30. Terima Kasih

512 78 54
                                    

Sejak setengah jam yang lalu, sebenarnya Seongwoo sudah terbangun. Matahari di luar sana juga sudah berada pada posisinya. Siap untuk melakukan pekerjaannya untuk menyinari bumi. Ditambah lagi dengan angin pagi yang sepoi, bukankah hari ini adalah hari yang cukup cerah untuk beraktivitas?

Sebenarnya Seongwoo juga merasakan hal itu, tapi entah kenapa ia tak ingin melakukan apapun selain berbaring di kamarnya, bahkan dengan tirai jendela yang belum tersingkap. Sejak perpisahan yang ia alami kemarin, Seongwoo jadi kehilangan semangatnya.

Beruntung hari ini Hoshi ada kelas pagi dan Daniel juga sibuk dengan pekerjaannya di kantor jadi tidak ada yang tahu jika ia sedang mengunci diri di kamar sambil bersedih.

Kedua mata itu melirik ke atas pintu masuk, tepatnya pada jam dinding. Sudah jam 09.33. Kemudian ia membuka kunci ponsel pintarnya dan seketika itu muncul pengingat tentang deadline bab baru dari novelnya yang nanti sore harus segera ia kirimkan kepada sang editor.

Dengan berat hati Seongwoo bangun dari tempat tidurnya yang empuk. Menuju kamar mandi untuk mandi dan setelahnya mengganti piyamanya dengan baju rumahnya. Tak lupa setelah mandi ia merapikan tempat tidur, membuka jendela dan menyapu ruang kamarnya. Barulah setelah itu ia turun ke bawah untuk sarapan.

"Selamat pagi tuan muda."

"Pagi bi... Hoshi berangkat jam berapa?"

"Tadi tuan muda Hoshi berangkat sekitar jam 7, katanya ada kelas pagi." Seongwoo mengangguk sebagai jawaban.


Tak ada yang bisa ia lakukan selain menikmati semangkuk cereal dan susu hangatnya sambil menonton acara televisi kesukaannya. Sesekali terdengar helaan napas keluar dari mulutnya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, ada sebuah panggilan masuk.

'DamNiel Hyung'

Melihat nama itu, Seongwoo langsung menerimanya.

"Sayang? Kau sudah bangun?"

"Mana mungkin aku menjawab telepon hyung kalau aku masih tidur."

Di seberang sana, terdengar suara tawa dari Daniel, "Haha benar juga. Ngomong-ngomong apa yang kau lakukan? Apa kau sedang sibuk? Kau bahkan tidak menjawab pesanku."

Mendengar itu, Seongwoo langsung membuka salah satu aplikasi obrolan online dan memang benar Daniel mengiriminya pesan. Tak hanya satu, tapi ada sepuluh pesan.

"Maaf hyung, aku agak sibuk pagi ini." Ujarnya berbohong.

"Oh ya? Apa sekarang menikmati cereal sambil menonton disebut sebagai kesibukan?"

Secepat kilat Seongwoo membalikkan tubuhnya dan melihat Daniel sudah berdiri dengan sempurna di ambang pintu dapur. Aish Seongwoo jadi merasa bodoh. Bagaimana bisa dirinya sampai tak menyadari kehadiran Daniel? Ketahuan berbohong pula.

"Good hmm-" Daniel melirik arloji yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya, "-morning." Lanjutnya lalu mengecup kening Seongwoo.

"Pagi juga... hyung." Seongwoo balik menyapanya sambil menunduk. Ia malu karena sudah ketahuan berbohong dengan kekasihnya itu.

"Hey what's wrong?"

"Maaf karena aku sudah berbohong pada hyung."

"Bukan, aku tidak bertanya tentang itu. Aku bertanya tentang keadaanmu. Kau tidak pernah berbohong padaku sebelumnya dan mata lelah itu, bukan seperti karena kau kelelahan karena bekerja. Apa ada sesuatu yang terjadi padamu?"

'Ada'

"Tidak ada, aku baik-baik saja."

"Baiklah. Ah omong-omong, hari ini temani aku ke kantor ya?"

Loser - Ongniel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang