22. Gardenia Putih

643 99 246
                                    

“Ada yang bisa saya bantu?”

“Uhm selamat siang, apa benar ini rumahnya Ong Seongwoo?”

“Ah iya benar. Ada yang bisa saya bantu Tuan?”

“Begini saya ingin bertemu dengan Seongwoo, bisa?”

“Bisa Tuan. Masuk dan duduk lah dulu.”


Jantung Daniel semakin berdebar kencang sama memasuki rumah mewah nan klasik itu. Membayangkan dirinya dan Seongwoo kini berada di satu atap yang sama membuat perasaannya membuncah. Kembali ia netralkan debaran itu.

Sang asisten rumah tangga yang tadi membukakan pintu kini pamit ke belakang. Berniat untuk membuatkan minuman untuk Daniel sekaligus memanggil Seongwoo yang katanya sedang berada di kamarnya.

Sembari menunggu, Daniel iseng melihat sekeliling rumah itu. Banyak foto masa kecil Seongwoo dan seorang lelaki yang lebih muda, yang ia yakini sebagai Hoshi, adik Seongwoo.

Ia menyandarkan tubuhnya pada sofa. Dirinya sudah benar-benar panas dingin membayangkan sebentar lagi ia akan bertemu dengan lelaki kesayangannya.


“Bibi, bisakah aku meminta segelas susu coklat lagi?”


Secepat kilat lelaki dengan bahu lebar itu membalikkan tubuhnya. Di depan sana, ada seseorang yang begitu ia rindukan. Sosok yang selama ini sering berkunjung ke dalam mimpi-mimpinya. Sosok yang menjadi pacuannya untuk menjadi seorang yang lebih baik.

Dia Ong Seongwoo, pria yang masih berhasil mencuri hati Daniel hingga detik ini.

Seongwoo belum sadar akan situasi itu. Dirinya yang hanya menggunakan setelan pakaian rumah menuruni tangga sembari mengusak matanya. Entah mengapa hari ini ia merasa sangat mengantuk.

Ia baru saja makan siang di kamarnya dan sekarang ia merasa sangat mengantuk. Ingat kebiasaannya bukan? Harus minum susu coklat dulu baru bisa tidur.


“Bibi?”

“Hai.”


Tubuh Seongwoo mematung. Dia… tidak salah dengar kan? Suara itu. Benar-benar mirip dengan suara seseorang yang ia rindukan. Seongwoo belum tertidur tapi mengapa sudah bermimpi? Bermimpi mendengar suara Daniel pula. Astaga Ong Seongwoo kendalikan dirimu, ucapnya dalam hati.


“Sepertinya kau memang sudah sangat mengantuk Ongie.” Gumamnya pada diri sendiri sembari menepuk kecil kedua pipinya.

“Kau tidak berubah ya.”


Dan akhirnya, kedua pandangan itu bertemu. Seongwoo bahkan sampai mengerjapkan matanya berkali-kali. Berusaha mencerna situasi di sekitarnya saat ini. Di hadapannya, ada Daniel yang sedang berdiri.

Ingin sekali ia menampar dirinya sendiri. Ini pasti hanya khayalannya semata. Tapi mengapa rasanya begitu nyata?


“Ongie-ya…”

“Ni-Niel Hyung?”

“Iya, ini aku.”




***



Seongwoo tak tahu apa yang sekarang ia rasakan. Terkejut dan tak percaya. Tapi yang pasti, rasa bahagialah yang kini mendominasi hatinya.

Dirinya dan Daniel kini duduk di ruang tengah kediaman Seongwoo. Ada sedikit jarak dan rasa canggung yang menjadi pembatas di antara mereka.

Seongwoo yang tak tahu harus mengatakan apa dan Daniel yang tak putus-putusnya memandang wajah Seongwoo.


“Hyung apa… kabar?” Akhirnya sebuah kalimat terucap dari bibir tipis itu.

Loser - Ongniel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang