(1) Masalah besar

264 57 6
                                    

Bugh! Bugh!

Pukulan serta tendangan kembali menghantam tubuh lelaki berambut pirang itu.

Dengan geram di tarik kerah lelaki itu, membuat tubuhnya bergetar.

"Jangan pernah lu muncul di hadapan gue lagi, jijik gue liat lu." Ucap Arka dan kembali melayangkan pukulannya.

"Udah lepasin aja sih, kasian. Males ketemu pak Beni lagi gue." Ucap lelaki yang tengah duduk di atas meja kayu.

Dengan santai Naufal menyalakan rokok yang sudah bertengger manis di kedua jarinya. Tanpa memperdulikan teman nya yang sedang memukuli habis-habisan teman sefakultasnya itu.

Masih memiliki hati nurani, dengan emosi yang sudah menurun. Arka memberhentikan kegitannya barusan, Ia tak ingin membuat nyawa lelaki tersebut itu menghilang.

Cukup dengan membuat luka kecil, agar menjadi pelajaran untuk lelaki itu bahwa Arka Ibrahim bukan tandingannya.

Cekrek!

Mereka menoleh ke sumber suara, dan benar saja kalau ada yang memotret kejadian ini. Tetapi Arka telah mengetahui siapa yang tahu kejadian ini, jadi ia tak perlu khawatir apapun lagi.

Arka melirik singkat musuhnya itu, lalu menggidikan bahunya acuh.

Dengan tanpa dosanya Arka pergi meninggalkan lelaki yang sudah babak belur tak sadarkan diri di tempat tersebut.

"Tungguin gue, sat." Naufal berlari kecil menyusul Arka yang sudah meninggalkan tempat itu.

Matahari pagi menyambut kedatangan mahasiswa dan mahasiswi di hari yang cerah membuat mereka ceria.

Tetapi tidak dengan satu perempuan yang bernama Cindy Amalia. Shasya melihat Cindy sedang sesegukan di taman kampus yang masih sepi. Shasya dengan tergesa-gesa menghampiri sahabatnya itu.

"Ndy..." Shasya menyentuh pundak temannya itu.

Tanpa di sangka Cindy langsung berdiri dan memeluk Shasya sambil sesegukan. Batin Shasya bertanya-tanya, namun dibiarkannya Cindy menangis dalam pelukan nya.

"Ndy.. udah Ndy, tenang dulu." Ujar Shasya sembari melepaskan rangkulan Cindy di lehernya.

"Duduk dulu" ajak Shasya.

"Sya... Adit Sya...!" Ucapnya sesegukan dan air mata yang berderai.

"Iya, Adit kenapa?"

"Adit di hajar sama Arka"

"Hah? Dari mana lu tau, Ndy? lo udah pastiin sendiri? Bukan nya yang ngehajar Adit itu Dio?"

"Udah. Bukan Dio tapi Arka, Sya..." jawab Cindy yang membuat air matanya semakin mengalir.

Shasya tak bisa berbuat apa-apa lagi kecuali menarik Cindy kembali dalam pelukannya.

"Ya udah, nanti kita jenguk Adit. Asal lu jangan nangis lagi kaya gini, gue jadi ikutan sedih nih. Yang penting lu udah tau pelaku yang udah ngehajar Adit, nanti kita laporin aja kepihak yang berwenang." Lanjut Shasya berusaha menghibur hati sahabatnya itu.

"Masalahnya gak sesederhana yang lu bayangin, Sya."

"Kenapa? Lu punya bukti kan buat ngelaporin kalo Arka yang ngehajar Adit?"

Dear YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang