17. Terbiasa Dengan Rasa Sakit

627 102 113
                                    

“Tuan Muda, ayo pulang sekarang.”

“Berhenti di situ! Jangan pernah berani untuk menyentuhku!”

“Tapi ini adalah perintah langsung dari Tuan.”

“Aku tidak peduli!”




Daniel memandang keempat pengawal Appa-nya dengan tatapan tajam, sementara anak basecamp yang mendengar kericuhan tersebut langsung keluar dan memberikan ekspresi bingung dengan situasi tersebut.





“Maaf Tuan Muda, tetapi kami harus segera membawa Tuan Muda untuk pulang.”



Keempat pengawal tersebut langsung berusaha membawa paksa Daniel. Teman-teman Daniel jelas tak membiarkan hal itu. Bak de javu, aksi saling tarik dan dorong kembali terjadi untuk tetap mempertahankan Daniel bersama dengan mereka.



Tap tap tap




Mereka terdiam. Semua mata langsung tertuju ke arah suara derap langkah kaki seseorang itu. Di sana, ada pria dengan setelan jas yang sangat rapi dan terlihat berkelas. Dengan jam tangan mewah yang bertengger di pergelangan tangan kanannya. Tunggu dulu, wajahnya sangat mirip dengan...



“Ap-Appa?”

“Daniel, pulang sekarang.”

“Tunggu Appa, aku tidak ingin pulang. Aku ingin di sini bersama dengan mereka.”

“Masa depan mu akan hancur jika tetap bersama dengan mereka. Kalian berempat, cepat bawa Daniel masuk ke dalam mobil!”

“Baik Tuan.”

“Paman, tolong jangan seperti ini. Kami mohon...” Ucap Kwangmin penuh permohonan.

“Kau tidak ada hak untuk memerintahku.” Tegasnya.

“Appa aku mohon, biarkan aku tinggal di sini. Aku ingin menunggunya untuk kembali. Aku mohon Appa.”




Seberapa keras pun Daniel memohon, ayahnya akan tetap menutup telinga dan mengeraskan hatinya. Anak-anak basecamp pun tak bisa berbuat banyak. Mereka tentu tetap ingin menahan Daniel tetapi seperti ucapan Sangwoo, mereka tak memiliki hak untuk itu.




“Appa, setidaknya biarkan aku memberikan salam perpisahan kepada mereka.”




Sangwoo terlihat berpikir sejenak. Setelahnya ia memberi kode kepada 4 pengawalnya untuk melepaskan tangan Daniel. Daniel tersenyum, lebih tepatnya tersenyum miris. Ia berjalan mendekati saudara-saudaranya.




“Hyung, terima kasih telah menjagaku selama ini. Terima kasih karena telah memberikan banyak pelajaran kepadaku. Dan untuk kalian semua, terima kasih. Terima kasih atas semua yang kalian lakukan padaku. Aku tidak akan melupakan kalian. Kalian bukan lagi sekedar teman ataupun sahabat, tetapi kalian adalah saudara ku.

Maaf aku belum bisa memberikan apa pun kepada kalian. Di masa depan saat kita bertemu lagi, aku berharap untuk bisa membalas semua perbuatan baik kalian. Sekali lagi terima kasih dan... selamat tinggal.”




Daniel berbalik, menyeka air matanya yang tak bisa lagi ia bendung. Membuat Sangwoo sedikit terkejut karena baru kali ini ia melihat anak tunggalnya menangis. Sekali pun ia menghukum atau bahkan memukulnya, tak pernah sekali pun Daniel menangis.

Tapi sekali lagi, ia mengeraskan hatinya lalu berjalan menjauh dari sana, diikuti oleh keempat pengawalnya yang memegang kedua tangan Daniel. Seperti menangkap seorang pelaku kriminal. Sekali lagi Daniel menoleh ke arah saudara-saudaranya, melihat mereka untuk yang terakhir kalinya.

Loser - Ongniel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang