Ketika masalah yang kamu hadapi selesai, jangan bersantai dan merasa semua sudah selesai. Siapkan hati dan dirimu pada tantangan berikutnya. Biarkan dunia tau bahwa kamu seperti sebuah batu bukan sebuah kertas.
Kini mereka telah mendapatkan kebahagian yang seharusnya mereka dapatkan. Kini mereka resmi menjadi penerus keluarga Brayn. Arvin mengubah nama Atha Guthana menjadi Regra Aldaro Brayn. Ia juga mengubah nama putrinya, Anthea Guthani menjadi Revata Alani Brayn.
Kehidupan mereka menjadi lebih harmonis dari sebelumnya. Kini mereka hidup dengan kejujuran bukan dengan kebohongan. Meskipun kini Arvin bersamanya, Revata menganggap Regra adalah cinta pertamanya di dunia. Seorang Kakak yang telah memperjuangkan hidupnya sejak kecil.
Di Pegunungan Alpen, menikmati indahnya pagi hari, hembusan udara yang sejuk menenangkan hati dan pikiran. Membuat siapapun yang berkunjung melupakan semua masalah mereka. Jejak telapak kaki yang berbaris di permukaan salju.
Ya, kini Arvin mengajak kedua buah hatinya berlibur ke swiss, tidak hanya itu, Arvin juga akan membawa mereka pergi ke negara manapun yang mereka inginkan, katanya untuk menebus semua kesalahan dirinya pada mereka. Walaupun belum seberapa ia berjanji tidak akan membuat mereka tergores sedikit. Itu adalah janji seorang ayah.
Awalnya, Perlakuan Arvin yang membawa mereka ke negri orang di tolak oleg Regra, bocah itu tidak suka menghamburkan uang. Katanya terlalu berlebihan. Tapi, Arvin tetaplah Arvin, ayah dan anak itu sama-sama memiliki sifat keras.
Mereka tidak akan berhenti jika keinginan mereka belum bisa di dapatkan. Setelah berdebat Regrapun lebih memilih mengalah karna Arvin mengatakan jika ia tidak mau menurut, maka uang sakunya akan potong, dan semua fasilitasnya disita.
"Re, hati-hati nanti jatuh! " tegur Arvin takut jika kedua anaknya terjatuh.
Regra yang tengah mengejar Revata berhenti dan berbalik, "Yang papa panggil re itu siapa? " tanya Regra yang menatap papanya dengan jengkel.
"Kalian lah, nama kalian depannya sama-sama re" jawab Arvin tak mau di salahkan. Mendengar ucapan Arvin, Regra berdecak dan menarik pergelangan Revata untuk menghampirinya.
"Pa, eva laper" Keluh Revata sambil memeganh perutnya.
Arvin terkekeh mendengar keluhan putrinya. Ia tidak pernah merengek apapun kecuali jika sudah berhubungan dengan perutnya. "Ayo kita balik ke penginapan" ajak Arvin.
Revata dan Regra mengangguk, dan ikut berjalan di belakangnya. "Memangnya, kenapa nenek sama kakek gak ikut? " tanya Regra.
"Mereka ikut, tapi menyusul, kau tau sendiri nenek mu itu selalu repot jika berpergian" jawab Arvin pandangannya tetap ke arah jalan.
Penginapan di daerah pegunungan Alpen, kebanyakan terbuat dari kayu dan berwarna coklat. Setelah sampai di penginapan, tanpa pikir panjang mereka masuk kedalam, baru saja mereka masuk di ambang pintu, mereka melihat Arga yang duduk di kursi single tengah membaca koran di temani oleh secangkir kopi. Tak lama kemudian Meiza datang dengan membawa biskuit jahe di tangannya.
"Ibu, ayah Kapan kalian sampai? " tanya Arvin. Arga tak menjawab pertanyaan putranya itu, ia menodongkan tangannya. Arvin yang paham maksud dari gerakan ayahnya itu, langsung mencium punggung tangannya bergantian dengan tangan Meiza.
Begitu juga dengan Revata dan Regra yang mencium punggung tangan, Arga dan Meiza.
"Eva, ayo bantu nenek buat kue di dapur! " ajak Meiza, Revata mengangguk lalu meraih tangan Meiza kemudian menuju dapur untuk membuat kue.
melihat papanya duduk di kursi tripple tengah berbincang dengan Arga kakeknya. Dari pada bosan sendiri, Regra lebih memilih masuk ke kamar penginapannya. "Mau kemana kamu? " tanya Arvin yang melihatnya hendak menaiki anak tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARZU ✔ [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[Completed] Tidak di terima dan hanya di anggap angin bagi keluarganya. Di singkirkan layaknya sampah yang tidak berguna. Tidak merasa kasihan ataupun peduli sedikitpun. Bersikap layaknya tidak ada kehadirannya. Di ambil, dan di rawat oleh kakakny...