"Excuse me" kata risa menyapa laki laki dengan perawakan yang sangat mirip dengan seseorang. Jantungku berdebar kencang. Aku terdiam.
Laki laki itu berbalik.
Deg!
"Gi...lang...." kataku dengan suara hampir tak terdengar. Mataku memanas. Air mataku berlinang dan sebentar lagi akan menerobos keluar.
"Sayang...." gilang berdiri di hadapanku dan memegang kedua bahuku.
Risa heran dengan apa yang terjadi. Ya risa memang belum tau soal aku menikah dengan gilang, apalagi soal hubunganku dengan gilang yang beberapa bula terkahir hancur karena kesalahpahaman. Dan terlebih soal kehamilanku.
"Kalian kenapa sih?" tanya risa heran.
Aku menepis tangan gilang dari bahuku dan berlari keluar dari restoran dengan air mata yang berjatuhan."Nara! Tunggu!" teriak gilang yang langsung mengejar nara dari belakang.
Sementara itu risa hanya bisa ternganga dan heran dengan apa yang ia lihat. Ada apa dengan mereka? Apa yang terjadi? Bukannya mereka saling mencintai? Apa terjadi sesuatu?
Risa yang diam dan sejuta pertanyaan di benaknya. Risa ingin bertanya pada salah satu diantara mereka. Tapi ia tahu ini bukan waktu yang tepat. Risa pun mengambil ponsel dalam tasnya dan menghubungi seseorang.
*****
Aku berhenti di pinggir jalan. Aku merasakan nyeri pada perutku. Aku terduduk dan memegangi perutku. Sangat sakit. Air mataku berjatuhan, selain karena gilang juga karena rasa sakit yang amat sangat pada perutku. Penglihatanku mulai kabur. Samar samar aku melihat mobil berhenti di dekatku dan seseorang keluar dari dalam mobil itu. Tapi aku tak tau siapa orang itu. Tak sempat aku berbicara kepalaku seperti terputar dan aku tak bisa melihat apa apa lagi.
*****
Aku masih bisa merasakan nyeri di perutku. Tapi badanku sangat sulit untuk di gerakkan. Aku ingin membuka mataku tapi sangat berat. Aku berusaha mengatur nafasku dan perlahan lahan membuka mataku. Samar samar aku melihat sosok laki laki yang sangat aku kenal dan beberapa orang yang duduk di sofa sambil berbincang bincang.
"Sayang....?" suara yang sangat lembut dan sangat aku kenal.
"Papah..." kataku dengan nada suara pelan sangat pelan. Papah tersenyum dan mengelus puncuk kepalaku.
Aku memegangi perutku. Tiba tiba rasa nyeri itu kembali terasa, tapi sudah tidak sesakit waktu itu."Sakit pah...hiks...hiks..." air mataku bercucuran. Aku terisak dan memegangi perutku. "Tenang sayang.. Dokter sudah memberimu beberapa obat, sebentar lagi sakitnya akan berkurang" kata papah menenangkan ku. Papah mengecup kening ku dan memanggil seseorang. Dengan gerakan tangannya.
Aku memejamkan mataku, mengelus perutku. "Kamu harus kuat nak" kataku berbicara sendiri pada calon bayiku. Aku benar benar sangat menyayangi nya. Karna hanya dia cinta yang aku punya sekarang. Gilang sudah bahagia bersama yang lain.
"Papah keluar dulu yah sayang... Papah harus bicara sama dokter" kata papah. Aku membuka mataku dan melihat sosok pria yang sangat kucintai itu berdiri di dekatku. Wajahnya terlihat sangat khawatir namun tetap tersenyum padaku. Senyum yang sudah tidak pernah kulihat lagi sejak beberapa bulan yang lalu.
"Sayang... Maafin aku yah..." kata itu keluar dari mulut gilang. Yang membuatku merasakan hal yang aneh di dadaku.
"Minta maaf buat apa?" tanyaku tanpa melihat ke arahnya. "Maaf karna aku udah nyakitin kamu sayang, maaf karna aku gagal jadi suami yang baik buat kamu" kata gilang sambil memegang tanganku dan menciumnya beberapa kali.
"Gausah minta maaf gilang, kamu gak salah kok, aku yang salah karna gak.becus jadi istri, sampai sampai kamu memilih wanita lain. Maaf karna aku gagal jadi istri yang baik buat kamu. Tapi kamu gausah ngerasa bersalah sama aku, kamu jangan tinggalin dia, kalo kamu udah bahagia sama dia aku gapapa kok. Aku juga bahagia kalo kamu bahagia. Dan anak ini, aku bisa jaga dia dan membesarkan dia meskipun tanpa kamu, dan kamu gausah takut, aku gak bakal ngelarang kamu buat ketemu dia. Karna bagaimana pun juga, kamu adalah ayahnya. Maaf gilang. Lupain aku. Aku gapapa kok. " kataku panjang kali lebar sambil menahan agar air mataku tidak keluar. Aku tidak berani menatap gilang. Aku hanya menatap perutku dan mengelusnya.
"Jangan ngomong gitu sayang... Aku gak bahagia, aku gak bisa tanpa kamu. Aku sayang sama kamu nara... Aku masih cinta sama kamu, perasaan aku nggak pernah berubah... Maaf... Dulu itu cuma salah faham sayang... Kamu harus dengerin penjelasan aku duluu..." kata gilang dengan wajah sendu sambil menggenggam erat tanganku.
"Aku mau sendiri, tolong kamu tinggalin aku sendiri" kata ku tanpa melihat gilang. "Sayang... Dengerin aku dulu sayang..." kata gilang lembut dengan memohon agar aku memberinya waktu untuk menjelaskan sesuatu.
"Nara sayang... Papah gak pernah ngajarin kamu untuk tidak sopan sama orang, apalagi sama suami kamu. Nak gilang ini kan masih suami sah kamu" kata papah tiba tiba muncul di depan pintu.
"Eh.. Pa..pah.. Iya pah... Maaf" kataku.
"Kamu bisa bangun gak?"tanya papah
Aku mengangguk. Papah membantuku untuk bangun dan menyender di kepala ranjang. Gilang duduk di pinggir ranjang rawat ku.
"Izinkan gilang untuk menjelaskan sesuatu sayang, papah tau kamu masih sangat mencintai gilang, papah mengizinkan kalian berdua untuk berbicara dari hati ke hati. Apapun keputusannya itu terserah dari kalian. Papah tinggal yah". Jelas papah lalu mengecup kening ku singkat."Hati hati pah" kataku.
"Makasih pah" kata gilang lalu salim pada papah. Papah mengangguk lalu keluar dari ruang rawat ku.Hening
"Kamu mau jelasin sesuatu kan? Yaudah jelasin sekarang" kataku.
"Eh iya... Jadi gini sayang..." gilang menjelaskan soal pertengkaran kami waktu itu. Dia memang marah karena cemburu buta pada adit. Dia pergi ke hotel dan mengurung diri disana. Dan hari itu waktu aku datang ke kantornya pas hari ulang tahunnya dan melihat nya berciuman dengan seorang gadis, itu tuh cuma salah faham. Gadis itu memang suka pada gilang hingga ia nekat mencium gilang. Gilang sebenarnnya ingin mengatakan itu pada nara. Tapi karna ia masih sakit hati karna masalah adit kemarin ia hanya diam. Ia ingin balas dendam pada nara. Ia ingin nara merasakan apa yang ia rasakan. Ia ingin nara merasakan kecemburuan yang hampir membuatnya gila juga dirasakan oleh nara.
Bagus gak?
Kalian suka gak?
Jan lupa vomen yah
KAMU SEDANG MEMBACA
NARA'S LOVE [END]
Teen Fiction[BAHASA KURANG BAKU, MASIH DALAM PROSES REVISI, 17+ TAMAT] Saat ini Jarak dan waktu menjadi penghalang untuk kita Tapi itu tak akan membuatku mundur Aku akan tetap disini menunggumu Setelah kita kembali bersama Tanpa terhalang jarak dan waktu Aku...