Chapter 20

1.8K 167 8
                                    

    Sudah sekitar tiga hari ini Yoongi dirundung rasa galau. Setelah hari dimana ia mengungkapkan perasaan hatinya, bukannya Hoseok lebih sayang padanya, namun pria itu seolah menjauh. Ia berubah menjadi dingin dan tidak mempedulikannya. Berkali-kali Yoongi berfikir apa yang salah darinya, apa ia salah bicara atau Hoseok tak suka jika ia meminta untuk tidak meninggalkannya. Jauh dari itu Yoongi merasa justru Wendy lah penyebabnya. Wendy jadi sering menelepon Hoseok atau mengirim pesan padanya tanpa tau waktu. Dan Hoseok selalu menanggapinya. Ia tidak menyukai perasaan cemburu ini. Hoseok bilang ia sudah tidak punya perasaan lagi kepada wanita itu, tapi masih saja berhubungan.
   Seperti pagi ini, Hoseok sama sekali tidak menyentuh sarapannya. Padahal Yoongi sudah membuat beberapa menu sarapan favoritnya. Ia hanya meneguk segelas sereal yang ia buat sendiri lalu duduk santai di ruang kecil penghubung balkon dengan kaca yang besar, mereka biasa duduk di sana apalagi Yoongi sangat menyukai pemandangan kota di malam hari. Setelah membersihkan dapur dan membersihkan kamar ia berencana menanyakan hal ini ke Hoseok. Satu lagi yang berubah dari pria itu adalah membiarkan Yoongi melakukan apa-apa sendiri. Tidak seperti biasanya, Hoseok akan ikut membantu memasak dan ia sendiri yang akan membersihkan seluruh ruangan.
   Yoongi menghela nafas panjang sebelum sampai di depan Hoseok dan mengutarakan pertanyaannya. Ia takut jika Hoseok justru akan memarahi dan membentaknya seperti dulu.
"Hoseok-a?"
Hoseok hanya berdehem membalas panggilan Yoongi, matanya pun tak beralih dari buku yang ia baca.

"Aku ingin berbicara denganmu"

"Bicaralah!", dengan mata yang masih fokus Dena bukunya, seakan tak mengindahkan kehadiran Yoongi sama sekali.

"Kenapa kau berubah Hoseok-a?"

"Aku tidak berubah"

"Kau berubah Hoseok dan itu menyakitiku"

"Apanya yang berubah?"

"Semuanya" Yoongi sedikit menaikkan nada bicaranya, kesal berbicara dengan orang yang tak menghargainya.

"Katakan apa salahku Hoseok?"

"Kau tidak salah" Hoseok masih saja menjawab dengan nada datar dan tak mau melihat ke arah Yoongi.
Yoongi yang geram tiba-tiba mengambil buku yang Hoseok baca begitu saja. Hoseok tersentak, tapi ia tidak mau marah saat ini.

"Setidaknya tataplah mataku jika bicara, kenapa Hoseok? Apa kau sudah bosan denganku?"

Hoseok ikut berdiri hingga sejajar dengan Yoongi di depannya. "Aku tidak mau berdebat Yoongi, aku tidak berubah dan kau tak perlu sakit hati karena sikapku"

"Kau tidak menghiraukanku, kau tidak mempedulikanku, kau seolah menganggap aku tidak ada di dekatmu" Yoongi berbicara berapi-api, ia emosi, hatinya terluka.

"Apa kau memang masih mencintai Wendy?"
Hoseok diam, hening dalam beberapa detik hingga ponsel Hoseok yang ada di sofa berbunyi. Mereka sama-sama melihat ke arah ponsel dan tertera nama Wendy di layar, meneleponnya.

"Jangan berfikiran buruk Yoongi, aku berangkat, tak perlu menungguku pulang nanti malam"
Hoseok keluar, menyisakan Yoongi yang semakin bersedih. Hatinya terasa sangat sakit. Kenapa Hoseok selalu bersikap seenaknya, apa memang Hoseok tidak pernah serius padanya.

Yoongi menjatuhkan dirinya di sofa panjang tempat Hoseok duduk tadi. Berbaring miring menghadap jendela besar. Melihat suasana pagi di kota Seoul yang perlahan matahari naik memancarkan sinarnya. Di balik gedung-gedung tinggi itu, ada gedung perkantoran di mana ia menghabiskan waktu di sana untuk bekerja dan terkadang teman-temannya akan mampir, mengajaknya minum atau hanya sekedar mengobrol. Yoongi merindukan semua itu, ia rindu suasana hidup normal tanpa dibayangi perasaan kalut dan gelisah yang berkepanjangan seperti ini. Jauh di lubuk hatinya, ia tetap merasa menderita di tempat ini walau di sisi lain ia bahagia karena bertemu dengan Hoseok, laki-laki yang akhirnya membuatnya jatuh cinta dan juga menghancurkan hatinya. Sedikit penyesalan terlintas di otaknya, harusnya ia bisa menolak Hoseok untuk membawanya kesini. Walau ia telah menolak waktu itu, tapi jujur saja ia juga ingin bersama Hoseok. Itu sebabnya ia kurang kekuatan untuk melawan pria bermarga Jung itu.
Yoongi kembali mengusap air mata dengan telapak tangannya, sekarang ia merasa sangat rindu terhadap keluarganya. Ia rindu berkumpul bersama, tertawa bersama seperti dulu.
Dan sekarang mungkin Hoseok sedang bersenang-senang bersama Wendy atau siapapun itu. Ia kembali memikirkan semua kemungkinan buruk yang sempat ia lupakan selama ini. Hoseok adalah penjahat yang akan siap sedia melakukan apapun saat kliennya menyuruhnya. Harusnya ia sadar akan hal itu dan tidak berharap banyak. Hubungan mereka pasti akan berakhir sia-sia, Hoseok pasti akan mencampakkannya, meninggalkannya atau mungkin membunuhnya. Semua itu tinggal menunggu waktu. Bagi Hoseok, ia pasti tetap tawanan yang tak sengaja ia gunakan untuk kesenangannya semata. Dan akan tetap seperti itu.
Yoongi tidak bisa menghentikan pikiran negatifnya, justru ia semakin yakin karena semua itu adalah fakta.

Unexpected Love [ SOPE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang