Pito menghidupkan lampu berwarna pijar diruang tamu

Aku merasakan hal aneh

"Ini lah rumah guruku, bagaimana menurutmu?" Pito berbalik dan bertanya kepadaku

"Entahlah, aku merasa nyaman.. seperti dirumah"

Warna pijar lampu ruang tengah memantul pada lantai kayu coklat

Bau khas dari rumah itu terasa menenangkan

*hhhhmmm haaaaaa

Beberapa kali aku menarik nafas panjang

"Hei! Kau sepertinya sangat suka berada di sini. ini cuma rumah jangan seperti sedang ada di tempat spa!" Dia tertawa kecil

"Haha iya, entah kenapa sangat nyaman setelah kejadian tadi"

"Aku akan menyegarkan tubuhku duluan" Pito masuk salah satu kamar

Aku melihat sekeliling, aku hanya menemukan dua kamar tidur

Perasaanku tidak enak, aku harap aku tidak tidur dengannya

"Kau masih berdiri disitu? Masuk dan taruh barang-barangmu!" Pito keluar dari salah satu kamar dan menyuruhku masuk kesana.

"A- aku? disana?" Aku menunjuk kamar yang baru saja ditanggalkan Pito.

"Ya, kita berdua akan satu kamar. Aku harap kau tidak apa-apa" katanya sambil pergi kebelakang membawa handuk.

Aku sudah menduganya, aku tidak pernah tidur dengan orang lain diusia ini. Tapi lihatlah sekarang, aku tidur dengan pria berotot dirumah orang asing. Ya setidaknya dia mandi.

Aku yang benar - benar letih dengan segala hal mengejutkan hari ini langsung berbaring dikasur putih besar ditengah kamar, mungkin ini punya Pito.

Tidak lama suara percikan air di ruang belakang yang sedari tadi berupaya tidak aku dengar pelan - pelan berhenti.

Aku cukup terkejut, dia mandi tidak terlalu lama. Mungkin didunia ini tidak ada budaya 'merenungi kehidupan didepan bak mandi'.

Bila kutebak, mungkin hanya empat menit duapuluh tiga detik ia dikamar mandi.

"Apa di dunia mu orang - orang juga membasahi tubuhnya agar merasa lebih segar?" Tanya Pito dengan lugunya sambil masuk kekamar ini

"Iya kami menyebutnya dengan 'mandi'- hei apa yang ingin kau lakukan?!" Aku setengah berteriak pada Pito yang sedang menghadap lemari sambil meraih handuk biru yang menutupi bagian bawah tubuhnya.

Dia yg terkejut lalu menjawab "Aku ingin mengenakan pakaian, memangnya kenapa?" Tanya Pito kebingungan

"Kau akan melepaskan handuk itu lalu memperlihatkan Kevinmu padaku? Tidak terima kasih" aku bangkit dari kasur dan keluar kamar, lalu menutup pintu.

Dari balik pintu terdengar gumam Pito "siapa Kevin?".

Mentalku sudah cukup goyah dengan perpindahan dunia yang tidak jelas ini, jangan menambah trauma yang tidak perlu.

Tidak lama duduk diruang tengah ada suara pria dengan nada berat yang terdengar dari dalam kepalaku.

"Kita akan mengadakan pertemuan" seketika itu juga suara dentingan baju zirah dari dalam kamar Pito terdengar.

Pintu kamar terbuka dengan buru - buru, lalu Pito menatapku seolah bertanya 'apa kau juga mendengarnya?' Aku yang masih bingung hanya mengagguk pelan.

Aku dan Pito lalu meninggalkan rumah dengan mengenakan semua peralatan yang dibutuhkan seperti baju zirah dan membawa pedang lalu menaiki Naga - naga kami masing - masing lalu terbang ke arah Utara. Aku sendiripun tidak diberitahu apa - apa, namun raut wajah Pito yang tegang menjelaskan bahwa sekarang bukan waktu yang tepat untuk bertanya.

Kami melaju beriringan, pito didepan dan aku mengikuti dari belakang dengan kecepatan yang luar biasa. Mungkin kalau naik motor Supra stangnya sudah bergetar - getar.

Setelah perjalanan yang cukup panjang kami melihat perkotaan dibalik awan langit malam, kota yang juga terbakar namun tidak separah yang kita lihat di Pantai tadi.

Aku dan Pito akhirnya berhenti diatap sebuah kastil ditengah kota, tak lama ada seorang pria berkacamata berteriak "KALIAN!"

- siapa dia? Siapa yg "memanggil"? Kemana Pito dan Rambu pergi? Baca di Bab berikutnya -

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nothing Hero In My EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang