Day 1.
8.45 AM."Lima belas menit."
Jungkook mendudukan dirinya pada bangku besi panjang lantas menumpu dagu menggunakan tangan pada meja persegi berbahan sama.
"Kalau masih tiga kali lipat aku tidak mau, perusahaanku sudah disita bank." Ucapnya menatap lawan di seberang meja.
Lisa mengibaskan tangan. "Eh, bukan. Aku kemari hanya meminta penjelasan."
"Penjelasan apa? Alasannya sudah jelas, aku sudah jatuh kere."
"Dengar." Lisa menatap Jungkook, menegakkan tubuh. "Kau hanya perlu memberi pengakuan yang sangat jujur, aku akan merekam suaramu."
"Untuk?"
"Kau mau bebas tidak 'sih?"
"Iya baik, sekarang cepat."
Lisa mengambil buku bersampul coklat kecil seperangkat bolpoin dan ponsel dari tas slempangnya, kemudian menyalakan ponsel lalu membuka perekam suara. Ia mulai merekam.
"Tuan, Anda pernah bercerita kepada saya soal manipulasi kurva ekonomi, boleh di jelaskan kembali dengan lebih detail?"
Jungkook mengerutkan alisnya, bergumam tanpa suara "Apa-apaan ini?"
Sementara Lisa melotot menatap Jungkook, raut wajahnya mengatakan bahwa ia cukup mengikuti saja.
Jungkook berdehem.
"Soal manipulasi kurva adalah soal gampang, sebenarnya itu juga bukan sempurna soal manipulasi, beberapa orang bahkan mengaggap bahwa itu adalah penipuan."
Jungkook menjilat bibir. "Sebenarnya, manipulasi kurva adalah salah satu bentuk rekayasa ekonomi atau bentuk adaptasi yang digunakan perusahaan ketika perusahaan tersebut mulai oleng."
Jungkook menegakkan tubuh. "Anda tau, sifat asli manusia adalah 'tamak', mereka akan mempertahankan apa yang sudah menjadi miliknya dan akan menguasai apa yang belum menjadi miliknya. Ketika suatu perusahaan oleng, pimpinan akan melakukan rekayasa pasar, misalnya mengganti jenis pasokan, layanan, atau apapun yang bersifat sebagai ladang keberhasilan. Sementara lawan mereka yang berada tepat di atas, maka pimpinan perusahaan akan mengatur otak melawan jarum jam agar lawan mereka tersingkir, supaya mereka dapat kembali pada posisi semula."
"Jadi, Anda termasuk korban dalam kasus ini."
"Jika Anda mengira seperti itu, maaf Anda salah besar."
Lisa mengerutkan kening, kedua alisnya bertaut. "Maksudnya?"
"Di sini peran saya sebagai obat, Anda tentu tau cara kerja obat di dalam tubuh, bukan? Saya diterjunkan langsung ke dalam pasar, namun bukan saya yang benar-benar terjun, melainkan nama saya. Mereka menjadikan saya terkenal, ibarat obat, saya dapat memusnahkan semua penyakit di dalam tubuh, mereka membuat saya kaya, hidup makmur, dan disegani, namun bukan serta-merta begitu, ada hal besar yang harus saya ditebus, yaitu nama saya. Ketika penyakit lebih kuat dari daya imun tubuh, penyakit akan menang dan membuat kita jatuh sakit, juga ketika obat tidak membantu pemulihan. Setelah perusahaan mereka benar-benar bangkit dan berjaya kembali, nama saya yang akan dijadikan keburukan oleh pasar, mereka menggunakan nama saya untuk numpang tenar. Anda pasti akan bertannya, 'siapa sebenarnya mereka?' Mereka adalah penanam saham di perusahaan saya yang mengkalim bahwa saya yang menanam saham di perusahaan mereka."
Hening sejenak, Lisa menghela pelan. "Jadi Anda sebenarnya sudah tau?"
"Kemungkinan, iya."
"Lima belas menit telah habis, nona. Kami meminta dengan hormat agar Anda meninggalkan ruangan."
Lisa mendengus, memasukkan ponsel dan buku beserta bolpoin ke dalam tas. "Kau tau," ucapnya sambil berdiri. "bayarannya naik menjadi empat kali lipat."
"Loh kenapa?"
"Rekayasa pasar."
Gadis itu berlalu pergi, meninggalkan Jungkook yang dihampiri petugas bangsal.
×+×
10.22 AM.
Lisa menjatuhkan diri pada kasur bersprei putih, matanya rapat terpejam walau kakinya masih dibalut sepatu dan belikatnya masih dilingkari tali tas.
Gadis itu memijat kedua pelipisnya menggunakan ibu jari dan telunjuk kemudian mengerjapkan mata, menatap langit-langit kamar apartemen.
"Arghh." Ia mengusak kasar rambutnya sendiri. "aku bukan sastrawan, aku bingung dengan kalimat Jungkook."
Gadis itu mengambil bantal, menutupi wajahnya. "Otakku hanya sebesar biji kacang polong." Suaranya terdengar terendam.
Hening, gadis itu masih menyembunyikan wajah di balik bantal.
Ia membuka bantal, matanya menatap lekat langit-langit kamar. "Bukannya aku hanya menjadi wartawan?" Ia bergumam kecil, gadis itu menekuk kedua kakinya di atas kasur. "Tapi, mengapa nasibnya jadi seperti ini?"
Lisa bangun, melepas tas dan sepatunya, kemudian menuju lemari baju. Gadis itu membuka benik kemeja yang membungkus tubuh atasnya, mengganti dengan sweter kuning kebesaran, lalu menurunkan res sleting rok konservatif yang melekat di pinggul sampai atas lututnya, menggantikan dengan celana leging hitam.
Ia mengambil sisir, bercermin sambil menyisir rambut. "Aku harus keluar, setidaknya mengusir rasa sters." Lantas ia mengambil dompet dari dalam tas slempangnya, kemudian keluar kamar dengan mengunci pintu.
×+×
Lisa bersenandung kecil mendorong troli berisi bermacam snack. Beberapa kali terlihat berhenti memilih makanan yang dibungkus pada rak-rak khusus. Kini ia berada di dalam pasar swalayan yang cukup ramai.
Lisa membelokkan trolinya menuju rak minuman dan roti, gadis itu mengambil dua botol minuman berasa dan tiga kaleng soda lalu meletakkannya di dalam troli, ia kembali melangkah mendorong troli.
"Hei."
Lisa menoleh menuju suara yang mengalun dari balik tubuhnya. "Aku?" Tanyanya memastikan.
"Iya." Pemilik suara tersebut menghampiri. "Aku pernah melihatmu bersama Jungkook saat di Belanda, kalau tidak salah Jungkook yang mengisi acara sebagai pembicara konsultan keuangan. Benar?"
Lisa mengagguk.
"Ah." Pemilik suara tersebut menjulurkan tangan. "perkenalkan, nama aku Park Chaeyoung, panggil saja Chae, kau Lisa 'kan?"
Lisa membalas juluran tersebut. "Iya, kenapa kau tau?"
"Kau tidak tau aku?"
Lisa menggeleng.
"Aku peserta praktisi keuangan yang turut menumpang pesawat terbang bersama kalian, saat itu aku mendengar Jungkook beberapa kali mengucap namamu."
"Benarkah?"
Chae mengagguk, "Kau sudah tau berita penangkapan Jungkook?"
"Sudah."
"Mau minum kopi sebentar?"
Lisa tersenyum menanggapi, "Boleh."
×+×
KAMU SEDANG MEMBACA
With || Lizkook✔
FanfictionFrom here we are begin. Stared : 05022020 Finished : 26022020