Satu: Perkenalan.

11.1K 997 8
                                    

Jungkook menyandarkan punggungnya pada kursi kulit asli dengan busa empuk, tangannya dilipat di depan dada sementara jemarinya mengetuk lengan.

Pesawat berbadan besar terbang dengan kecepatan stabil, ketinggian tiga ribu kaki di atas tanah.

Pramugari hilir mudik di samping kursi, beberapa kali mengangguk sopan pada penumpang lain, juga dengan sopan menawarkan kaviar dan bir.

Gadis dengan stelan rok span dan kemeja putih lengkap dengan seperangkat iPad hitam yang diapit diantara lengannya melangkah tergopoh menuju tempat duduk Jungkook lantas mengambil tempat dihadapan pria tersebut, tersenyum malu-malu. "Maaf, tadi harus mengurus beberapa surat sebelum lepas landas."

Jungkook mengibaskan tangannya, tidak apa. Pria itu menatap lekat gadis berambut pirang pendek dengan buku bersampul coklat gelap kecil yang berada di atas pahanya. "Berapa kali wawancaraku ditunda?"

Gadis itu nampak kikuk, menjawab kaku namun masih dapat mengontrol senyumnya. "Maaf soal itu, kami seringnya tidak bisa mengejar jadwal Anda yang sangat padat."

Jungkook manggut-manggut memperhatikan, "Mengapa memilih pekerjaan ini?"

"Eh?"

"Anggap saja aku yang mewawancaraimu sebelum kau mewawancaraiku."

Gadis itu mengangguk tidak mengerti, "Karena ini memang cita-cita saya."

"Cita-cita?" Jungkook menegaskan. Dilihat dari penampilan yang sangat modis, gadis ini patutnya menjadi model ketimbang kuli tinta yang harus bergenit ria mengolah susunan kalimat atau menjatuhkan harga diri demi mengemis jawaban dari klien.

"Berapa usiamu?" Jungkook bertanya kembali.

"Eh? Usia saya duapuluh tahun."

"Duapuluh tahun?"

Gadis itu mengangguk mantap.

"Majalah berlabel ternama mengirim juniornya untuk mewawancarai orang paling berpengaruh di seluruh dunia, padahal mereka memiliki puluhan wartawan senior yang lebih berpengalaman dalam berbagai peristiwa dengan alasan dia memiliki gelar sarjana ekonomi? Hey, aku bahkan punya tiga."

Wajah gadis itu merah padam, Jungkook berhasil menjatuhkan nyalinya. Keparat demi apapun jika ini bukanlah masalah pekerjaan atau gaji besar gadis itu pasti akan melempar iPad-nya tepat di wajah Jungkook dan pergi meninggalkannya secepat mungkin, namun mengingat bahwa bayarannya tidak main-main maka ia akan berusaha bertahan menghadapi pria sinting yang kini tengah menyeringai menatapnya penuh kemenangan.

"Kau ini terlalu sensi, berarti kau cukup pintar mendapat gelar Sarjana Ekonomi di usia yang terbilang muda."

Gadis itu tersenyum ragu.

"Sudah punya kekasih?"

Gadis itu membenarkan posisi duduknya. "Em, mohon maaf sebelumnya, apa wawancara dapat kita lakukan sekarang?"

Masih dalam sikap santainya, Jungkook berujar, "Tidak perlu terburu seperti itu, nona. Santai saja, seperti santai saat menunda-nunda jadwal wawancaraku."

Gadis itu menggingit bibir, tidak berani menatap atau bahkan mengeluarkan sepatah kalimat untuk menyampaikan alasan pada Jungkook.

"Tidak usah dimasukkan ke hati, aku hanya bergurau." Jungkook terkekeh kembali.

Gadis itu mengagguk sopan lengkap dengan senyum simpulnya. Jungkook menggaruk dagu, mengamati tubuh gadis di depannya dalam posisi duduk. "Berarti kau akan mengikutiku ke Praha?"

Gadis itu mengangguk sopan kembali. "Saya bahkan sudah menyewa apartemen persis di depan pintu Anda demi proyek ini." Ia tersenyum lebar.

"Benarkah?"

"Benar, saya sangat tertarik sekali mewawancarai orang paling terkenal di seluruh acara televisi, sampai-sampai saya berani membayar mahal harga sewa apartemen."

"Sampai-sampai berani menunda-nunda jadwal wawancara saking semangatnya?"

Ekspresi gadis itu berubah, "Bukan, pihak kami bukan bermaksud seperti itu, saat janji bertemu di Bangkok kemarin, kami salah tanggap mengira bahwa Jakarta sebagai titik temu."

"Oh." Jungkook menyela. "Berarti pihakmu golongan orang pelupa?"

Wajah gadis itu merah padam, satu jam lagi saja ia berada di hadapan pria ini, sudah dipastikan akan mati berdiri karena menahan emosi.

"Sudah, sudah. Jangan dimasukkan ke hati, aku hanya bercanda. Omong-omong jangan terlalu formal, santai saja." Gadis tersebut berani mengangkat kepala memandang Jungkook. "Namamu La-lisamano-ban?" Jungkook mengeja papan kalung nama yang menggantung di dada gadis tersebut.

"Ah iya." Gadis itu menepuk pelan jidat, lantas menjulurkan tangan. "Perkenalkan, namaku Lalisa Manoban, panggil saja Lisa. Aku akan mewawancaraimu selama sepuluh hari kedepan untuk sampul majalah keluaran terbaru perusahaan kami."

×+×

With || Lizkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang