Empatbelas: Ini bukan akhir.

4.8K 465 37
                                    

Sidang Pidana.

Kedua pergelangan tangannya dikait oleh sepasang borgol besi, dengan dua tangan kiri-kanan yang dituntun oleh dua orang, meskipun demikian, ia melangkah tanpa gemetar walau kilatan kamera beberapa kali mengenai wajah dan tembok ruangan.

Jungkook menarik napas tenang ketika duduk--berjarak meter--persis di depan Hakim Agung dan para Hakim lainnya, pria itu melirik sisi kanan ruangan, dimana terdapat satu meja panjang dengan tiga kursi duduk, ia mendapati Lisa yang tengah membaca lembaran kertas dengan awas.

Setidaknya ia harus bersyukur, karena para juru kamera tidak masuk langsung ke dalam ruangan ini, melainkan meliput dari luar melalui jendela kaca besar di depan ruangan.

Ketukan palu terdengar satu kali, sidang mulai dibuka rupanya untuk sesi pertama.

Hakim yang duduk pada posisi paling kanan membacakan tata tertib untuk giliran mengajukan argumen, selanjutnya Hakim Agung mulai menyuarakan beberapa tututan yang menjerat Jungkook.

Ketukan palu kembali terdengar untuk kedua kalinya, kini giliran kesaksian dari saksi yang bersuara--dua orang berkemeja putih di sebelah kiri Jungkook--salah satu mengatakan bahwa Jungkook patut dijatuhi hukuman pidana, ia adalah penanam saham di perusahaan Jungkook yang merasa dirugikan, selebihnya saksi dari duta negara yang menyuarakan bahwa Jungkook pantas untuk diberi hukuman mati.

Seperti sesi debat kemarin, mereka berbicara hanya dibatasi waktu. Kini, giliran meja pengacara yang bersuara. Lisa mencondongkan tubuhnya ke arah mikropon kecil di atas meja, diantara dua orang yang duduk di sisi kanan-kirinya, gadis dengan stelan jas hitam dan kemeja putih sebagai dalaman itu berbicara lugas dan tegas--membela Jungkook.

"Klien kami sudah terang-terangan dijebak, tentang perkara penanaman saham, klien kami tidak pernah melakukan hal tersebut kepada perusahaan lain apalagi kasus di dalam kasus ini yang menyatakan bahwa klien kami yang menanam saham di perusahaan ilegal. Itu kasus kriminal, si pengusut kasus patut untuk dijerat pasal undang-undang."

Lisa menarik tubuh, kembali pada posisi semula membiarkan para saksi diam selama tiga menit, sebelum akhirnya menyangkal pendapat.

"Kan sudah ada buktinya." Seorang pria tepat di samping kiri Jungkook bersuara, ia adalah si penanam saham di perusahaan Jungkook yang merasa dirugikan. "Maling memang maling dan maling tidak ada yang mau mengaku. Klien Anda ini orang yang pura-pura disakiti, sebenarnya dialah yang menggerakan semua rencana ini dari balik layar."

"Apa alasan Anda mengatakan hal tersebut?" Lisa bertanya dari seberang.

"Mudah saja, dia ini orang yang sangat populer, dengan kepopulerannya ini ia menjadi serakah dan tamak. PT Minyak Bumi adalah PT yang sangat menjanjikan bagi para investor, dengan klien Anda bergabung maka ia akan memperoleh laba yang begitu besar dan juga ini adalah perusahaan tidak bersertifikat pastinya uang yang dihasilkan juga pasti sangat banyak nominalnya."

"Apa Anda punya bukti untuk mendasari pemikiran Anda?" Lisa kembali bertanya.

"Banyak." Jawab seorang lainnya, ia adalah si pengusul agar Jungkook diberi hukuman mati. "saya punya banyak buktinya, Anda mau yang terlampir atau media."

Jungkook menatap wajah Lisa, begitu pula Lisa. Jungkook tampak menggelengkan kepala sambil menghela napas.

Palu diketuk untuk ketiga kalinya. Hakim Agung mengambil mikropon kecil agar pas pada mulutnya.

"Sesi sidang berakhir, untuk tanya jawab hakim dibuka pada sidang selanjutnya. Tuan Jeon, Anda positif menjadi tersangka utama."

Kemudian palu diketuk nyaring sebanyak tiga kali. Sial, Lisa mendengus marah menatap Jungkook, sementara Jungkook menatapnya seolah mengatakan bahwa tidak apa-apa.

Namun sidang memang belum sempurna selesai, bahwa nyatanya pintu masuk dibuka oleh dua orang yang membawa satu orang dengan borgol di tangan.

"Maaf Hakim Agung." Salah seorang dari mereka berkata tergesa. "Tuan Jeon hanya menjadi pengecoh dalam kasus ini, rupanya si dalang bermain cantik dari belakang ia memanfaatkan nama Tuan Jeon dalam perkara ini, padahal Tuan Jeon memang tidak terlibat dalam apa pun."

"Dan kami," si pendatang lainnya bersuara. "berhasil menagkap si pelaku utama yang sebenarnya."

Si pelaku yang ditunjuk menggerakan kakinya menuju tempat Jungkook berada, ia lantas berbelok menuju meja para pengacara.

"Maaf," ucapnya lirih. "aku belum bisa menepati janjiku untuk menikahimu." ia menatap biji mata Lisa, "ini di luar pikiranku."

Lisa menggelengkan kepalanya pelan, matanya memerah. "Mengapa kau lakukan ini, Jim?"

Jimin menunduk dan menggeleng. "Aku tidak tau, aku hanya bergerak sesuai mata angin."

Lisa meremat bolpoin ditangannya, gadis itu mengusap tulang pipinya. "Apa harus uang agar aku bahagia? Kita bisa menikah dengan sederhana, Jimin. Kita bisa tinggal di rumah biasa dengan kebahagiaan, tidak seperti ini."

"Maaf." Jimin mengangkat kepala. "Maaf telah mengecewakanmu."

Tepat saat itu, tangan Jimin ditarik pelan oleh dua orang tadi, ia digiring menuju tempat 'sterill' Lisa menatap kepergian Jimin, seiring dengan bangkitnya Jungkook yang diperbolehkan pulang namin masih harus memberikan penjelasan.

Ia menghampiri Lisa, "Mari pulang."

Lisa menggeleng, menjauhkan tatapannya dari wajah Jungkook. "Tidak mau. Aku mau di sini bersama Jimin."

Jungkook tersenyum lembut menatap Lisa. "Jimin akan baik-baik saja, percayalah."

"Benarkah?"

"Iya."

"Tapi, kalau Jimin dijatuhi hukuman mati bagaimana?" Ucapnya lirik kemudian.

"Tidak, Lisa. Sekarang, mari pulang. Kau hanya tidak tau, bahwa ini adalah awal dari perjalanan kita yang sesungguhnya."

Lisa mengerutkan kening. "Maksudmu?"

"Nanti akan aku ceritakan sewaktu sampai di rumah." Ucapnya tersenyum penuh arti.

[END]

×+×

With luv,

~~adhellinakook~~


With || Lizkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang